Home / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Takdir Di Bawah Langit Naga: Chapter 11 - Chapter 20

60 Chapters

Bab 11: Di Balik Cermin Kenyataan

Saat ini Xiao Feng berdiri dengan napas tersengal-sengal, tubuhnya masih bergetar dari ledakan energi yang baru saja dia lepaskan. Di depan altar kuno, debu-debu mulai mengendap, mengungkapkan sosok pria tua itu yang masih berdiri tegak di hadapannya.Dengan senyum tipis pria itu tua itu membuka mulutnya perlahan. "Sudah cukup," kata pria tua itu dengan suara yang penuh wibawa. Tatapan matanya yang dulu tampak menghakimi kini berubah lembut. "Kau telah menunjukkan tekadmu, dan kekuatan yang kau miliki baru permulaan dari apa yang akan kau capai saat ini. Namun, kekuatan yang lebih besar menanti di luar sana, di tempat yang belum pernah kau bayangkan."Xiao Feng mengatur napasnya, mencoba mencerna kata-kata pria tua itu. "Aku... aku belum layak untuk pusaka ini," gumamnya dengan rendah hati, merasakan betapa kecil dirinya di hadapan kekuatan sebesar itu.Pria tua itu menggelengkan kepalanya. "Bukan soal layak atau tidak. Zirah Besi ini memang untukmu, namun belum saatnya kau menggunaka
Read more

Bab 12: Ujian Batin di Gunung Tianmu

Xiao Feng melangkah maju setelah menghancurkan cermin yang memantulkan bayangan tergelap dirinya. Serpihan kaca berkilauan di lantai, namun ruang di sekitarnya tampak semakin luas, seolah-olah terbentang tanpa batas. Kabut tipis yang dingin menyelimuti kaki Xiao Feng, membuat udara di sekitarnya terasa semakin berat dan menekan.Tapi di balik keheningan itu, terdengar bunyi gemerisik, nyaris seperti bisikan dari kedalaman bumi. Xiao Feng merasakan sesuatu yang kuat dan tidak kasatmata, namun kali ini bukan serangan fisik yang mengancamnya. Ada sesuatu yang merasuk ke dalam pikirannya, menggali kenangan terkelam yang sudah lama ia kubur.Lalu, tiba-tiba saja ia berada di tempat lain.Sebuah padang hijau yang ia kenali dengan baik terbentang di hadapannya. Padang tempat ia dan keluarganya dulu sering berlatih, jauh sebelum semua berubah, sebelum gurunya tewas, sebelum ia terjun ke dalam perburuan dendam. Xiao Feng tertegun. Suara tawa riang dari kejauhan menggema, dan dia melihat dua so
Read more

Bab 13: Pertarungan Tanpa Bayangan

Ruangan besar itu kini dipenuhi energi yang bergetar hebat. Xiao Feng mengencangkan cengkeraman pada gagang pedangnya, merasakan hawa dingin dari sosok misterius di hadapannya. Sosok itu bergerak tanpa suara, hanya tampak sebagai bayangan yang menyatu dengan ruangan, seperti ilusi yang sukar ditangkap.Xiao Feng menyipitkan matanya tajam, mencoba memusatkan perhatian pada setiap gerakan halus di sekitar ruangan. Bayangan di sekeliling sosok itu seakan hidup, mengaburkan garis antara kenyataan dan imajinasi. Namun, Xiao Feng tahu bahwa ini bukan sekadar permainan visual; ini adalah pertarungan antara ketenangan batin dan kegelapan yang ingin menelannya.Dalam hitungan detik, tiba-tiba sosok itu menyerang kearah Xiao Feng. Dia butuh beberapa detik untuk menyadari serangan tersebut. Xiao Feng hanya bisa melihat kilatan hitam yang melesat ke arahnya. Dengan refleks cepat, dia menangkis serangan dengan pedangnya, namun dampak akibat serangan barusan membuat tangannya bergetar hebat. Sosok
Read more

