Semua Bab Malam Penuh Gelora Bersama Bosku: Bab 151 - Bab 160

383 Bab

Bab 151

Livy memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Segera, dia tiba di ruang kantor presdir.Saat Livy hendak mengetuk pintu, dia malah melihat wajah samping Sylvia. Sylvia sedang menghadap ke arahnya, tetapi tatapannya tertuju pada Preston. Dengan suara lembut, dia berkata, "Preston, cepat sedikit. Aku lapar."Usai mengatakan itu, Sylvia menoleh. Ketika melihat Livy, dia sama sekali tidak terkejut. Meskipun begitu, dia tetap berpura-pura terkejut. "Bu Livy, kamu juga ikut?"Nada bicara Sylvia terdengar agak aneh. Sementara itu, tersembunyi penghinaan dan permusuhan di balik matanya. Livy bisa merasakannya dengan jelas."Preston, aku sudah reservasi tempat. Kamu juga tahu makan di Restoran Barban harus pesan dulu. Tapi, aku cuma pesan tempat untuk dua orang. Aku nggak tahu Bu Livy bakal ikut." Sylvia menunduk sedikit, seolah-olah merasa bersalah."Nggak apa-apa, dia nggak ikut." Preston menatap Livy yang berdiri di depan pintu. Alisnya sedikit berkerut. Ekspresinya bahkan menunjukkan sedi
Baca selengkapnya

Bab 152

Livy lembur sedikit untuk menyelesaikan pekerjaannya. Setelah pulang ke rumah, dia mendapati hanya ada dirinya.Livy makan malam sendirian. Selesai makan, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata Erick yang meneleponnya.Tanpa pikir panjang, Livy hendak mengakhiri panggilan. Namun, dia dan Erick masih punya urusan pekerjaan. Dia khawatir Erick mencarinya untuk membahas masalah pekerjaan, jadi terpaksa menerima panggilan."Ada urusan apa?" Nada bicara Livy terdengar sopan, tetapi sedikit dingin dan kesal.Di sisi lain, Erick seolah-olah tidak menyadarinya. Dia berkata dengan ramah, "Livy, aku tahu kamu belum tidur. Aku lagi di pasar malam Jalan Selata. Kamu mau kemari nggak? Kita makan bersama."Livy merasa agak gusar. Dia sudah memperjelas semuanya kepada Erick, tetapi Erick masih mengganggunya."Erick, biar kuperjelas sekali lagi. Kalau nggak ada urusan pekerjaan, tolong jangan ganggu aku," tegas Livy.Erick malah tertawa ringan, lalu berkata dengan suara agak manja, "Livy, aku nggak g
Baca selengkapnya

Bab 153

"Kenapa bicara begitu?" tanya Livy yang tidak bisa bereaksi untuk sesaat."Soalnya kamu lagi pacaran sama Erick." Preston melirik wajah Livy dengan ekspresi datar. Tatapannya suram dan mendalam, sungguh mengerikan.Preston marah! Livy tak kuasa bergidik. Meskipun Preston tidak banyak bicara, Livy bisa merasakan auranya yang suram. Dia tidak pernah melihat ekspresi seperti ini dari Preston.Livy termangu beberapa saat sebelum bereaksi kembali. Jelas, percakapannya dengan Erick didengar oleh Preston."Bu ... bukan begitu ...." Livy buru-buru menjelaskan.Namun, Preston hanya melirik dengan dingin. Jarinya yang ramping menarik dasinya dengan gusar. Kancing paling atas sampai terbuka karena gerakannya yang kasar. Jakunnya yang bergerak membuatnya terlihat sangat menggoda."Jadi, yang kudengar tadi cuma halusinasi?" tanya Preston.Livy ragu-ragu sejenak. Setelah mengingat kembali, sepertinya dia terus menyuruh Erick untuk mundur tadi. Mereka sama sekali tidak membahas hal romantis. Sepertin
Baca selengkapnya

