Beranda / Pendekar / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 34: Duel Kilat di Ruang Tahta

Share

Bab 34: Duel Kilat di Ruang Tahta

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-23 22:06:47

Ruangan besar itu dipenuhi percikan petir yang saling beradu. Xiao Feng dan Lei Kun berdiri saling berhadapan, aura petir di sekitar mereka membentuk medan energi yang menghentikan aliran udara di ruangan. Tombak Lei Kun berkilauan, sementara Xiao Feng memegang pedangnya dengan tangan yang mantap, zirah besinya berkilau samar di bawah cahaya lentera.

Lei Kun tersenyum licik. "Jadi, kau juga seorang pengguna petir. Menarik. Tapi kau masih terlalu muda untuk menghadapi seseorang sepertiku."

Xiao Feng membalas senyum itu. "Mungkin kau harus merasakan kekuatan sejati dari Kitab Dewa Naga."

Hal itu membuat pria besar itu menaikkan alisnya, ia sedikit berkeringat ketika mendengar Kitab Dewa Naga, tentu saja ia mengetahui legenda tentang kitab tersebut. Kitab yang diperebutkan banyak pendekar hebat di dunia persilataan.

Lei Kun melompat maju, tombaknya menghantam dengan kecepatan kilat. “Wsuhh!” Suara angin memecah keheningan saat ujung tombak hampir menyentuh tubuh Xiao Feng. Namun, zirah b
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 35: Keheningan yang Dikhianati

    Xiao Feng menerima undangan pria tua yang ia temui di kedai teh beberapa hari yang lalu, seorang yang kelihatannya tak hanya ramah tapi juga memiliki kebijaksanaan tersirat. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Li Zhong, mantan pendekar yang kini memilih hidup sederhana sebagai pemilik penginapan kecil di pinggiran kota Liyue.“Terima kasih atas keberanianmu melawan Lei Kun dan menyelamatkan kota ini,” ujar Li Zhong sambil tersenyum lemah. “Mungkin malam ini kau bisa beristirahat sejenak di tempatku. Penginapanku sederhana, tapi cukup nyaman.”Xiao Feng yang masih merasa lelah dari pertarungan sebelumnya mengangguk pelan. “Aku akan menerima tawaranmu. Namun, kota ini masih dalam bahaya. Aku bisa merasakannya.”Li Zhong tertawa kecil. “Kau benar, Pendekar Muda. Tapi malam ini, nikmatilah makanan dan minuman sebagai tanda terima kasih kami.”Penginapan Li Zhong ternyata lebih luas dari perkiraan. Xiao Feng dijamu dengan makanan lezat, mulai dari ikan panggang hingga sup herbal yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 36: Fajar Keemasan

    Pagi di kota Liyue terasa berbeda. Udara yang semula terasa berat kini mulai ringan, seolah bebannya telah terangkat. Penduduk kota tampak lebih bersemangat, meski bekas-bekas kekacauan masih terlihat di beberapa sudut kota.Xiao Feng duduk di beranda penginapan Li Zhong, menyesap teh hangat sambil menikmati ketenangan yang jarang ia rasakan. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.“Hup! Hup!”Suara derap langkah kuda terdengar dari kejauhan. Sekelompok orang dengan baju zirah putih keemasan, membawa panji besar dengan simbol matahari yang bersinar, memasuki kota Liyue.Penduduk yang melihat mereka berbisik-bisik. “Itu mereka, Fajar Keemasan! Kelompok besar yang terkenal karena perjuangan mereka untuk kedamaian.” Ujar salah satu orang.Xiao Feng memperhatikan dengan seksama, kedatangan sekelompok orang tersebut. Dari cara mereka membawa diri dan barisan yang teratur, jelas bahwa mereka adalah kelompok yang terlatih dan terorganisir.Kelompok itu berhenti di tengah alun-alun. Pem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 37: Jejak di Hutan Gelap

