Beranda / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 39: Mencari Jejak Kelompok Ular Hitam

Share

Bab 39: Mencari Jejak Kelompok Ular Hitam

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 11:49:38

Malam sudah turun ketika Xiao Feng kembali ke gua, membawa salah satu penjaga yang sebelumnya dia tangkap dalam keadaan hidup. Pria itu diikat di sebuah pohon besar di luar gua, tubuhnya penuh luka ringan akibat pertarungan sebelumnya. Namun, sorot matanya masih menunjukkan keberanian yang dipaksakan.

Xiao Feng berdiri di hadapannya, tatapannya dingin seperti es. “Aku tak ingin membuang waktu. Katakan padaku, siapa pemimpin kalian, dan di mana markas utama kelompok Ular Hitam berada.”

Penjaga itu mendengus, meskipun tubuhnya bergetar. “Kau pikir aku akan memberitahu begitu saja? Pemimpin kami jauh lebih kuat daripada bocah sepertimu.” Timpalnya dengan tatapan tajam.

Xiao Feng mendekat, menghunus pedangnya. Cahaya bulan memantulkan kilauan tajam di bilahnya. Dengan gerakan cepat, dia menusukkan pedang itu ke tanah, hanya beberapa inci dari kaki penjaga tersebut. “Aku bisa membuatmu bicara dengan cara yang lebih keras. Tapi aku lebih suka kita melakukannya dengan cara yang mudah.”

Penja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 40: Jejak yang Menyesatkan

    Xiao Feng berjalan dengan langkah hati-hati, pikirannya berkecamuk. Informasi yang diberikan oleh penjaga sebelumnya menimbulkan kebimbangan di hatinya. Lei Zhang, seorang pemimpin terkenal dari sekte aliran sesat, ternyata memiliki nama lain yaitu Xian Duan. Jika informasi itu benar, maka musuh yang dia hadapi jauh lebih berbahaya daripada yang dia bayangkan.Dia menatap ke arah langit yang tertutup dedaunan hutan, pikirannya kembali mengingat interogasi terakhirnya. "Apakah mungkin ini hanya jebakan lain?" gumamnya pelan.Namun, satu hal mengganggu pikirannya: kebiasaannya membiarkan musuh tetap hidup. Dia tahu bahwa memberikan ampunan adalah keputusan yang berbahaya, tetapi hingga saat ini dia selalu memilih jalan tersebut. "Mungkin aku terlalu percaya bahwa mereka akan berubah," pikirnya.Sementara itu, di sebuah markas tersembunyi di dalam gua, beberapa penjaga yang sebelumnya dikalahkan oleh Xiao Feng telah kembali. Mereka berdiri gemetar di hadapan seorang pria tinggi dengan wa

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 41: Amukan di Hutan Kabut Hitam

    Xiao Feng berdiri di tengah arena yang penuh dengan anak buah Lei Zhang. Tanah di bawahnya penuh dengan bekas tebasan pedang dan tubuh-tubuh penjaga yang terkapar. Namun, pasukan Lei Zhang tampaknya tak habis-habisnya. Mereka terus menyerang dengan amukan yang semakin ganas.Seorang pria bertubuh besar maju dengan gada besi yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Dia menghentakkan gada itu ke tanah, menciptakan getaran yang membuat Xiao Feng harus melompat mundur.“Hiat!” teriak pria itu sambil mengayunkan gada ke arah Xiao Feng, berniat untuk membunuh pemuda itu dengan sekali serangan.“Wsuhh!” Angin dari ayunan gada terasa menusuk kulit, tapi Xiao Feng dengan gesit memiringkan tubuhnya, menghindari serangan tersebut dengan mudah. Tidak hanya itu Xiao Feng sedikit memutar tubuhnya sebelum ia kembali menebaskan pedangnya.“Trang!”Dentang keras terdengar ketika pedang Xiao Feng berbenturan dengan gada itu. Pusaka zirah besi yang dikenakan Xiao Feng melindunginya dari getaran serangan t

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 42: Pertarungan di Bawah Langit Petir