Bab 14: Warisan Dewa Naga

Dia membuka Kitab Dewa Naga itu dengan sangat hati-hati, menghirup udara yang terasa berat oleh kekuatan yang terkandung di dalamnya. Cahaya emas lembut memancar dari setiap halaman gulungan itu, seperti energi yang mengalir langsung dari naga legendaris. Setiap huruf di kitab itu bukan sekadar tulisan; mereka hidup, berdenyut dengan kekuatan kuno yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.Tatapannya menelusuri baris demi baris, dan seiring dengan itu, tubuhnya mulai merasakan sesuatu yang aneh. Energi dari kitab itu terasa seperti menyatu dengan dirinya, mengalir melalui nadinya, dan perlahan-lahan memperkuat tulangnya. Rasa hangat yang kuat menjalar dari pusat tubuhnya, meluas ke seluruh anggota tubuhnya. Energi KI dalam tubuhnya mulai bergolak, semakin besar dan semakin terkendali. "Ini... kekuatan yang luar biasa," gumam Xiao Feng. Namun, ia tahu bahwa kekuatan itu tidak datang tanpa harga. Xiao Chen pernah memberitahunya tentang bahaya dari kitab ini. Siapa pun yang menco
Read more

Bab 15: Pertarungan di Bawah Bulan

Li Mei, dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai. Mata mereka bertemu, dan tanpa berkata apa-apa, Li Mei melangkah mendekat, tatapan penuh keteguhan, namun juga kecemasan."Kau telah melalui banyak hal," kata Li Mei dengan suara lembut, namun penuh perasaan. "Tapi aku merasakan perubahan dalam dirimu. Kau berbeda sekarang."Xiao Feng menatapnya dalam diam, membiarkan kata-katanya menggema dalam benaknya. Li Mei benar. Setelah melalui ujian batin di Gunung Tianmu, dia tidak lagi sama seperti sebelumnya. Tapi ada sesuatu tentang tatapan Li Mei yang membuat hatinya bergetar. Perasaan yang telah lama dia lupakan, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar keinginan akan kekuatan."Kau datang ke sini... bukan hanya untuk kekuatan," lanjut Li Mei dengan tatapan lembut. "Kau datang ke sini untuk menemukan siapa dirimu sebenarnya."Xiao Feng tidak menjawab. Dia hanya bisa mengangguk pelan, menyadari bahwa perjalanan batinnya belum sepenuhnya selesai. Pada saat yang sama bayangan Li Mei menghil
Read more

Bab 16: Dalam Kegelapan Gunung Tianmu

Setelah mengalahkan Mo Jinhai, napas Xiao Feng masih tersengal. Ia berdiri di tengah medan pertarungan yang dipenuhi pecahan batu dan debu yang masih beterbangan. Bulan sudah tenggelam sebagian di balik awan tebal, meninggalkan suasana yang lebih suram dan mencekam. Tubuhnya terasa berat, keringat yang membasahi tubuhnya bahkan belum kering.Tiba-tiba, dari balik altar, suara berderak pelan terdengar. Xiao Feng segera menoleh, melihat pintu tersembunyi yang sebelumnya terkuak perlahan-lahan. Cahaya remang-remang terpancar dari celah pintu tersebut, seakan-akan mengundang siapa pun untuk melangkah masuk."Ini belum selesai," pikir Xiao Feng dalam hati.Meskipun rasa letih masih menghantui tubuhnya, rasa penasaran dan tekad untuk menemukan lebih banyak rahasia mendorongnya untuk maju. Dengan langkah yang hati-hati, ia melangkah mendekati pintu tersebut. Udara di dalam ruangan itu terasa dingin, seolah-olah membawa kehadiran yang tak kasat mata.Begitu memasuki ruangan di balik pintu, Xi
Read more

Bab 17: Ujian di Lembah Tianlong

Setelah mendapatkan kekuatan awal dari Kitab Dewa Naga, Xiao Feng kembali menuju Lembah Tianlong, di mana zirah besi legendaris menunggu untuk diuji. Malam hari, Lembah Tianlong diselimuti kabut tebal yang menambah suasana misterius, dan suara gemuruh air terjun terdengar dari kejauhan, seakan-akan menandakan kekuatan alam yang tersembunyi di lembah itu.Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat. Xiao Feng tahu, kekuatan barunya yang bersumber dari Kitab Dewa Naga masih jauh dari kata sempurna. Tubuhnya yang dipenuhi energi Ki yang baru dan kuat belum sepenuhnya terbiasa menanggung kekuatan besar ini. Tapi, ia sadar bahwa ujian seperti ini adalah bagian dari jalannya untuk menjadi semakin kuat.Waktu berlalu dengan cepat, saat ia tiba dimana tempat yang telah ia lewati sebelumnya, kabut perlahan terpecah dan memperlihatkan pemandangan yang luar biasa.Namun sebelum ia sempat melangkah lebih dekat, sosok makhluk penjaga muncul dari tempat tersebut, berbeda dari sebelumnya, keti
Read more

