Share

Bab 3

Lulu bersembunyi di pelukan Clayton seraya memandangku dengan tatapan menantang. Dengan nada manja, dia mendengus, "Ngapain berdiri di sini? Mainan harus berada di tempatnya."

Aku menatap Clayton. "Gelangnya sudah patah, mulai sekarang kita benar-benar putus." Setelah berkata demikian, aku bersiap untuk berbalik dan pergi.

"Tunggu!" Clayton memanggilku.

Aku berhenti sejenak dan berusaha beradu pandang dengannya. Beberapa saat kemudian, dia mematikan rokoknya dan berjalan mendekat. Jari-jarinya yang panjang mencengkeram daguku dan memaksaku menatapnya.

Aroma tembakau yang samar tercium di hidungku. Wajah Clayton begitu dekat. Wajah yang dulu sangat kukagumi, kini membuatku takut. Dia menatapku, lalu tiba-tiba tertawa pelan. Namun, senyuman itu malah membawa hawa dingin yang menusuk.

"Kenapa? Kamu benar-benar mau pergi? Tapi dosa Keluarga Kosasih belum lunas."

Aku menggigit bibir, menolak mengucapkan sepatah kata pun untuk melawan. Melihat sikapku, sorot matanya yang gelap memancarkan sinyal bahaya.

"Vanessa, ayahmu melakukan korupsi dan menyalahgunakan kekuasaan sampai membuat keluargaku hancur. Kamu harus lunasi utangnya. Aku mau dia melihat bagaimana aku menyiksamu di akhirat sana supaya dia nggak pernah bisa istirahat dengan tenang."

Clayton tahu persis kata-kata apa yang bisa digunakan untuk menusuk hatiku dan membuatku marah. Aku menatapnya dan berkata dengan tegas, "Sudah kubilang, ayahku nggak akan melakukan hal seperti itu. Suatu hari, aku akan mengungkap kebenarannya."

Namun, pembelaanku terdengar lemah hingga membuat orang-orang di sekitarku memandangku seolah-olah aku adalah lelucon. Clayton mempererat cengkeramannya di daguku dengan tatapan yang semakin dingin.

"Mau pergi? Boleh saja! Lihat tumpukan sampah di sana, kotor sekali. Gimana kalau kamu membersihkannya dengan mulutmu? Kalau begitu, aku akan membiarkanmu pergi."

Aku menatapnya, merasakan kepedihan dan kesedihan yang mendalam di hatiku.

....

Wajahnya begitu sempurna, seolah-olah merupakan sebuah mahakarya. Setiap lekukannya begitu indah dan presisi. Dulu, aku pernah jatuh cinta pada wajah itu. Namun setelah semua yang terjadi, kini aku hanya merasakan kekejaman pada wajah itu.

Akan tetapi, selama bisa melepaskan diri darinya, aku rela melakukan apa saja.

Aku menggigit bibir, lalu berlutut di tanah dan mengambil makanan yang ada di sana dengan tanganku.

Di telingaku terdengar peringatan dari Clayton, "Vanessa, jangan sampai kamu membuat dirimu terlalu kotor."

Aku tidak peduli. Aku langsung mengambil makanan itu dan memasukkannya ke mulutku. Apa itu kotor? Apa yang disebut bersih? Aku tidak pernah merasa kotor.

Suara tawa di sekitarku begitu tajam dan menusuk.

"Vanessa, dia makan sampah? Dia sudah gila?"

"Dia sudah terobsesi. Semua orang di kota ini tahu betapa dia tergila-gila sama Clayton, tapi sekarang dia bahkan rela makan sampah demi meninggalkannya."

"Ini bukan triknya untuk menarik perhatian Clayton, 'kan?"

Tiba-tiba, seseorang menarikku dengan kasar. Orang itu adalah Clayton. Dia membentak dengan ketus, "Pergi sana!"

Aku tidak berani menatapnya lagi. Tanpa memedulikan pandangan dari orang-orang, aku langsung berbalik dan berlari. Saat itu, aku hanya ingin segera pergi. Semakin jauh semakin baik!

Dengan kecepatan penuh, aku kembali ke kota. Aku bahkan tidak sempat mengganti pakaian yang basah dan kotor. Meskipun perutku terasa sakit, aku langsung menuju rumah sakit untuk mengurus kepulangan ibuku dan memesan tiket pesawat.

"Ibu, kita ...," panggilku saat tiba. Akan tetapi, ibuku tidak berada di kamar ....

"Ibu?" Suaraku bergetar memanggilnya.

Aku mencari di atap, di tepi danau buatan, di sudut tangga, di seluruh rumah sakit ... tapi aku tetap tidak bisa menemukannya!

Kakiku lemas dan aku terjatuh duduk di lantai sambil bersandar pada dinding. Dengan jari-jari yang gemetar, aku menghubungi Clayton, "Di mana ibuku?"

Beberapa saat kemudian, terdengar tawa mengejeknya di ujung sana. "Kamu bilang mau pergi dariku, 'kan? Kenapa sekarang nyari aku lagi?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status