Home / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Takdir Di Bawah Langit Naga: Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

Bab 31: Perjalanan Menuju Kota Liyue

Fajar mulai menyingsing di ufuk timur, menandai awal perjalanan panjang bagi Xiao Feng. Pagi itu Ia berdiri di depan Bai Lian yang sudah menunggunya lebih awal. Beruntung ia tidak membuat Bai Lian menunggu lebih lama untuk memberikan salam perpisahan terakhir. “Terima kasih atas bimbinganmu, Bai Lian. Aku tidak akan melupakan pelajaran ini,” katanya sambil menundukkan kepala dengan hormat.Melihat sikap Xiao Feng dengan tulus, Bai Lian tersenyum tipis. “Kau telah menunjukkan potensi besar, Xiao Feng. Namun ingat, perjalananmu masih panjang. Jangan terlalu cepat merasa puas dengan kekuatan yang telah kau peroleh.”Xiao Feng mengangguk, mendengar perkataan Bai Lian barusan. Ia kemudian menoleh kearah gurunya, Xiao Chen, yang berdiri tidak jauh darinya, melihat wajah gurunya itu ingin rasanya ia mengeluarkan air mata, namun ia tahan dengan kuat perasaan itu. "Guru, apakah kau tidak akan ikut bersamaku ke Liyue?" tanya pemuda itu penuh harap.Xiao Chen menghela napas panjang, setelah meli
Read more

Bab 32: Keanehan di Kota Liyue

Langit senja kota Liyue dihiasi oleh awan kelabu yang seakan mencerminkan suasana hati penduduknya. Saat ini Xiao Feng berjalan di antara deretan rumah kayu yang berjajar rapi saat ia pertama kali tiba di kota tersebut, namun tatapan mata orang-orang di sekitarnya terasa seperti penuh ketakutan. Banyak yang menundukkan kepala, bahkan menghindari pandangannya."Kenapa kota ini terasa begitu suram?" pikir Xiao Feng sambil terus berjalan.Saat ia melewati pasar, ia melihat beberapa penjaga berseragam gelap dengan lambang ular emas berdiri di sudut jalan. Mereka memegang tombak dan pedang, wajah mereka keras tanpa senyuman. Penduduk yang berjualan tampak gelisah setiap kali penjaga itu mendekat.Tiba-tiba, seorang penjaga menghampiri seorang pedagang buah yang sedang membereskan dagangannya. “Hei, kau!” suara kasar penjaga itu membuat pedagang gemetar.“A-ada apa, Tuan?” jawab pedagang itu gugup.“Upeti hari ini. Jangan lupa! Kalau tidak, kau tahu akibatnya.”Pedagang itu segera menyerahk
Read more

Bab 33: Jejak Lei Kun

Malam menjelang di kota Liyue, dengan cahaya lentera yang berkelip-kelip di sepanjang jalan utama. Xiao Feng mengenakan jubah hitam panjang untuk menyembunyikan dirinya, memadukan gerakannya dengan bayang-bayang malam. Tujuannya malam ini adalah menyusup ke markas Klan Ular Emas, tempat Lei Kun memerintah dengan tangan besi.Ia telah mengamati gerak-gerik para penjaga selama beberapa jam, mencatat pola patroli mereka dan menemukan celah dalam pengawasan. Dengan lincah, ia melompati pagar tinggi yang mengelilingi markas besar. Sepasang mata elangnya mengawasi setiap sudut, memastikan ia tidak terdeteksi.Setelah masuk, Xiao Feng bergerak dengan tenang di lorong panjang yang diterangi oleh obor di dinding. Udara di dalam gedung terasa berat, seperti memancarkan aura kegelapan yang menyelimuti setiap sudut.Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia bersembunyi di balik pilar besar, menahan napas, sambil mendengarkan percakapan dua penjaga yang lewat.“Aku dengar Lei Kun sed
Read more