Bab 154

Livy sontak membuka matanya lebar-lebar. Dia secara naluriah meletakkan kedua tangan di depan tubuhnya untuk melindungi diri. Tubuhnya agak meringkuk. Dia mundur beberapa langkah.Preston memicingkan matanya yang makin dingin. Livy berkata secara spontan, "Aku kurang enak badan hari ini."Livy memang sedang tidak mood. Karena tidak mood, sekujur tubuhnya terasa lemas. Dia tidak punya niat untuk melayani dan menghadapi Preston."Kulihat kamu nggak seperti orang sakit waktu bertelepon tadi." Kesabaran Preston mulai menipis. Sepasang matanya yang hitam menatap Livy lekat-lekat.Livy menggigit bibirnya. "Aku serius ....""Kamu seharusnya menjalankan kewajiban seorang istri." Preston menunduk, lalu menggendong Livy ke kamar. Dia menahan Livy di dinding tanpa menghiraukan penolakannya. Gerakannya sangat lugas dan kasar. Dia sama sekali tidak peduli pada perasaan Livy."Ah! Sakit ...." Livy kesakitan hingga matanya berkaca-kaca. Ini pertama kalinya Presto benar-benar memperlakukannya sebagai
Baca selengkapnya

Bab 155

Sementara itu, Livy hanya seorang wanita tanpa latar belakang apa pun. Bagaimana bisa dia dibandingkan dengan Sylvia? Jelas sekali, pertanyaan ini hanya merendahkan dirinya sendiri.Sebenarnya, Livy bukan sekadar ingin bertanya. Namun, dia ingin mengingatkan Preston tentang keberadaan Sylvia.Setelah dipikir-pikir, Livy merasa dirinya berpikir terlalu jauh. Jika Preston peduli pada perasaan Sylvia, dia tidak mungkin melakukan hal seperti ini. Bagaimanapun, Sylvia tahu hubungan Livy dengan Preston. Terlihat jelas juga bahwa Sylvia sangat membenci Livy.Preston merasa ada yang tidak beres. Alisnya sedikit berkerut. Sylvia hanya temannya dan Preston berutang budi padanya. Sementara itu, Livy ....Status keduanya jelas berbeda dan tidak bisa dibandingkan. Entah kenapa Livy tiba-tiba mengungkit tentang Sylvia. Mungkin, Livy merasa canggung dan mencari topik pembicaraan.Bagaimanapun, Preston kehilangan kendali tadi. Livy pasti merasa tidak nyaman.Preston menatap tubuh Livy. Tubuh yang seha
Baca selengkapnya

Bab 156

Selesai mandi, Preston naik ke ranjang bersama Livy. Kali ini, Preston tidak mengganggu Livy lagi, melainkan memeluknya dan memejamkan mata untuk tidur.Di depannya adalah wajah pria tampan yang dingin. Jarak mereka sangat dekat. Jantung Livy berdebar kencang.Di tengah kegelapan, Livy bisa merasakan napas Preston yang berangsur tenang. Pada akhirnya, dia pun mengantuk.....Keesokan pagi, Livy bangun dan berangkat ke perusahaan. Hari ini, dia tidak terlambat. Meskipun Preston sudah pergi saat dia bangun, Preston tetap mengatur sopir untuk mengantarnya."Livy!" Begitu Livy duduk di kursinya dan belum sempat melakukan apa pun, tiba-tiba muncul sebuket bunga segar di pelukannya. Bunga mawar yang merah itu terlihat sangat menyala.Namun, Livy tidak suka bunga mawar. Sejak kecil, dia alergi terhadap bunga ini. "Achoo!"Livy bersin dengan keras. Erick pun berpura-pura memberi perhatian. "Kenapa, Livy? Kamu flu ya?"Livy menggosok hidungnya, lalu buru-buru meletakkan bunga mawar itu. "Bukan,
Baca selengkapnya

Bab 157

Preston masih duduk di meja kerjanya. Tangannya yang berotot memegang gelas. Suaranya terdengar penuh perhatian. "Kalau ada yang sakit, jangan dipaksakan.""Tenang saja. Kalau aku sakit, aku pasti langsung kasih tahu kamu. Aku nggak mungkin menahannya sendiri. Kamu berutang budi padaku."Suara Sylvia terdengar jernih bak bulu tipis yang melayang di hati Livy. Seketika, Livy merasa geli dan sesak.Livy memegang erat laporan di tangannya, lalu mengetuk pintu."Masuk.""Selamat siang, Pak. Aku datang untuk melaporkan pekerjaan." Livy tersenyum. Ketika melirik Sylvia, senyumannya menjadi agak kaku.Preston yang sedang melihat laptop segera mengangkat kepalanya. "Hm."Perbedaan sikap ini membuat hati Livy makin mencelos. Dia memaksakan diri untuk tidak berpikir yang aneh-aneh dan fokus pada laporannya.Setelah selesai melaporkan, Livy melirik Preston. Preston masih sibuk dengan dokumennya. Pada akhirnya, dia berujar dengan singkat, "Letakkan saja dokumennya."Livy maju dua langkah dan melet
Baca selengkapnya

