Home / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Takdir Di Bawah Langit Naga: Chapter 41 - Chapter 50

60 Chapters

Bab 41: Amukan di Hutan Kabut Hitam

Xiao Feng berdiri di tengah arena yang penuh dengan anak buah Lei Zhang. Tanah di bawahnya penuh dengan bekas tebasan pedang dan tubuh-tubuh penjaga yang terkapar. Namun, pasukan Lei Zhang tampaknya tak habis-habisnya. Mereka terus menyerang dengan amukan yang semakin ganas.Seorang pria bertubuh besar maju dengan gada besi yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Dia menghentakkan gada itu ke tanah, menciptakan getaran yang membuat Xiao Feng harus melompat mundur.“Hiat!” teriak pria itu sambil mengayunkan gada ke arah Xiao Feng, berniat untuk membunuh pemuda itu dengan sekali serangan.“Wsuhh!” Angin dari ayunan gada terasa menusuk kulit, tapi Xiao Feng dengan gesit memiringkan tubuhnya, menghindari serangan tersebut dengan mudah. Tidak hanya itu Xiao Feng sedikit memutar tubuhnya sebelum ia kembali menebaskan pedangnya.“Trang!”Dentang keras terdengar ketika pedang Xiao Feng berbenturan dengan gada itu. Pusaka zirah besi yang dikenakan Xiao Feng melindunginya dari getaran serangan t
Read more

Bab 42: Pertarungan di Bawah Langit Petir

Kilatan petir menghiasi langit malam saat Xiao Feng dan Lei Zhang saling berhadapan. Tanah di sekitar mereka telah hancur akibat benturan serangan sebelumnya. Xiao Feng mengepalkan pedangnya lebih erat, sementara Lei Zhang memutar jimat naga di tangannya, membuat aura petir di sekitarnya semakin kuat.“Xiao Feng, kau terlalu sombong! Kau pikir pelatihan dan pusaka yang kau miliki bisa menandingi kekuatan sejati seorang Dewa Bayangan Petir?” teriak Lei Zhang.Xiao Feng menatapnya tajam. “Omong kosong. Aku sudah cukup menghadapi orang seperti dirimu. Ucapkan selamat tinggal pada kesombonganmu.”Lei Zhang melompat ke udara, jimatnya bersinar terang. Kilatan petir menyambar dari langit, mengarah langsung ke Xiao Feng.“Hiat! Rasakan ini!”“Wsuhhh! Zzzaarrrtt!”Xiao Feng bergerak cepat, menghindari sambaran petir tersebut. Namun, ledakan energi listrik itu tetap menghantam tanah di belakangnya, menciptakan kawah besar.“Trang!”Kilatan pedang Xiao Feng berbenturan dengan perisai petir yang
Read more

Bab 43: Jejak di Padang Rumput

Setelah berjalan cukup jauh, Xiao Feng berdiri di pinggiran hutan, napasnya masih cukup teratur setelah pertarungannya dengan Lei Zhang beberapa saat yang lalu. Di hadapannya terbentang hamparan padang rumput luas yang bergoyang perlahan diterpa angin. Matahari mulai condong ke barat, memancarkan sinar keemasan yang membuat pemandangan itu terlihat seperti lukisan surgawi.Namun, keindahan itu segera terganggu oleh bayangan seorang pria yang melayang di atas rerumputan. Xiao Feng mengerutkan kening, matanya mengikuti gerakan pria itu yang tampak melompat-lompat dengan ringan seolah sedang menari di udara.“Itu jurus meringankan tubuh…” Xiao Feng bergumam, matanya berkilat. Ia mengenali teknik itu. Gurunya, Xiao Chen, pernah menyebutkan bahwa jurus meringankan tubuh memiliki tujuh tingkatan. Tingkatan pertama adalah dasar untuk melampaui kecepatan manusia biasa, sedangkan tingkatan ketujuh adalah puncak kesempurnaan, yang hanya bisa dicapai oleh pendekar tanpa tanding.Pria itu melesat
Read more