    Kilatan petir menghiasi langit malam saat Xiao Feng dan Lei Zhang saling berhadapan. Tanah di sekitar mereka telah hancur akibat benturan serangan sebelumnya. Xiao Feng mengepalkan pedangnya lebih erat, sementara Lei Zhang memutar jimat naga di tangannya, membuat aura petir di sekitarnya semakin kuat.“Xiao Feng, kau terlalu sombong! Kau pikir pelatihan dan pusaka yang kau miliki bisa menandingi kekuatan sejati seorang Dewa Bayangan Petir?” teriak Lei Zhang.Xiao Feng menatapnya tajam. “Omong kosong. Aku sudah cukup menghadapi orang seperti dirimu. Ucapkan selamat tinggal pada kesombonganmu.”Lei Zhang melompat ke udara, jimatnya bersinar terang. Kilatan petir menyambar dari langit, mengarah langsung ke Xiao Feng.“Hiat! Rasakan ini!”“Wsuhhh! Zzzaarrrtt!”Xiao Feng bergerak cepat, menghindari sambaran petir tersebut. Namun, ledakan energi listrik itu tetap menghantam tanah di belakangnya, menciptakan kawah besar.“Trang!”Kilatan pedang Xiao Feng berbenturan dengan perisai petir yang

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 43: Jejak di Padang Rumput

    Setelah berjalan cukup jauh, Xiao Feng berdiri di pinggiran hutan, napasnya masih cukup teratur setelah pertarungannya dengan Lei Zhang beberapa saat yang lalu. Di hadapannya terbentang hamparan padang rumput luas yang bergoyang perlahan diterpa angin. Matahari mulai condong ke barat, memancarkan sinar keemasan yang membuat pemandangan itu terlihat seperti lukisan surgawi.Namun, keindahan itu segera terganggu oleh bayangan seorang pria yang melayang di atas rerumputan. Xiao Feng mengerutkan kening, matanya mengikuti gerakan pria itu yang tampak melompat-lompat dengan ringan seolah sedang menari di udara.“Itu jurus meringankan tubuh…” Xiao Feng bergumam, matanya berkilat. Ia mengenali teknik itu. Gurunya, Xiao Chen, pernah menyebutkan bahwa jurus meringankan tubuh memiliki tujuh tingkatan. Tingkatan pertama adalah dasar untuk melampaui kecepatan manusia biasa, sedangkan tingkatan ketujuh adalah puncak kesempurnaan, yang hanya bisa dicapai oleh pendekar tanpa tanding.Pria itu melesat

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 44: Ujian Sang Guru Misterius

    Xiao Feng kembali mengejar pria tua itu yang melayang di atas rerumputan. Kali ini, langkahnya lebih mantap dari sebelumnya. Ia menggunakan seluruh pengalaman dari pelatihannya bersama Bai Lian untuk memaksimalkan teknik meringankan tubuh tingkat pertama. Meski begitu, pria tua itu tetap bergerak dengan kecepatan luar biasa, meninggalkan Xiao Feng jauh di belakang.“Wsuhhh!”Angin berdesir kencang ketika pria tua itu melompat tinggi, membuat rerumputan di sekitarnya bergoyang keras. Xiao Feng merasakan tekanan energi yang kuat di udara, pertanda bahwa pria itu menggunakan teknik tingkat tinggi.“Hiat!”Xiao Feng melompat ke udara, mencoba meniru gerakan pria itu. Namun tubuhnya terasa berat, dan ia terjatuh ke rerumputan kembali. Napasnya terengah-engah, tetapi tekadnya tidak pudar sedikitpun.Pria tua itu berhenti di kejauhan, menoleh ke arah Xiao Feng dengan tatapan penuh arti. “Kau cepat menyerah anak muda?”Xiao Feng menggertakkan giginya, merasa kesal dengan perkataan pria tua it

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 45: Jejak Menuju Lembah Angin Sunyi

    Langit mulai memudar menjadi warna jingga saat Xiao Feng terus menyusuri jalan setapak di tepi hutan. Ia sudah bertanya pada beberapa orang yang ia temui di sepanjang perjalanan tentang Lembah Angin Sunyi, tetapi semua jawaban hanya berupa kebingungan atau ketidaktahuan.“Tidak ada yang pernah mendengar tempat itu,” gumamnya sambil memandangi peta kasar yang dia buat di atas selembar kain.Hutan di depannya mulai tampak lebih gelap, tetapi ia harus terus melangkah. Aroma dedaunan basah dan suara burung malam mulai mengisi udara. Setelah beberapa jam, ia melihat cahaya samar dari sebuah gubuk kecil yang tampak rapuh di tengah hutan.Xiao Feng mengetuk pintu dengan sopan. Beberapa saat kemudian, seorang wanita tua dengan rambut putih kusut dan mata tajam membuka pintu. “Siapa kau, anak muda? Apa yang kau cari di tempat sunyi ini?”Xiao Feng memberi hormat dengan tangan terkepal. “Saya Xiao Feng. Saya ingin menemui seorang pria, dia berada di Lembah Angin Sunyi. Apakah Anda tahu tempat it