    Langkah Xiao Feng perlahan melewati hutan lebat yang seolah tak pernah berakhir. Pepohonan tua dengan dahan-dahan menjulang tinggi menciptakan bayang-bayang gelap di bawah cahaya rembulan. Meski malam terasa tenang, ada sesuatu yang ganjil di udara, seperti bisikan hutan yang memanggilnya untuk tetap waspada.Tiba-tiba, jeritan minta tolong memecah keheningan. "Tolong! Siapa pun, tolong saya!" Suara itu terdengar putus asa, datang dari arah utara.Tanpa ragu, Xiao Feng melangkah cepat menuju sumber suara. Di tengah area terbuka yang kecil, dia melihat sekelompok pria kasar mengepung seorang lelaki tua yang memeluk erat kantong barangnya.“Hei, serahkan itu! Jangan bikin susah!” bentak salah satu perampok dengan nada mengancam.Lelaki tua itu menggeleng panik. “Tolong... ini semua yang saya punya... jangan ambil ini!”Perampok itu tertawa kasar. “Kalau begitu, nyawamu yang akan kami ambil!”“Berhenti di sana,” suara tegas Xiao Feng terdengar, membuat semua orang di tempat itu menoleh.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 38: Serangan di Markas Gelap

    Langkah Xiao Feng terhenti di belakang sebuah batu besar yang memberinya perlindungan dari pandangan penjaga di luar gua. Ia mengamati dengan saksama. Ada empat penjaga berdiri dengan formasi longgar, namun cukup strategis untuk memantau seluruh area di sekitar pintu masuk.Xiao Feng menyentuh zirah besinya, merasakan kekuatannya yang tenang namun kokoh. Dengan napas yang teratur, dia mulai merencanakan langkah berikutnya.Pertama-tama, dia mengambil batu kecil di tanah dan melemparkannya ke semak-semak di sisi kanan gua. Hal itu bertujuan untuk mengalihkan perhatian para penjaga. “Kruss... kruss...” Bunyi gerakan itu membuat dua penjaga menoleh.“Ada yang bergerak di sana!” ujar salah satu dari mereka sambil mendekat untuk memeriksa.Dugaan Xiao Feng benar, para penjaga itu mulai mencari sumber suara yang dianggapnya sebagai ancaman. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan oleh Xiao Feng. Dengan langkah cepat dan tanpa suara, dia meluncur ke arah penjaga yang tersisa di dekat pintu masu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 39: Mencari Jejak Kelompok Ular Hitam

    Malam sudah turun ketika Xiao Feng kembali ke gua, membawa salah satu penjaga yang sebelumnya dia tangkap dalam keadaan hidup. Pria itu diikat di sebuah pohon besar di luar gua, tubuhnya penuh luka ringan akibat pertarungan sebelumnya. Namun, sorot matanya masih menunjukkan keberanian yang dipaksakan.Xiao Feng berdiri di hadapannya, tatapannya dingin seperti es. “Aku tak ingin membuang waktu. Katakan padaku, siapa pemimpin kalian, dan di mana markas utama kelompok Ular Hitam berada.”Penjaga itu mendengus, meskipun tubuhnya bergetar. “Kau pikir aku akan memberitahu begitu saja? Pemimpin kami jauh lebih kuat daripada bocah sepertimu.” Timpalnya dengan tatapan tajam.Xiao Feng mendekat, menghunus pedangnya. Cahaya bulan memantulkan kilauan tajam di bilahnya. Dengan gerakan cepat, dia menusukkan pedang itu ke tanah, hanya beberapa inci dari kaki penjaga tersebut. “Aku bisa membuatmu bicara dengan cara yang lebih keras. Tapi aku lebih suka kita melakukannya dengan cara yang mudah.”Penja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 40: Jejak yang Menyesatkan

