Share

Bab 154

Author: Dania Zahra
Livy sontak membuka matanya lebar-lebar. Dia secara naluriah meletakkan kedua tangan di depan tubuhnya untuk melindungi diri. Tubuhnya agak meringkuk. Dia mundur beberapa langkah.

Preston memicingkan matanya yang makin dingin. Livy berkata secara spontan, "Aku kurang enak badan hari ini."

Livy memang sedang tidak mood. Karena tidak mood, sekujur tubuhnya terasa lemas. Dia tidak punya niat untuk melayani dan menghadapi Preston.

"Kulihat kamu nggak seperti orang sakit waktu bertelepon tadi." Kesabaran Preston mulai menipis. Sepasang matanya yang hitam menatap Livy lekat-lekat.

Livy menggigit bibirnya. "Aku serius ...."

"Kamu seharusnya menjalankan kewajiban seorang istri." Preston menunduk, lalu menggendong Livy ke kamar. Dia menahan Livy di dinding tanpa menghiraukan penolakannya. Gerakannya sangat lugas dan kasar. Dia sama sekali tidak peduli pada perasaan Livy.

"Ah! Sakit ...." Livy kesakitan hingga matanya berkaca-kaca. Ini pertama kalinya Presto benar-benar memperlakukannya sebagai
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 155

    Sementara itu, Livy hanya seorang wanita tanpa latar belakang apa pun. Bagaimana bisa dia dibandingkan dengan Sylvia? Jelas sekali, pertanyaan ini hanya merendahkan dirinya sendiri.Sebenarnya, Livy bukan sekadar ingin bertanya. Namun, dia ingin mengingatkan Preston tentang keberadaan Sylvia.Setelah dipikir-pikir, Livy merasa dirinya berpikir terlalu jauh. Jika Preston peduli pada perasaan Sylvia, dia tidak mungkin melakukan hal seperti ini. Bagaimanapun, Sylvia tahu hubungan Livy dengan Preston. Terlihat jelas juga bahwa Sylvia sangat membenci Livy.Preston merasa ada yang tidak beres. Alisnya sedikit berkerut. Sylvia hanya temannya dan Preston berutang budi padanya. Sementara itu, Livy ....Status keduanya jelas berbeda dan tidak bisa dibandingkan. Entah kenapa Livy tiba-tiba mengungkit tentang Sylvia. Mungkin, Livy merasa canggung dan mencari topik pembicaraan.Bagaimanapun, Preston kehilangan kendali tadi. Livy pasti merasa tidak nyaman.Preston menatap tubuh Livy. Tubuh yang seha

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 156

    Selesai mandi, Preston naik ke ranjang bersama Livy. Kali ini, Preston tidak mengganggu Livy lagi, melainkan memeluknya dan memejamkan mata untuk tidur.Di depannya adalah wajah pria tampan yang dingin. Jarak mereka sangat dekat. Jantung Livy berdebar kencang.Di tengah kegelapan, Livy bisa merasakan napas Preston yang berangsur tenang. Pada akhirnya, dia pun mengantuk.....Keesokan pagi, Livy bangun dan berangkat ke perusahaan. Hari ini, dia tidak terlambat. Meskipun Preston sudah pergi saat dia bangun, Preston tetap mengatur sopir untuk mengantarnya."Livy!" Begitu Livy duduk di kursinya dan belum sempat melakukan apa pun, tiba-tiba muncul sebuket bunga segar di pelukannya. Bunga mawar yang merah itu terlihat sangat menyala.Namun, Livy tidak suka bunga mawar. Sejak kecil, dia alergi terhadap bunga ini. "Achoo!"Livy bersin dengan keras. Erick pun berpura-pura memberi perhatian. "Kenapa, Livy? Kamu flu ya?"Livy menggosok hidungnya, lalu buru-buru meletakkan bunga mawar itu. "Bukan,

