Home / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 45: Jejak Menuju Lembah Angin Sunyi

Share

Bab 45: Jejak Menuju Lembah Angin Sunyi

Author: ACANKUN
last update Last Updated: 2024-11-25 08:24:47
Langit mulai memudar menjadi warna jingga saat Xiao Feng terus menyusuri jalan setapak di tepi hutan. Ia sudah bertanya pada beberapa orang yang ia temui di sepanjang perjalanan tentang Lembah Angin Sunyi, tetapi semua jawaban hanya berupa kebingungan atau ketidaktahuan.

“Tidak ada yang pernah mendengar tempat itu,” gumamnya sambil memandangi peta kasar yang dia buat di atas selembar kain.

Hutan di depannya mulai tampak lebih gelap, tetapi ia harus terus melangkah. Aroma dedaunan basah dan suara burung malam mulai mengisi udara. Setelah beberapa jam, ia melihat cahaya samar dari sebuah gubuk kecil yang tampak rapuh di tengah hutan.

Xiao Feng mengetuk pintu dengan sopan. Beberapa saat kemudian, seorang wanita tua dengan rambut putih kusut dan mata tajam membuka pintu. “Siapa kau, anak muda? Apa yang kau cari di tempat sunyi ini?”

Xiao Feng memberi hormat dengan tangan terkepal. “Saya Xiao Feng. Saya ingin menemui seorang pria, dia berada di Lembah Angin Sunyi. Apakah Anda tahu tempat it
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 46: Mendekati Lembah Angin Sunyi

    Langkah Xiao Feng semakin berat. Medan yang sebelumnya hanya berupa hutan rimbun kini berubah menjadi bukit-bukit terjal dan jurang-jurang yang tampak tanpa dasar. Dia berusaha mengikuti petunjuk dari peta yang diberikan wanita tua itu, tetapi jalur yang dilewati tidak selalu sesuai dengan gambaran yang tertera.Angin mulai bertiup lebih kencang. Suaranya mendesing di telinga, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Namun, Xiao Feng tidak menyerah begitu saja, ia kembali melangkah dengan tekad dan tujuan yang tidak pernah berubah setelah perjalanan panjang ini.“Jika ini adalah ujian dari alam, aku akan melaluinya,” gumamnya, mengencangkan sabuk zirah besinya.Saat mendaki salah satu bukit yang curam, angin tiba-tiba bertiup sangat kencang.“Wsuhhh!”Angin itu cukup kuat untuk membuatnya kehilangan keseimbangan. Batu-batu kecil beterbangan, menghantam zirahnya dengan bunyi “Tak, tak, tak!”. Xiao Feng menancapkan pedangnya ke tanah untuk menahan tubuhnya agar tidak terdorong

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 47: Pertemuan dengan Penguasa Angin

    Pada saat yang sama tampak di tengah lembah, ia melihat sosok pria berjubah putih panjang, berdiri di atas sebuah batu besar yang tampak seperti singgasana alami. Jubahnya berkibar perlahan seiring angin yang berputar di sekelilingnya. Rupanya, pria yang baru saja ia lihat adalah ilusi semata yang mencoba mengujinya ketika berhasil tiba ditempat tersebut. Penguasa angin yang sebenarnya berada disebuah batu besar dan sedang memperhatikannya.“Akhirnya kita bertemu,” pria itu membuka suara. Suaranya tenang, tetapi menggema, seolah berbicara langsung ke dalam jiwa Xiao Feng.“Anda...” Xiao Feng terdiam sejenak. Itu adalah pria yang ia lihat melompati rerumputan di pinggir hutan. “Anda adalah Penguasa Angin?”Pria itu tersenyum tipis. “Itu hanya sebutan yang diberikan oleh orang-orang. Aku lebih suka dikenal sebagai penjaga keseimbangan. Namun, sebutanku tidak penting. Yang penting adalah alasanmu datang ke sini. Apa yang kau cari, pemuda?”“Aku datang untuk mempelajari seni meringankan t

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 48: Pelatihan di Bawah Penguasa Angin