Bab 44: Ujian Sang Guru Misterius

Xiao Feng kembali mengejar pria tua itu yang melayang di atas rerumputan. Kali ini, langkahnya lebih mantap dari sebelumnya. Ia menggunakan seluruh pengalaman dari pelatihannya bersama Bai Lian untuk memaksimalkan teknik meringankan tubuh tingkat pertama. Meski begitu, pria tua itu tetap bergerak dengan kecepatan luar biasa, meninggalkan Xiao Feng jauh di belakang.“Wsuhhh!”Angin berdesir kencang ketika pria tua itu melompat tinggi, membuat rerumputan di sekitarnya bergoyang keras. Xiao Feng merasakan tekanan energi yang kuat di udara, pertanda bahwa pria itu menggunakan teknik tingkat tinggi.“Hiat!”Xiao Feng melompat ke udara, mencoba meniru gerakan pria itu. Namun tubuhnya terasa berat, dan ia terjatuh ke rerumputan kembali. Napasnya terengah-engah, tetapi tekadnya tidak pudar sedikitpun.Pria tua itu berhenti di kejauhan, menoleh ke arah Xiao Feng dengan tatapan penuh arti. “Kau cepat menyerah anak muda?”Xiao Feng menggertakkan giginya, merasa kesal dengan perkataan pria tua it
Read more

Bab 45: Jejak Menuju Lembah Angin Sunyi

Langit mulai memudar menjadi warna jingga saat Xiao Feng terus menyusuri jalan setapak di tepi hutan. Ia sudah bertanya pada beberapa orang yang ia temui di sepanjang perjalanan tentang Lembah Angin Sunyi, tetapi semua jawaban hanya berupa kebingungan atau ketidaktahuan.“Tidak ada yang pernah mendengar tempat itu,” gumamnya sambil memandangi peta kasar yang dia buat di atas selembar kain.Hutan di depannya mulai tampak lebih gelap, tetapi ia harus terus melangkah. Aroma dedaunan basah dan suara burung malam mulai mengisi udara. Setelah beberapa jam, ia melihat cahaya samar dari sebuah gubuk kecil yang tampak rapuh di tengah hutan.Xiao Feng mengetuk pintu dengan sopan. Beberapa saat kemudian, seorang wanita tua dengan rambut putih kusut dan mata tajam membuka pintu. “Siapa kau, anak muda? Apa yang kau cari di tempat sunyi ini?”Xiao Feng memberi hormat dengan tangan terkepal. “Saya Xiao Feng. Saya ingin menemui seorang pria, dia berada di Lembah Angin Sunyi. Apakah Anda tahu tempat it
Read more

Bab 46: Mendekati Lembah Angin Sunyi

Langkah Xiao Feng semakin berat. Medan yang sebelumnya hanya berupa hutan rimbun kini berubah menjadi bukit-bukit terjal dan jurang-jurang yang tampak tanpa dasar. Dia berusaha mengikuti petunjuk dari peta yang diberikan wanita tua itu, tetapi jalur yang dilewati tidak selalu sesuai dengan gambaran yang tertera.Angin mulai bertiup lebih kencang. Suaranya mendesing di telinga, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Namun, Xiao Feng tidak menyerah begitu saja, ia kembali melangkah dengan tekad dan tujuan yang tidak pernah berubah setelah perjalanan panjang ini.“Jika ini adalah ujian dari alam, aku akan melaluinya,” gumamnya, mengencangkan sabuk zirah besinya.Saat mendaki salah satu bukit yang curam, angin tiba-tiba bertiup sangat kencang.“Wsuhhh!”Angin itu cukup kuat untuk membuatnya kehilangan keseimbangan. Batu-batu kecil beterbangan, menghantam zirahnya dengan bunyi “Tak, tak, tak!”. Xiao Feng menancapkan pedangnya ke tanah untuk menahan tubuhnya agar tidak terdorong
Read more

Bab 47: Pertemuan dengan Penguasa Angin

Pada saat yang sama tampak di tengah lembah, ia melihat sosok pria berjubah putih panjang, berdiri di atas sebuah batu besar yang tampak seperti singgasana alami. Jubahnya berkibar perlahan seiring angin yang berputar di sekelilingnya. Rupanya, pria yang baru saja ia lihat adalah ilusi semata yang mencoba mengujinya ketika berhasil tiba ditempat tersebut. Penguasa angin yang sebenarnya berada disebuah batu besar dan sedang memperhatikannya.“Akhirnya kita bertemu,” pria itu membuka suara. Suaranya tenang, tetapi menggema, seolah berbicara langsung ke dalam jiwa Xiao Feng.“Anda...” Xiao Feng terdiam sejenak. Itu adalah pria yang ia lihat melompati rerumputan di pinggir hutan. “Anda adalah Penguasa Angin?”Pria itu tersenyum tipis. “Itu hanya sebutan yang diberikan oleh orang-orang. Aku lebih suka dikenal sebagai penjaga keseimbangan. Namun, sebutanku tidak penting. Yang penting adalah alasanmu datang ke sini. Apa yang kau cari, pemuda?”“Aku datang untuk mempelajari seni meringankan t
Read more