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 157

    Preston masih duduk di meja kerjanya. Tangannya yang berotot memegang gelas. Suaranya terdengar penuh perhatian. "Kalau ada yang sakit, jangan dipaksakan.""Tenang saja. Kalau aku sakit, aku pasti langsung kasih tahu kamu. Aku nggak mungkin menahannya sendiri. Kamu berutang budi padaku."Suara Sylvia terdengar jernih bak bulu tipis yang melayang di hati Livy. Seketika, Livy merasa geli dan sesak.Livy memegang erat laporan di tangannya, lalu mengetuk pintu."Masuk.""Selamat siang, Pak. Aku datang untuk melaporkan pekerjaan." Livy tersenyum. Ketika melirik Sylvia, senyumannya menjadi agak kaku.Preston yang sedang melihat laptop segera mengangkat kepalanya. "Hm."Perbedaan sikap ini membuat hati Livy makin mencelos. Dia memaksakan diri untuk tidak berpikir yang aneh-aneh dan fokus pada laporannya.Setelah selesai melaporkan, Livy melirik Preston. Preston masih sibuk dengan dokumennya. Pada akhirnya, dia berujar dengan singkat, "Letakkan saja dokumennya."Livy maju dua langkah dan melet

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 158

    Livy mengepalkan tangannya dengan erat dan hanya bisa berusaha tersenyum murah hati. Dia berkata, "Baiklah. Aku keluar dulu, Pak."Kali ini, Preston tidak menghentikannya lagi. Livy tidak tahu apakah dia merasa kecewa atau merasa lega.Preston tidak mempermasalahkan lagi tentang Erick, tetapi juga tidak peduli pada alergi di tangannya.Setelah kembali ke ruangannya, Livy istirahat sejenak sebelum fokus pada pekerjaannya lagi.Pekerjaan di sore hari cukup banyak. Sherly menyerahkan sebuah proyek baru kepada Livy.Bagi Livy, ini adalah kesempatan baik untuk membuktikan kemampuannya. Kebetulan, kesibukan ini juga bisa membuat Livy melupakan sakit hatinya kepada Preston.Hanya saja, Livy sibuk bekerja hingga pukul 8 malam. Ponsel yang diletakkan di atas meja terus berdering. Livy meliriknya sekilas.Ternyata Preston yang meneleponnya. Setelah diangkat, terdengar suara Preston yang dingin. "Kamu belum pulang?""Pekerjaanku masih ada sedikit yang belum beres. Aku pulang agak malam." Livy men

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 159

    Livy sudah cukup lelah karena lembur, ditambah lagi gatal-gatal di lengan yang sangat mengganggunya. Seketika, dia gagal menghindari Erick.Ting ... pintu lift tiba-tiba terbuka. Di dalamnya berdiri seorang pria bertubuh tinggi dan tegap.Preston .... Kenapa dia ada di sini? Apa mungkin Preston datang untuk menjemputnya?Begitu pikiran itu muncul, Livy langsung mengenyahkannya.Preston menghampiri dengan setelan rapi. Ekspresinya tampak dingin dan serius. Belum lagi matanya yang suram dan tajam yang tertuju pada tangan Erick."Sepertinya kedua karyawanku ini sangat berdedikasi untuk perusahaan. Kalian lembur sampai semalam ini." Suara Preston terdengar sangat dingin dan menakutkan. Dia tiba di hadapan keduanya, lalu meneruskan, "Tapi, sepertinya kalian nggak mendengarkan peringatanku? Kalau mau pacaran, harus lapor dulu."Livy segera menarik tangannya. "Pak, kami benaran nggak pacaran. Ini ... tadi ....""Tenang saja, Pak. Kami baru selesai lembur. Aku mau ajak Bu Livy makan malam. Kam