    Angin di lembah itu tidak pernah tenang. Setiap saat, hembusan lembut atau badai kecil menyelimuti tempat itu, membawa keheningan dan tantangan yang membuat Xiao Feng semakin sadar akan ketidakberdayaannya. Pria berjubah putih, Penguasa Angin, berdiri tak jauh darinya, matanya tajam mengamati setiap gerakan murid barunya.“Angin tidak pernah berhenti bergerak, Xiao Feng. Jika kau ingin menguasai kekuatannya, kau harus belajar menyatu dengannya, bukan mengendalikannya,” kata Penguasa Angin sambil melipat tangannya di depan dada.Xiao Feng mengangguk, meskipun rasa frustrasi sudah merayapi dirinya. Sudah hampir dua minggu ia mencoba langkah pertama pelatihan, tapi belum menunjukkan hasil yang berarti.Pada minggu-minggu pertama, pelatihannya tampak sederhana namun sangat sulit. Xiao Feng diminta berdiri di tengah pusaran angin yang diciptakan oleh Penguasa Angin, mencoba menyesuaikan tubuhnya dengan aliran udara yang terus berubah.“Jangan melawan, biarkan tubuhmu bergerak mengikuti ara

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 49: Langit Mendung di Bawah Bayang-bayang Dosa

    Angin berembus kencang, menciptakan desiran lembut yang membawa aroma tanah basah. Xiao Feng melayang di udara, memanfaatkan jurus meringankan tubuh yang baru saja ia kuasai. Tubuhnya meluncur dengan gesit, bagai elang yang membelah cakrawala. Dari atas, pandangannya menyapu ke segala arah hingga ia melihat sesuatu yang mengusik hatinya, di tengah sebuah padang kecil di tepi hutan, seorang wanita tampak dikelilingi oleh tiga pria.Wanita itu menangis terisak, tubuhnya terjatuh di tanah berumput. Ketiga pria itu mengelilinginya dengan tawa yang penuh hinaan, salah satunya memegang sebilah pisau, sementara yang lain menarik pakaiannya secara paksa."Hentikan!" ucap wanita itu dengan nada memelas.Namun satu dari ketiga pria itu, tetap memaksanya hingga wanita menyerah. Ia berusaha untuk tetap menolak, akan tetapi ia tidak bisa melakukan lebih banyak selain menikmati permainan gila pria itu. "Aku mohon hentikan!" ucapnya kembali sembari menutup wajahnya yang cantik, ia menangis sejadi-jad

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 50: Perjalanan di Antara Kabut Keheningan

    Setelah kejadian yang membuat ia terlibat dengan para bandit, Xiao Feng kembali melangkah lebih jauh ke dalam hutan. Bayangan pepohonan tua yang menjulang tinggi di atasnya menciptakan suasana mencekam, tetapi langkahnya tetap mantap. Di dadanya, tekadnya untuk menegakkan keadilan semakin kuat, seiring dengan keyakinannya bahwa dunia penuh dengan tantangan yang harus dihadapinya.Angin lembut menerpa wajahnya, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Hutan ini tampak sepi, tetapi telinga terlatihnya menangkap suara-suara samar di kejauhan, desahan angin, bunyi ranting patah, dan langkah kaki yang tak beraturan. Xiao Feng menghentikan langkahnya, tubuhnya bersiap menghadapi kemungkinan ancaman."Siapa di sana?" serunya, suaranya menggema di antara pepohonan.Namun tak ada jawaban. Langkah kaki itu mendekat dengan perlahan, seolah-olah ingin mengintimidasi. Xiao Feng menghunus pedangnya, kristal naga yang menghiasinya berkilauan samar di bawah cahaya rembulan yang menembus

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 51: Bayangan di Malam Sunyi

    Xiao Feng duduk di ruang tengah penginapan pria tua itu, menikmati semangkuk sup hangat dan segelas teh herbal yang wangi. Aroma kayu bakar yang membara di perapian menciptakan suasana nyaman, sementara angin malam berhembus lembut melalui celah jendela."Nikmati malam ini, Tuan Pendekar," kata pria tua itu dengan senyum ramah. "Di desa ini, kedamaian adalah kemewahan yang jarang kami rasakan."Xiao Feng mengangguk, menyandarkan tubuhnya pada kursi kayu. Matanya menatap ke arah jendela, memandang bintang-bintang yang berkerlip di langit. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tetap waspada. Kedamaian ini terasa terlalu sunyi, seolah ada sesuatu yang mengintai dalam bayang-bayang malam.Saat ia hendak menutup matanya untuk beristirahat sejenak, pintu penginapan tiba-tiba terbuka dengan suara keras. "Brak!" Udara malam yang dingin menyeruak masuk, diikuti oleh langkah-langkah berat dari beberapa pria bertubuh kekar yang