Bab 48: Pelatihan di Bawah Penguasa Angin

Angin di lembah itu tidak pernah tenang. Setiap saat, hembusan lembut atau badai kecil menyelimuti tempat itu, membawa keheningan dan tantangan yang membuat Xiao Feng semakin sadar akan ketidakberdayaannya. Pria berjubah putih, Penguasa Angin, berdiri tak jauh darinya, matanya tajam mengamati setiap gerakan murid barunya.“Angin tidak pernah berhenti bergerak, Xiao Feng. Jika kau ingin menguasai kekuatannya, kau harus belajar menyatu dengannya, bukan mengendalikannya,” kata Penguasa Angin sambil melipat tangannya di depan dada.Xiao Feng mengangguk, meskipun rasa frustrasi sudah merayapi dirinya. Sudah hampir dua minggu ia mencoba langkah pertama pelatihan, tapi belum menunjukkan hasil yang berarti.Pada minggu-minggu pertama, pelatihannya tampak sederhana namun sangat sulit. Xiao Feng diminta berdiri di tengah pusaran angin yang diciptakan oleh Penguasa Angin, mencoba menyesuaikan tubuhnya dengan aliran udara yang terus berubah.“Jangan melawan, biarkan tubuhmu bergerak mengikuti ara
Read more

Bab 49: Langit Mendung di Bawah Bayang-bayang Dosa

Angin berembus kencang, menciptakan desiran lembut yang membawa aroma tanah basah. Xiao Feng melayang di udara, memanfaatkan jurus meringankan tubuh yang baru saja ia kuasai. Tubuhnya meluncur dengan gesit, bagai elang yang membelah cakrawala. Dari atas, pandangannya menyapu ke segala arah hingga ia melihat sesuatu yang mengusik hatinya, di tengah sebuah padang kecil di tepi hutan, seorang wanita tampak dikelilingi oleh tiga pria.Wanita itu menangis terisak, tubuhnya terjatuh di tanah berumput. Ketiga pria itu mengelilinginya dengan tawa yang penuh hinaan, salah satunya memegang sebilah pisau, sementara yang lain menarik pakaiannya secara paksa."Hentikan!" ucap wanita itu dengan nada memelas.Namun satu dari ketiga pria itu, tetap memaksanya hingga wanita menyerah. Ia berusaha untuk tetap menolak, akan tetapi ia tidak bisa melakukan lebih banyak selain menikmati permainan gila pria itu. "Aku mohon hentikan!" ucapnya kembali sembari menutup wajahnya yang cantik, ia menangis sejadi-jad
Read more

Bab 50: Perjalanan di Antara Kabut Keheningan

Setelah kejadian yang membuat ia terlibat dengan para bandit, Xiao Feng kembali melangkah lebih jauh ke dalam hutan. Bayangan pepohonan tua yang menjulang tinggi di atasnya menciptakan suasana mencekam, tetapi langkahnya tetap mantap. Di dadanya, tekadnya untuk menegakkan keadilan semakin kuat, seiring dengan keyakinannya bahwa dunia penuh dengan tantangan yang harus dihadapinya.Angin lembut menerpa wajahnya, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Hutan ini tampak sepi, tetapi telinga terlatihnya menangkap suara-suara samar di kejauhan, desahan angin, bunyi ranting patah, dan langkah kaki yang tak beraturan. Xiao Feng menghentikan langkahnya, tubuhnya bersiap menghadapi kemungkinan ancaman."Siapa di sana?" serunya, suaranya menggema di antara pepohonan.Namun tak ada jawaban. Langkah kaki itu mendekat dengan perlahan, seolah-olah ingin mengintimidasi. Xiao Feng menghunus pedangnya, kristal naga yang menghiasinya berkilauan samar di bawah cahaya rembulan yang menembus
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status