    Xiao Feng berjalan dengan langkah hati-hati, pikirannya berkecamuk. Informasi yang diberikan oleh penjaga sebelumnya menimbulkan kebimbangan di hatinya. Lei Zhang, seorang pemimpin terkenal dari sekte aliran sesat, ternyata memiliki nama lain yaitu Xian Duan. Jika informasi itu benar, maka musuh yang dia hadapi jauh lebih berbahaya daripada yang dia bayangkan.Dia menatap ke arah langit yang tertutup dedaunan hutan, pikirannya kembali mengingat interogasi terakhirnya. "Apakah mungkin ini hanya jebakan lain?" gumamnya pelan.Namun, satu hal mengganggu pikirannya: kebiasaannya membiarkan musuh tetap hidup. Dia tahu bahwa memberikan ampunan adalah keputusan yang berbahaya, tetapi hingga saat ini dia selalu memilih jalan tersebut. "Mungkin aku terlalu percaya bahwa mereka akan berubah," pikirnya.Sementara itu, di sebuah markas tersembunyi di dalam gua, beberapa penjaga yang sebelumnya dikalahkan oleh Xiao Feng telah kembali. Mereka berdiri gemetar di hadapan seorang pria tinggi dengan wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 41: Amukan di Hutan Kabut Hitam

    Xiao Feng berdiri di tengah arena yang penuh dengan anak buah Lei Zhang. Tanah di bawahnya penuh dengan bekas tebasan pedang dan tubuh-tubuh penjaga yang terkapar. Namun, pasukan Lei Zhang tampaknya tak habis-habisnya. Mereka terus menyerang dengan amukan yang semakin ganas.Seorang pria bertubuh besar maju dengan gada besi yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Dia menghentakkan gada itu ke tanah, menciptakan getaran yang membuat Xiao Feng harus melompat mundur.“Hiat!” teriak pria itu sambil mengayunkan gada ke arah Xiao Feng, berniat untuk membunuh pemuda itu dengan sekali serangan.“Wsuhh!” Angin dari ayunan gada terasa menusuk kulit, tapi Xiao Feng dengan gesit memiringkan tubuhnya, menghindari serangan tersebut dengan mudah. Tidak hanya itu Xiao Feng sedikit memutar tubuhnya sebelum ia kembali menebaskan pedangnya.“Trang!”Dentang keras terdengar ketika pedang Xiao Feng berbenturan dengan gada itu. Pusaka zirah besi yang dikenakan Xiao Feng melindunginya dari getaran serangan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 42: Pertarungan di Bawah Langit Petir

    Kilatan petir menghiasi langit malam saat Xiao Feng dan Lei Zhang saling berhadapan. Tanah di sekitar mereka telah hancur akibat benturan serangan sebelumnya. Xiao Feng mengepalkan pedangnya lebih erat, sementara Lei Zhang memutar jimat naga di tangannya, membuat aura petir di sekitarnya semakin kuat.“Xiao Feng, kau terlalu sombong! Kau pikir pelatihan dan pusaka yang kau miliki bisa menandingi kekuatan sejati seorang Dewa Bayangan Petir?” teriak Lei Zhang.Xiao Feng menatapnya tajam. “Omong kosong. Aku sudah cukup menghadapi orang seperti dirimu. Ucapkan selamat tinggal pada kesombonganmu.”Lei Zhang melompat ke udara, jimatnya bersinar terang. Kilatan petir menyambar dari langit, mengarah langsung ke Xiao Feng.“Hiat! Rasakan ini!”“Wsuhhh! Zzzaarrrtt!”Xiao Feng bergerak cepat, menghindari sambaran petir tersebut. Namun, ledakan energi listrik itu tetap menghantam tanah di belakangnya, menciptakan kawah besar.“Trang!”Kilatan pedang Xiao Feng berbenturan dengan perisai petir yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24

Bab terbaru

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 237: Kebangkitan Bayangan Laut

    Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 236: Kedatangan Long Yu, Sang Naga Hitam

    Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 235: Gugurnya Para Pendekar

    Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 234: Dalam Kepungan Tak Berujung

    Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 233: Bayangan di Tengah Kepungan

    Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 232: Pertarungan Tanpa Akhir

    Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 231: Pengorbanan Seorang Pendekar

    Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 230: Kepungan Pasukan Bendera Merah

    Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 229: Penjaga Besar dari Pasar Gelap

    Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status