Bab 18: Bayangan di Lembah

Setelah pertarungan yang melelahkan dengan penjaga zirah, Xiao Feng berjalan keluar dari gua, mengenakan zirah besi legendaris yang kini menyatu dengan tubuhnya. Cahaya bulan menyentuh permukaan zirah itu, memantulkan kilauan perak dan emas yang memancarkan aura kekuatan. Tubuhnya masih terasa lelah, tapi ada rasa damai dalam hatinya saat ini.Namun tiba-tiba, langkahnya terhenti ketika sebuah suara dari kejauhan memecah keheningan malam yang membuat ia menjadi waspada.“Xiao Feng...” Suara itu pelan, hampir seperti bisikan, namun terdengar jelas di telinganya.Xiao Feng menoleh, matanya menyipit untuk mencari asal suara. Kabut lembah kembali menebal, membuat jarak pandang menjadi terbatas. Jantungnya berdegup kencang, firasat buruk mulai menguasai pikirannya.“Siapa di sana?” tanyanya dengan nada waspada.Tiba-tiba, dari balik kabut, muncul tiga sosok bertudung hitam. Mereka berdiri dengan postur tegap, mengelilingi Xiao Feng seperti pemburu yang mengintai mangsanya.“Sekte Hitam...”
Read more

Bab 19: Langkah Menuju Kekaisaran

Setelah malam yang penuh pertarungan yang sangat melelahkan, pada akhirnya ia masih membutuhkan gurunya, Xiao Chen. Dengan nafas yang masih cuup berat Xiao Feng ditemani gurunya untuk sedikit memulihkan tenaga, mereka duduk bersila di pinggir lembah, sembari menunggu terbitnya fajar.Matahari mulai terbit di ufuk timur, menyinari dunia dengan cahaya keemasan. Zirah besi yang ia kenakan tampak berkilauan di bawah sinar pagi itu, memberikan kesan bahwa ia bukan hanya seorang pendekar biasa, tapi seorang yang telah melewati banyak ujian besar.Xiao Chen duduk tak jauh darinya, memperhatikan muridnya dengan pandangan tajam namun penuh kasih. “Kau telah berkembang, Xiao Feng. Namun perjalananmu masih sangat panjang.” Ungkap Xiao Chen kepada muridnya, seolah pemuda itu adalah anaknya sendiri.Xiao Feng membuka matanya perlahan, sembari mengangguk kecil. “Guru, aku merasa kekuatan dari Kitab Dewa Naga dan zirah ini baru sebagian kecil dari yang bisa kugunakan. Apa yang harus kulakukan untuk
Read more

Bab 20: Pendakian Menuju Kilat

Saat mereka mulai melakukan perjalanan itu, angin dingin menerpa wajah Xiao Feng dan Xiao Chen ketika memulai pendakian menuju puncak Gunung Petir. Kabut tebal menutupi sebagian besar jalur, dan di atas mereka, awan gelap berputar dengan kilatan petir yang sesekali menerangi langit. Setiap langkah terasa sangat berat, seolah-olah gunung itu sendiri menolak kehadiran mereka yang hendak mencapai puncaknya.“Guru, energi di sini terasa sangat aneh,” kata Xiao Feng sambil melirik sekeliling mereka.Xiao Chen mengangguk. “Gunung ini bukan tempat biasa. Bai Lian memilih tinggal di sini karena medan yang sulit dan aura petirnya yang kuat. Jika kau bisa bertahan hingga ke puncak, itu sudah menjadi ujian pertama.” Pungkasnya.Baru beberapa saat mereka mendaki, tanah di bawah kaki mereka mulai bergetar. Xiao Feng berhenti, memegang pedangnya erat. “Apa itu?”Sebuah raungan keras menggema, dan dari balik kabut muncul seekor binatang buas yang menyerupai serigala besar dengan bulu keperakan yang
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status