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 46: Mendekati Lembah Angin Sunyi

    Langkah Xiao Feng semakin berat. Medan yang sebelumnya hanya berupa hutan rimbun kini berubah menjadi bukit-bukit terjal dan jurang-jurang yang tampak tanpa dasar. Dia berusaha mengikuti petunjuk dari peta yang diberikan wanita tua itu, tetapi jalur yang dilewati tidak selalu sesuai dengan gambaran yang tertera.Angin mulai bertiup lebih kencang. Suaranya mendesing di telinga, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Namun, Xiao Feng tidak menyerah begitu saja, ia kembali melangkah dengan tekad dan tujuan yang tidak pernah berubah setelah perjalanan panjang ini.“Jika ini adalah ujian dari alam, aku akan melaluinya,” gumamnya, mengencangkan sabuk zirah besinya.Saat mendaki salah satu bukit yang curam, angin tiba-tiba bertiup sangat kencang.“Wsuhhh!”Angin itu cukup kuat untuk membuatnya kehilangan keseimbangan. Batu-batu kecil beterbangan, menghantam zirahnya dengan bunyi “Tak, tak, tak!”. Xiao Feng menancapkan pedangnya ke tanah untuk menahan tubuhnya agar tidak terdorong

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 47: Pertemuan dengan Penguasa Angin

    Pada saat yang sama tampak di tengah lembah, ia melihat sosok pria berjubah putih panjang, berdiri di atas sebuah batu besar yang tampak seperti singgasana alami. Jubahnya berkibar perlahan seiring angin yang berputar di sekelilingnya. Rupanya, pria yang baru saja ia lihat adalah ilusi semata yang mencoba mengujinya ketika berhasil tiba ditempat tersebut. Penguasa angin yang sebenarnya berada disebuah batu besar dan sedang memperhatikannya.“Akhirnya kita bertemu,” pria itu membuka suara. Suaranya tenang, tetapi menggema, seolah berbicara langsung ke dalam jiwa Xiao Feng.“Anda...” Xiao Feng terdiam sejenak. Itu adalah pria yang ia lihat melompati rerumputan di pinggir hutan. “Anda adalah Penguasa Angin?”Pria itu tersenyum tipis. “Itu hanya sebutan yang diberikan oleh orang-orang. Aku lebih suka dikenal sebagai penjaga keseimbangan. Namun, sebutanku tidak penting. Yang penting adalah alasanmu datang ke sini. Apa yang kau cari, pemuda?”“Aku datang untuk mempelajari seni meringankan t

Bab terbaru

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 62: Langkah Menuju Takdir

    Xiao Feng melanjutkan perjalanannya dengan tekad yang semakin membara. Ia kini yakin bahwa Benteng Malam Abadi yang ia cari sebelumnya adalah bagian dari rencana besar sekte aliran sesat yang ingin menggulingkan kekaisaran. Peta yang ia bawa menunjukkan bahwa tujuan akhirnya ada di suatu tempat di pegunungan terpencil.Pagi itu, ia berdiri di tepi sebuah jurang yang curam. Angin dingin bertiup kencang, membawa kabut tipis yang menutupi pandangan."Jika aku benar, jalur ini akan membawaku ke Istana Bayangan," gumamnya.Saat menuruni jalan setapak yang berkelok, hutan di sekitarnya menjadi semakin gelap. Pepohonan menjulang tinggi dengan dedaunan lebat, membuat cahaya matahari hampir tidak bisa menembusnya. Tiba-tiba, suasana menjadi hening seketika. Tidak ada suara burung atau gemerisik angin, hanya keheningan yang mencekam.Xiao Feng menghentikan langkahnya, merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat. Telinganya menangkap suara langkah kaki yang ringan, hampir seperti bisikan."W

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 61: Jejak Menuju Istana Bayangan