Bab 34: Duel Kilat di Ruang Tahta

Ruangan besar itu dipenuhi percikan petir yang saling beradu. Xiao Feng dan Lei Kun berdiri saling berhadapan, aura petir di sekitar mereka membentuk medan energi yang menghentikan aliran udara di ruangan. Tombak Lei Kun berkilauan, sementara Xiao Feng memegang pedangnya dengan tangan yang mantap, zirah besinya berkilau samar di bawah cahaya lentera.Lei Kun tersenyum licik. "Jadi, kau juga seorang pengguna petir. Menarik. Tapi kau masih terlalu muda untuk menghadapi seseorang sepertiku."Xiao Feng membalas senyum itu. "Mungkin kau harus merasakan kekuatan sejati dari Kitab Dewa Naga."Hal itu membuat pria besar itu menaikkan alisnya, ia sedikit berkeringat ketika mendengar Kitab Dewa Naga, tentu saja ia mengetahui legenda tentang kitab tersebut. Kitab yang diperebutkan banyak pendekar hebat di dunia persilataan.Lei Kun melompat maju, tombaknya menghantam dengan kecepatan kilat. “Wsuhh!” Suara angin memecah keheningan saat ujung tombak hampir menyentuh tubuh Xiao Feng. Namun, zirah b
Read more

Bab 35: Keheningan yang Dikhianati

Xiao Feng menerima undangan pria tua yang ia temui di kedai teh beberapa hari yang lalu, seorang yang kelihatannya tak hanya ramah tapi juga memiliki kebijaksanaan tersirat. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Li Zhong, mantan pendekar yang kini memilih hidup sederhana sebagai pemilik penginapan kecil di pinggiran kota Liyue.“Terima kasih atas keberanianmu melawan Lei Kun dan menyelamatkan kota ini,” ujar Li Zhong sambil tersenyum lemah. “Mungkin malam ini kau bisa beristirahat sejenak di tempatku. Penginapanku sederhana, tapi cukup nyaman.”Xiao Feng yang masih merasa lelah dari pertarungan sebelumnya mengangguk pelan. “Aku akan menerima tawaranmu. Namun, kota ini masih dalam bahaya. Aku bisa merasakannya.”Li Zhong tertawa kecil. “Kau benar, Pendekar Muda. Tapi malam ini, nikmatilah makanan dan minuman sebagai tanda terima kasih kami.”Penginapan Li Zhong ternyata lebih luas dari perkiraan. Xiao Feng dijamu dengan makanan lezat, mulai dari ikan panggang hingga sup herbal yang m
Read more

Bab 36: Fajar Keemasan

Pagi di kota Liyue terasa berbeda. Udara yang semula terasa berat kini mulai ringan, seolah bebannya telah terangkat. Penduduk kota tampak lebih bersemangat, meski bekas-bekas kekacauan masih terlihat di beberapa sudut kota.Xiao Feng duduk di beranda penginapan Li Zhong, menyesap teh hangat sambil menikmati ketenangan yang jarang ia rasakan. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.“Hup! Hup!”Suara derap langkah kuda terdengar dari kejauhan. Sekelompok orang dengan baju zirah putih keemasan, membawa panji besar dengan simbol matahari yang bersinar, memasuki kota Liyue.Penduduk yang melihat mereka berbisik-bisik. “Itu mereka, Fajar Keemasan! Kelompok besar yang terkenal karena perjuangan mereka untuk kedamaian.” Ujar salah satu orang.Xiao Feng memperhatikan dengan seksama, kedatangan sekelompok orang tersebut. Dari cara mereka membawa diri dan barisan yang teratur, jelas bahwa mereka adalah kelompok yang terlatih dan terorganisir.Kelompok itu berhenti di tengah alun-alun. Pem
Read more

Bab 37: Jejak di Hutan Gelap

Langkah Xiao Feng perlahan melewati hutan lebat yang seolah tak pernah berakhir. Pepohonan tua dengan dahan-dahan menjulang tinggi menciptakan bayang-bayang gelap di bawah cahaya rembulan. Meski malam terasa tenang, ada sesuatu yang ganjil di udara, seperti bisikan hutan yang memanggilnya untuk tetap waspada.Tiba-tiba, jeritan minta tolong memecah keheningan. "Tolong! Siapa pun, tolong saya!" Suara itu terdengar putus asa, datang dari arah utara.Tanpa ragu, Xiao Feng melangkah cepat menuju sumber suara. Di tengah area terbuka yang kecil, dia melihat sekelompok pria kasar mengepung seorang lelaki tua yang memeluk erat kantong barangnya.“Hei, serahkan itu! Jangan bikin susah!” bentak salah satu perampok dengan nada mengancam.Lelaki tua itu menggeleng panik. “Tolong... ini semua yang saya punya... jangan ambil ini!”Perampok itu tertawa kasar. “Kalau begitu, nyawamu yang akan kami ambil!”“Berhenti di sana,” suara tegas Xiao Feng terdengar, membuat semua orang di tempat itu menoleh.
Read more