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 52: Jejak Bayangan Kegelapan

    Pagi itu, matahari baru saja menampakkan cahayanya, menyinari reruntuhan kecil yang tertinggal dari pertarungan semalam. Xiao Feng berdiri di halaman penginapan, menatap jasad pria yang menjadi korban ledakan senjatanya sendiri. Bau asap masih samar-samar tercium, bercampur dengan hawa pagi yang dingin.Dengan hati-hati, ia membungkuk memeriksa tubuh pria itu. Tangannya menyusuri lipatan pakaian yang compang-camping akibat ledakan. Di balik jubah gelap, ia menemukan secarik kertas kecil yang terlipat rapi. Di kertas itu tertera sebuah lambang berbentuk ular dengan mata merah menyala dan tulisan pendek dalam bahasa kuno: "Hanya bayangan yang bisa memasuki gerbang kegelapan."Xiao Feng juga menemukan peta sederhana dengan tanda X di sebuah lokasi di luar desa. "Ini pasti petunjuk ke sarang mereka," gumamnya sambil mengamati peta itu dengan seksama.Namun, saat ia hendak beranjak, pemilik penginapan, pria tua yang baik hati, mendek

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 53: Jejak Kegelapan

    Lorong-lorong sempit di dalam sarang Bayangan Kegelapan semakin menyesatkan. Xiao Feng melangkah perlahan, setiap derap kakinya dijaga agar tak bersuara. Suasana di tempat itu begitu mencekam, udara terasa berat, dipenuhi oleh aroma lembap yang bercampur dengan bau darah yang samar.Dokumen yang ia temukan sebelumnya memberikan petunjuk penting tentang pemimpin kelompok ini, tetapi tidak ada yang menyebutkan secara jelas lokasi ruangannya. Xiao Feng menyadari bahwa ia harus terus menyusuri tempat ini dam akan melawan apa pun yang menghadang di depannya.Ketika melewati sebuah lorong panjang dengan obor yang mulai padam, Xiao Feng mendengar suara bisikan pelan. Ia segera menempelkan tubuhnya ke dinding, memanfaatkan bayangan untuk menyembunyikan keberadaannya.Dua orang penjaga berbicara di sudut ruangan, tampaknya sedang mendiskusikan rencana kelompok mereka."Tuan Besar mengatakan untuk meningkatkan penjagaan di sekitar ruang utama. Kita tidak bo

Latest chapter

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 62: Langkah Menuju Takdir

    Xiao Feng melanjutkan perjalanannya dengan tekad yang semakin membara. Ia kini yakin bahwa Benteng Malam Abadi yang ia cari sebelumnya adalah bagian dari rencana besar sekte aliran sesat yang ingin menggulingkan kekaisaran. Peta yang ia bawa menunjukkan bahwa tujuan akhirnya ada di suatu tempat di pegunungan terpencil.Pagi itu, ia berdiri di tepi sebuah jurang yang curam. Angin dingin bertiup kencang, membawa kabut tipis yang menutupi pandangan."Jika aku benar, jalur ini akan membawaku ke Istana Bayangan," gumamnya.Saat menuruni jalan setapak yang berkelok, hutan di sekitarnya menjadi semakin gelap. Pepohonan menjulang tinggi dengan dedaunan lebat, membuat cahaya matahari hampir tidak bisa menembusnya. Tiba-tiba, suasana menjadi hening seketika. Tidak ada suara burung atau gemerisik angin, hanya keheningan yang mencekam.Xiao Feng menghentikan langkahnya, merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat. Telinganya menangkap suara langkah kaki yang ringan, hampir seperti bisikan."W

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 61: Jejak Menuju Istana Bayangan