    Pagi itu, Xiao Feng meninggalkan istana dengan bekal yang cukup dan peta kasar yang diberikan oleh Wen Liang, seorang menteri yang pernah mendengar desas-desus tentang Istana Bayangan. Peta itu sendiri hanyalah sebuah petunjuk samar dengan menunjukkan beberapa lokasi yang konon menjadi jalur menuju istana tersebut."Langkah pertama adalah menuju Pegunungan Jiuhua," gumam Xiao Feng sambil menatap peta. "Jika ini benar, aku akan menemukan petunjuk lebih lanjut di sana."Setelah dua hari perjalanan, Xiao Feng tiba di kaki Pegunungan Jiuhua. Hutan yang lebat mengelilingi jalan setapak yang berbatu, suasana sepi dan angin dingin membuatnya semakin waspada.Saat ia mulai mendaki, ia mendengar suara langkah kaki yang lembut namun teratur di belakangnya. Xiao Feng berhenti dan berbalik dengan cepat, tangannya dengan cepat memegang gagang pedang, seolah bersiap dengan serangan yang kemungkinan bisa terjadi."Kau tidak perlu begitu tegang, pendekar muda," ujar seorang pria tua yang muncul dari

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 60: Persiapan di Balik Tirai

    Setelah malam tiba, istana Kekaisaran Thang tampak lebih hidup dari biasanya. Penjaga diperbanyak, dan obor-obor dinyalakan hingga menerangi setiap sudut. Meskipun baru tiba, Xiao Feng langsung terlibat dalam diskusi dengan para pejabat kekaisaran dan Jenderal Guan, seolah dirinya adalah orang yang sangat penting."Kita tidak bisa membiarkan sekte aliran sesat menyerang duluan," ujar Jenderal Guan sambil memandang peta besar yang terbentang di meja kayu panjang. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka punya kesempatan menyerang."Xiao Feng mengangguk, seolah mengerti dengan keadaan tersebut. "Mereka pasti memiliki markas atau titik kumpul di sekitar ibu kota. Sekte seperti ini biasanya mengandalkan tempat-tempat terpencil untuk menghindari deteksi."Kaisar Thang yang duduk di ujung ruangan akhirnya berbicara, suaranya tegas namun penuh wibawa. "Tuan Xiao Feng, apakah kau bersedia memimpin penyelidikan ini? Kami membutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa untuk menghad

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 59: Ancaman di Balik Tirai Kekaisaran

    Disisi lain. Tepatnya di tengah kejayaan Kekaisaran Thang, angin buruk mulai berhembus. Laporan demi laporan tentang kekacauan di berbagai wilayah membuat suasana istana tegang. Desa-desa dibakar, pedagang dirampok, dan rumor tentang sekte aliran sesat yang hendak menggulingkan kekuasaan mulai menyebar seperti api di musim kemarau.Di dalam aula utama istana, Kaisar Thang yang agung duduk di singgasana emasnya, ditemani oleh para menteri dan jenderal kepercayaannya."Apakah ini hanya kebetulan atau memang ada kekuatan besar yang sedang menggerakkan semua ini?" tanya Kaisar, suaranya dalam namun penuh kekhawatiran.Seorang menteri tua bernama Wen Liang maju, membungkuk hormat, lalu berkata, "Yang Mulia, informasi yang kami terima menunjukkan adanya keterkaitan antara semua kejahatan ini. Mereka tampaknya dikendalikan oleh sekte aliran sesat yang telah lama bersembunyi. Namun, lokasi pusat kekuatan mereka masih menjadi misteri."Jenderal Guan, seorang pendekar tanpa tanding yang juga ko

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 58: Langkah yang Tak Pernah Terhenti

    Waktu berjalan dengan cepat, malampun berganti pagi. Mentari terbit perlahan, menciptakan kilauan keemasan di balik pepohonan. Xiao Feng berdiri di tengah desa, menghadap beberapa penduduk yang telah berkumpul untuk mengucapkan kalimat perpisahan. Di antara mereka, ada Tuan Guo, wanita yang diselamatkan Xiao Feng dari gua, dan pemuda yang memberinya informasi tentang Bukit Barat."Tuan Xiao, terima kasih atas keberanianmu. Desa kami akhirnya bisa bernapas lega," ucap seorang pria tua dengan nada penuh haru.Xiao Feng hanya tersenyum tipis. "Kewajibanku sebagai seorang pendekar adalah melindungi mereka yang membutuhkan. Jangan berterima kasih padaku, tapi berterima kasihlah pada keberanian kalian untuk bertahan."Setelah Xiao Feng berkata-kata. Wanita yang ia selamatkan mendekat, matanya masih sedikit sembap, akibat menangis semalaman. "Aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu, Tuan Xiao. Jika bukan karena kau, aku mungkin sudah..." Suaranya tersendat, air mata kembali mengalir.Xi