Bab 38: Serangan di Markas Gelap

Langkah Xiao Feng terhenti di belakang sebuah batu besar yang memberinya perlindungan dari pandangan penjaga di luar gua. Ia mengamati dengan saksama. Ada empat penjaga berdiri dengan formasi longgar, namun cukup strategis untuk memantau seluruh area di sekitar pintu masuk.Xiao Feng menyentuh zirah besinya, merasakan kekuatannya yang tenang namun kokoh. Dengan napas yang teratur, dia mulai merencanakan langkah berikutnya.Pertama-tama, dia mengambil batu kecil di tanah dan melemparkannya ke semak-semak di sisi kanan gua. Hal itu bertujuan untuk mengalihkan perhatian para penjaga. “Kruss... kruss...” Bunyi gerakan itu membuat dua penjaga menoleh.“Ada yang bergerak di sana!” ujar salah satu dari mereka sambil mendekat untuk memeriksa.Dugaan Xiao Feng benar, para penjaga itu mulai mencari sumber suara yang dianggapnya sebagai ancaman. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan oleh Xiao Feng. Dengan langkah cepat dan tanpa suara, dia meluncur ke arah penjaga yang tersisa di dekat pintu masu
Read more

Bab 39: Mencari Jejak Kelompok Ular Hitam

Malam sudah turun ketika Xiao Feng kembali ke gua, membawa salah satu penjaga yang sebelumnya dia tangkap dalam keadaan hidup. Pria itu diikat di sebuah pohon besar di luar gua, tubuhnya penuh luka ringan akibat pertarungan sebelumnya. Namun, sorot matanya masih menunjukkan keberanian yang dipaksakan.Xiao Feng berdiri di hadapannya, tatapannya dingin seperti es. “Aku tak ingin membuang waktu. Katakan padaku, siapa pemimpin kalian, dan di mana markas utama kelompok Ular Hitam berada.”Penjaga itu mendengus, meskipun tubuhnya bergetar. “Kau pikir aku akan memberitahu begitu saja? Pemimpin kami jauh lebih kuat daripada bocah sepertimu.” Timpalnya dengan tatapan tajam.Xiao Feng mendekat, menghunus pedangnya. Cahaya bulan memantulkan kilauan tajam di bilahnya. Dengan gerakan cepat, dia menusukkan pedang itu ke tanah, hanya beberapa inci dari kaki penjaga tersebut. “Aku bisa membuatmu bicara dengan cara yang lebih keras. Tapi aku lebih suka kita melakukannya dengan cara yang mudah.”Penja
Read more

Bab 40: Jejak yang Menyesatkan

Xiao Feng berjalan dengan langkah hati-hati, pikirannya berkecamuk. Informasi yang diberikan oleh penjaga sebelumnya menimbulkan kebimbangan di hatinya. Lei Zhang, seorang pemimpin terkenal dari sekte aliran sesat, ternyata memiliki nama lain yaitu Xian Duan. Jika informasi itu benar, maka musuh yang dia hadapi jauh lebih berbahaya daripada yang dia bayangkan.Dia menatap ke arah langit yang tertutup dedaunan hutan, pikirannya kembali mengingat interogasi terakhirnya. "Apakah mungkin ini hanya jebakan lain?" gumamnya pelan.Namun, satu hal mengganggu pikirannya: kebiasaannya membiarkan musuh tetap hidup. Dia tahu bahwa memberikan ampunan adalah keputusan yang berbahaya, tetapi hingga saat ini dia selalu memilih jalan tersebut. "Mungkin aku terlalu percaya bahwa mereka akan berubah," pikirnya.Sementara itu, di sebuah markas tersembunyi di dalam gua, beberapa penjaga yang sebelumnya dikalahkan oleh Xiao Feng telah kembali. Mereka berdiri gemetar di hadapan seorang pria tinggi dengan wa
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status