Bab 158

Livy mengepalkan tangannya dengan erat dan hanya bisa berusaha tersenyum murah hati. Dia berkata, "Baiklah. Aku keluar dulu, Pak."Kali ini, Preston tidak menghentikannya lagi. Livy tidak tahu apakah dia merasa kecewa atau merasa lega.Preston tidak mempermasalahkan lagi tentang Erick, tetapi juga tidak peduli pada alergi di tangannya.Setelah kembali ke ruangannya, Livy istirahat sejenak sebelum fokus pada pekerjaannya lagi.Pekerjaan di sore hari cukup banyak. Sherly menyerahkan sebuah proyek baru kepada Livy.Bagi Livy, ini adalah kesempatan baik untuk membuktikan kemampuannya. Kebetulan, kesibukan ini juga bisa membuat Livy melupakan sakit hatinya kepada Preston.Hanya saja, Livy sibuk bekerja hingga pukul 8 malam. Ponsel yang diletakkan di atas meja terus berdering. Livy meliriknya sekilas.Ternyata Preston yang meneleponnya. Setelah diangkat, terdengar suara Preston yang dingin. "Kamu belum pulang?""Pekerjaanku masih ada sedikit yang belum beres. Aku pulang agak malam." Livy men
Baca selengkapnya

Bab 159

Livy sudah cukup lelah karena lembur, ditambah lagi gatal-gatal di lengan yang sangat mengganggunya. Seketika, dia gagal menghindari Erick.Ting ... pintu lift tiba-tiba terbuka. Di dalamnya berdiri seorang pria bertubuh tinggi dan tegap.Preston .... Kenapa dia ada di sini? Apa mungkin Preston datang untuk menjemputnya?Begitu pikiran itu muncul, Livy langsung mengenyahkannya.Preston menghampiri dengan setelan rapi. Ekspresinya tampak dingin dan serius. Belum lagi matanya yang suram dan tajam yang tertuju pada tangan Erick."Sepertinya kedua karyawanku ini sangat berdedikasi untuk perusahaan. Kalian lembur sampai semalam ini." Suara Preston terdengar sangat dingin dan menakutkan. Dia tiba di hadapan keduanya, lalu meneruskan, "Tapi, sepertinya kalian nggak mendengarkan peringatanku? Kalau mau pacaran, harus lapor dulu."Livy segera menarik tangannya. "Pak, kami benaran nggak pacaran. Ini ... tadi ....""Tenang saja, Pak. Kami baru selesai lembur. Aku mau ajak Bu Livy makan malam. Kam
Baca selengkapnya

Bab 160

Livy mengangkat kepala dan melihat pria di depannya. Ekspresi yang tegang, mata yang tidak menunjukkan sedikit pun kelembutan. Yang ada hanya rasa dingin yang mengerikan."Pak, aku ...." Livy baru saja ingin membuka mulut, tetapi Preston sudah mengambil teh susu jahe aren dari tangannya. Dengan tangan kekarnya, Preston membuangnya ke tong sampah. Tanpa berkata apa-apa, Preston berbalik dan berjalan menuju arah lift khusus."Nggak mau ikut?" Tiba-tiba, Preston berhenti dan menolehkan wajahnya sedikit. Di bawah cahaya lampu koridor, ekspresi dinginnya justru membuatnya makin tampan dan menawan. "Atau ... kamu ingin aku panggil Erick kembali?""Tentu saja nggak!" sahut Livy buru-buru. Kemudian, dia bergegas mengikuti Preston.Di dalam lift yang sempit, Livy mengamati wajah Preston dengan hati-hati. Wajahnya benar-benar suram dan menakutkan. Livy tidak berani berbicara, hanya berusaha sebisa mungkin untuk meringkuk di sudut lift agar tidak mengganggu Preston.Setelah keluar dari lif
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
39
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status