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 57: Langkah Baru Menuju Kebenaran

    Xiao Feng meninggalkan Lembah Bayangan Abadi dengan hati yang merasa puas, ketika ia telah berhasil mengalahkan salah satu pemimpin di tempat tersebut. Dengan demikian ia kembali melanjutkan perjalanan, meninggal Lembah Bayangan Abadi. Langkah-langkahnya mulai terasa berat, bukan karena lelah, tetapi karena beban pikiran yang menghantui. Kristal hitam yang ia hancurkan tadi meninggalkan banyak pertanyaan. Apa tujuan Bayangan Kegelapan yang sebenarnya? Siapa penguasa mereka? Dan, apakah ini hanya permulaan?Dari kejauhan, lembah itu mulai tampak seperti bayangan samar di balik kabut. Mataharitampak mulai terbit, sinarnya yang hangat menyentuh wajah Xiao Feng, memberinya sedikit rasa damai setelah pertempuran panjang. "Aku harus terus maju," gumamnya sambil mengeratkan cengkeraman pada gagang pedangnya.Saat menyusuri jalan setapak menuju desa terdekat, Xiao Feng melihat seorang pria tua dengan gerobak kayu yang penuh dengan barang-barang dagangan. Pria itu tampak kelelahan, berjuang me

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 56: Misteri Lembah Bayangan Abadi

    Xiao Feng mulai melangkah memasuki Lembah Bayangan Abadi, dikelilingi tebing-tebing tinggi yang menjulang seperti dinding raksasa. Udara di lembah ini terasa dingin, tetapi ada aroma samar yang aneh, seperti tanah basah bercampur bunga liar. Suara burung atau hewan lain nyaris tak terdengar, menambah suasana sunyi yang mencekam.Di kejauhan, ia melihat reruntuhan bangunan tua yang terlihat seperti kuil, diselimuti kabut tipis yang bergerak perlahan. “Tempat ini sepertinya menyimpan rahasia yang lebih dari sekadar markas kelompok Bayangan Kegelapan,” pikirnya.Setelah beberapa saat mengamati tempat tersebut, Xiao Feng memutuskan mendekati kuil itu. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena lelah, tetapi karena aura lembah ini seakan menekan energinya. Ketika ia tiba di depan reruntuhan, ia melihat ukiran-ukiran aneh pada dinding batu. Gambaran ular besar melilit matahari, dengan pilar-pilar batu yang sudah rapuh berdiri di sekelilingnya.Saat ia menyentuh salah satu ukiran, batu itu

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 55: Menuju Lembah Bayangan Abadi

    Xiao Feng melangkah perlahan meninggalkan reruntuhan tempat kelompok Bayangan Kegelapan. Cahaya matahari pagi yang menembus dedaunan terasa menenangkan, kontras dengan kegelapan yang baru saja ia hadapi. Di tangannya, gulungan peta yang ditemukan dari pemimpin kelompok itu terus digenggam erat seakan tidak ingin kehilangan benda tersebut.Ia membuka peta itu sekali lagi, mempelajari setiap detailnya. Jalur yang ditunjukkan tampak samar, tetapi ia bisa melihat bahwa jalur itu akan membawanya melewati pegunung

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 54: Jejak Kegelapan yang Lebih Dalam

    Ruang utama yang dimasuki Xiao Feng tampak seperti aula besar yang pernah digunakan untuk ritual. Tiang-tiang batu besar menopang langit-langit tinggi, sementara lilin-lilin merah darah menerangi tempat itu dengan cahaya yang redup. Aroma dupa menyengat bercampur dengan hawa dingin, membuat suasana semakin mencekam.Di tengah aula, sebuah altar berdiri, dihiasi ukiran ular hitam melingkar. Di atas altar, seorang pria dengan jubah hitam berdiri, tangannya menggenggam tongkat berujung tengkorak kecil yang bersinar hijau. Wajahnya setengah tertutup topeng yang menyerupai ular, memberikan kesan bahwa ia adalah pemimpin dari kelompok ini."Selamat datang di markas Bayangan Kegelapan, Pendekar muda," suara pria itu terdengar serak namun penuh kekuatan. "Aku sudah mendengar kedatanganmu. Keberanianmu patut dipuji, tapi keberanian saja tidak cukup untuk melawan kami."Xiao Feng berdiri tegak, matanya memandang tajam. "Aku tidak

DMCA.com Protection Status