    Pagi itu, Xiao Feng meninggalkan istana dengan bekal yang cukup dan peta kasar yang diberikan oleh Wen Liang, seorang menteri yang pernah mendengar desas-desus tentang Istana Bayangan. Peta itu sendiri hanyalah sebuah petunjuk samar dengan menunjukkan beberapa lokasi yang konon menjadi jalur menuju istana tersebut."Langkah pertama adalah menuju Pegunungan Jiuhua," gumam Xiao Feng sambil menatap peta. "Jika ini benar, aku akan menemukan petunjuk lebih lanjut di sana."Setelah dua hari perjalanan, Xiao Feng tiba di kaki Pegunungan Jiuhua. Hutan yang lebat mengelilingi jalan setapak yang berbatu, suasana sepi dan angin dingin membuatnya semakin waspada.Saat ia mulai mendaki, ia mendengar suara langkah kaki yang lembut namun teratur di belakangnya. Xiao Feng berhenti dan berbalik dengan cepat, tangannya dengan cepat memegang gagang pedang, seolah bersiap dengan serangan yang kemungkinan bisa terjadi."Kau tidak perlu begitu tegang, pendekar muda," ujar seorang pria tua yang muncul dari

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 60: Persiapan di Balik Tirai

    Setelah malam tiba, istana Kekaisaran Thang tampak lebih hidup dari biasanya. Penjaga diperbanyak, dan obor-obor dinyalakan hingga menerangi setiap sudut. Meskipun baru tiba, Xiao Feng langsung terlibat dalam diskusi dengan para pejabat kekaisaran dan Jenderal Guan, seolah dirinya adalah orang yang sangat penting."Kita tidak bisa membiarkan sekte aliran sesat menyerang duluan," ujar Jenderal Guan sambil memandang peta besar yang terbentang di meja kayu panjang. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka punya kesempatan menyerang."Xiao Feng mengangguk, seolah mengerti dengan keadaan tersebut. "Mereka pasti memiliki markas atau titik kumpul di sekitar ibu kota. Sekte seperti ini biasanya mengandalkan tempat-tempat terpencil untuk menghindari deteksi."Kaisar Thang yang duduk di ujung ruangan akhirnya berbicara, suaranya tegas namun penuh wibawa. "Tuan Xiao Feng, apakah kau bersedia memimpin penyelidikan ini? Kami membutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa untuk menghad

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 59: Ancaman di Balik Tirai Kekaisaran

    Disisi lain. Tepatnya di tengah kejayaan Kekaisaran Thang, angin buruk mulai berhembus. Laporan demi laporan tentang kekacauan di berbagai wilayah membuat suasana istana tegang. Desa-desa dibakar, pedagang dirampok, dan rumor tentang sekte aliran sesat yang hendak menggulingkan kekuasaan mulai menyebar seperti api di musim kemarau.Di dalam aula utama istana, Kaisar Thang yang agung duduk di singgasana emasnya, ditemani oleh para menteri dan jenderal kepercayaannya."Apakah ini hanya kebetulan atau memang ada kekuatan besar yang sedang menggerakkan semua ini?" tanya Kaisar, suaranya dalam namun penuh kekhawatiran.Seorang menteri tua bernama Wen Liang maju, membungkuk hormat, lalu berkata, "Yang Mulia, informasi yang kami terima menunjukkan adanya keterkaitan antara semua kejahatan ini. Mereka tampaknya dikendalikan oleh sekte aliran sesat yang telah lama bersembunyi. Namun, lokasi pusat kekuatan mereka masih menjadi misteri."Jenderal Guan, seorang pendekar tanpa tanding yang juga ko

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 58: Langkah yang Tak Pernah Terhenti

    Waktu berjalan dengan cepat, malampun berganti pagi. Mentari terbit perlahan, menciptakan kilauan keemasan di balik pepohonan. Xiao Feng berdiri di tengah desa, menghadap beberapa penduduk yang telah berkumpul untuk mengucapkan kalimat perpisahan. Di antara mereka, ada Tuan Guo, wanita yang diselamatkan Xiao Feng dari gua, dan pemuda yang memberinya informasi tentang Bukit Barat."Tuan Xiao, terima kasih atas keberanianmu. Desa kami akhirnya bisa bernapas lega," ucap seorang pria tua dengan nada penuh haru.Xiao Feng hanya tersenyum tipis. "Kewajibanku sebagai seorang pendekar adalah melindungi mereka yang membutuhkan. Jangan berterima kasih padaku, tapi berterima kasihlah pada keberanian kalian untuk bertahan."Setelah Xiao Feng berkata-kata. Wanita yang ia selamatkan mendekat, matanya masih sedikit sembap, akibat menangis semalaman. "Aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu, Tuan Xiao. Jika bukan karena kau, aku mungkin sudah..." Suaranya tersendat, air mata kembali mengalir.Xi

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 57: Langkah Baru Menuju Kebenaran