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 160

    Livy mengangkat kepala dan melihat pria di depannya. Ekspresi yang tegang, mata yang tidak menunjukkan sedikit pun kelembutan. Yang ada hanya rasa dingin yang mengerikan."Pak, aku ...." Livy baru saja ingin membuka mulut, tetapi Preston sudah mengambil teh susu jahe aren dari tangannya. Dengan tangan kekarnya, Preston membuangnya ke tong sampah. Tanpa berkata apa-apa, Preston berbalik dan berjalan menuju arah lift khusus."Nggak mau ikut?" Tiba-tiba, Preston berhenti dan menolehkan wajahnya sedikit. Di bawah cahaya lampu koridor, ekspresi dinginnya justru membuatnya makin tampan dan menawan. "Atau ... kamu ingin aku panggil Erick kembali?""Tentu saja nggak!" sahut Livy buru-buru. Kemudian, dia bergegas mengikuti Preston.Di dalam lift yang sempit, Livy mengamati wajah Preston dengan hati-hati. Wajahnya benar-benar suram dan menakutkan. Livy tidak berani berbicara, hanya berusaha sebisa mungkin untuk meringkuk di sudut lift agar tidak mengganggu Preston.Setelah keluar dari lif

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 161

    Dengan enggan, Livy mengikuti Preston ke lantai atas. Begitu pintu kamar terbuka, Livy langsung dilemparkan ke tempat tidur oleh Preston.Detik berikutnya, tangan kasar Preston merobek pakaiannya. Panas tubuhnya terasa mengalir deras, aroma maskulin yang pekat menyelinap ke dalam indra penciuman Livy. Gerakan Preston malam ini bahkan lebih kasar dibanding malam sebelumnya.Livy merasa tidak nyaman dan menegang. Dia hanya bisa menatap langit-langit tak berdaya. Dia ingin menangis, tetapi apa gunanya? Air mata tidak akan mengubah apa pun. Bahkan neneknya yang dulu selalu menyayanginya pun telah tiada ....Preston tidak menyadari keanehan Livy. Tindakannya terus berlanjut sampai dia menyadari bahwa sentuhan pada kulit Livy terasa berbeda dari biasanya. Kulitnya tidak selembut sebelumnya, melainkan penuh dengan sesuatu yang aneh.Barulah Preston berhenti dan melepaskan kemeja Livy dengan kasar. Tubuh Livy yang dipenuhi ruam merah langsung terlihat jelas oleh mata Preston.Nada bicara Prest

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 162

    David segera bereaksi dan tawa di matanya tak bisa disembunyikan lagi. Bahkan, dia mulai menatap Preston dengan ekspresi jahil. "Jadi itu bunga dari pengagum Kak Livy? Wah, Kak Livy menawan banget ya. Buat Kak Preston tertekan saja ....""David, mulutmu terlalu sibuk, ya?" Nada bicara Preston terdengar dingin dan penuh wibawa yang membuat orang bergidik.David segera menutup mulutnya, lalu mulai memasang infus untuk Livy. Setelah selesai, dia menyerahkan salep sambil berkata, "Livy, ini ada dua botol infus dan salep ini. Besok pagi, pasti langsung sembuh!""Terima kasih, Pak David," jawab Livy dengan penuh rasa terima kasih.Namun, David tiba-tiba mengeluarkan sebotol salep kecil lagi dan menyerahkannya pada Preston sambil mengangkat alis. "Kak Preston, kamu harus bantu Kak Livy pakai salep ini."Livy langsung panik saat mendengarnya dan buru-buru berkata, "Nggak usah! Aku bisa melakukannya sendiri ...." Mana mungkin dia merepotkan Preston untuk membantu? Apalagi, suasana hati Preston

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 262

    Livy sama sekali tidak menyangka Stanley bisa sehina itu.Livy bahkan masih berpikir untuk mencari cara menjelaskan hubungannya dengan Stanley, tetapi apa yang didengarnya membuat darahnya mendidih. Dengan panik, Livy berteriak, "Stanley, jangan mengada-ada!""Aku nggak mengada-ada!" Stanley kini sudah kehilangan akal sehat. Satu-satunya cara untuk melindungi dirinya adalah dengan menjatuhkan Livy.Meski dia muak dengan Chloe yang sibuk mencari pria model dan selalu bersikap seperti putri, Stanley mengingat bagaimana Livy dulu begitu lembut, perhatian, dan selalu ada untuknya. Jelas, Livy jauh lebih baik dibanding Chloe dalam banyak hal.Namun, Livy tidak memiliki status sosial seperti Chloe. Selain itu, Chloe punya hubungan dengan Keluarga Sandiaga. Jika dia sampai merusak hubungan ini, bisnis keluarganya yang kecil itu pasti akan hancur total.Setelah mempertimbangkan semuanya, Stanley memutuskan untuk terus menyalahkan Livy."Paman Preston, aku dan Livy memang pernah berpacaran. Kam