    Xiao Feng meninggalkan Lembah Bayangan Abadi dengan hati yang merasa puas, ketika ia telah berhasil mengalahkan salah satu pemimpin di tempat tersebut. Dengan demikian ia kembali melanjutkan perjalanan, meninggal Lembah Bayangan Abadi. Langkah-langkahnya mulai terasa berat, bukan karena lelah, tetapi karena beban pikiran yang menghantui. Kristal hitam yang ia hancurkan tadi meninggalkan banyak pertanyaan. Apa tujuan Bayangan Kegelapan yang sebenarnya? Siapa penguasa mereka? Dan, apakah ini hanya permulaan?Dari kejauhan, lembah itu mulai tampak seperti bayangan samar di balik kabut. Mataharitampak mulai terbit, sinarnya yang hangat menyentuh wajah Xiao Feng, memberinya sedikit rasa damai setelah pertempuran panjang. "Aku harus terus maju," gumamnya sambil mengeratkan cengkeraman pada gagang pedangnya.Saat menyusuri jalan setapak menuju desa terdekat, Xiao Feng melihat seorang pria tua dengan gerobak kayu yang penuh dengan barang-barang dagangan. Pria itu tampak kelelahan, berjuang me

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 56: Misteri Lembah Bayangan Abadi

    Xiao Feng mulai melangkah memasuki Lembah Bayangan Abadi, dikelilingi tebing-tebing tinggi yang menjulang seperti dinding raksasa. Udara di lembah ini terasa dingin, tetapi ada aroma samar yang aneh, seperti tanah basah bercampur bunga liar. Suara burung atau hewan lain nyaris tak terdengar, menambah suasana sunyi yang mencekam.Di kejauhan, ia melihat reruntuhan bangunan tua yang terlihat seperti kuil, diselimuti kabut tipis yang bergerak perlahan. “Tempat ini sepertinya menyimpan rahasia yang lebih dari sekadar markas kelompok Bayangan Kegelapan,” pikirnya.Setelah beberapa saat mengamati tempat tersebut, Xiao Feng memutuskan mendekati kuil itu. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena lelah, tetapi karena aura lembah ini seakan menekan energinya. Ketika ia tiba di depan reruntuhan, ia melihat ukiran-ukiran aneh pada dinding batu. Gambaran ular besar melilit matahari, dengan pilar-pilar batu yang sudah rapuh berdiri di sekelilingnya.Saat ia menyentuh salah satu ukiran, batu itu

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 55: Menuju Lembah Bayangan Abadi

    Xiao Feng melangkah perlahan meninggalkan reruntuhan tempat kelompok Bayangan Kegelapan. Cahaya matahari pagi yang menembus dedaunan terasa menenangkan, kontras dengan kegelapan yang baru saja ia hadapi. Di tangannya, gulungan peta yang ditemukan dari pemimpin kelompok itu terus digenggam erat seakan tidak ingin kehilangan benda tersebut.Ia membuka peta itu sekali lagi, mempelajari setiap detailnya. Jalur yang ditunjukkan tampak samar, tetapi ia bisa melihat bahwa jalur itu akan membawanya melewati pegunung

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 54: Jejak Kegelapan yang Lebih Dalam

    Ruang utama yang dimasuki Xiao Feng tampak seperti aula besar yang pernah digunakan untuk ritual. Tiang-tiang batu besar menopang langit-langit tinggi, sementara lilin-lilin merah darah menerangi tempat itu dengan cahaya yang redup. Aroma dupa menyengat bercampur dengan hawa dingin, membuat suasana semakin mencekam.Di tengah aula, sebuah altar berdiri, dihiasi ukiran ular hitam melingkar. Di atas altar, seorang pria dengan jubah hitam berdiri, tangannya menggenggam tongkat berujung tengkorak kecil yang bersinar hijau. Wajahnya setengah tertutup topeng yang menyerupai ular, memberikan kesan bahwa ia adalah pemimpin dari kelompok ini."Selamat datang di markas Bayangan Kegelapan, Pendekar muda," suara pria itu terdengar serak namun penuh kekuatan. "Aku sudah mendengar kedatanganmu. Keberanianmu patut dipuji, tapi keberanian saja tidak cukup untuk melawan kami."Xiao Feng berdiri tegak, matanya memandang tajam. "Aku tidak

DMCA.com Protection Status