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 261

    Setelah berkata demikian, Stanley tiba-tiba meraih tangan Livy.Seolah tersentuh sesuatu yang menjijikkan, Livy buru-buru melepaskan tangannya. Dia berdiri dengan tegas dan menatap Stanley dengan penuh amarah."Stanley, aku sudah bilang dengan sangat jelas. Hubungan kita sudah benar-benar selesai. Mulai sekarang, hiduplah dengan Chloe dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi!""Livy, apa kamu masih marah?" tanya Stanley sambil memaksakan senyuman. Dia tiba-tiba mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya.Sebelum Livy sempat bereaksi, Stanley sudah berlutut dengan satu kaki di hadapannya."Livy, dulu kamu pernah marah karena selama bertahun-tahun kita bersama, aku nggak pernah melamarmu. Sekarang aku sadar betapa salahnya aku. Hubunganku dengan Chloe adalah sebuah kesalahan besar. Aku benar-benar menyesal. Bisa nggak kita memulai semuanya dari awal?""Stanley, kamu gila, ya?!" Livy benar-benar panik. Dia mencoba menarik Stanley untuk berdiri.Namun, tepat pada saat itu, sebuah suara ding

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 260

    Sylvia memesan restoran mewah di dalam pusat perbelanjaan.Livy tahu restoran ini sangat terkenal. Tempat seperti ini memerlukan reservasi jauh-jauh hari dan harganya juga sangat mahal. Restoran ini sering dianggap sebagai tempat yang eksklusif.Hanya beberapa hidangan saja di restoran ini sudah setara dengan gajinya selama sebulan."Livy, kamu jarang sekali punya kesempatan makan di tempat sebagus ini. Jadi, pesan saja apa yang kamu mau. Anggap ini pengalaman langka buatmu," ujar Sylvia sambil perlahan menyesap air hangat. Nada bicaranya penuh sindiran dan merendahkan.Bagi Sylvia, Livy hanyalah gadis tanpa latar belakang yang tidak pantas berada di tempat seperti ini.Livy tahu Sylvia sengaja meremehkannya. Namun, wajah Livy tetap tenang. Dia sudah terbiasa dengan perilaku Sylvia yang selalu tampak manis di luar tetapi penuh racun di dalam.Livy melirik jam di pergelangan tangannya. Jika makan siang ini selesai, waktunya akan bertepatan dengan jam pulang kerja. Dia hanya perlu bertah

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 259

    "Nggak perlu. Selain itu, Bu Livy adalah orang yang sangat penting bagimu. Aku ingin menjalin hubungan baik dengannya," kata Sylvia dengan tenang. "Jangan khawatir, aku akan berusaha untuk bergaul dengan Bu Livy.""Pak Preston, sebenarnya aku punya jadwal lain sore ini. Bu Sylvia jelas bisa ...." Livy mencoba menyisipkan penjelasan, berharap bisa menyampaikan keinginannya untuk kembali bekerja.Namun, Preston tampaknya tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya. Wajahnya berubah dingin dan suaranya menjadi ketus, "Livy, pekerjaanmu hari ini adalah menemani Sylvia. Kalau kamu nggak mau bekerja di Grup Sandiaga, kamu bisa langsung mengundurkan diri.""Pak Preston, bukan begitu, aku hanya ingin tetap di kantor sore ini ...." Livy berusaha menjelaskan dengan penuh perjuangan.Namun, Sylvia sudah mulai bertindak manja. Dia meraih ujung jas Preston dan memohon dengan nada lembut, "Preston, peluk aku ke mobil, ya.""Baik."Begitu ucapan itu dilontarkan, Preston langsung membun

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 258

    Ekspresi Livy langsung berubah.Sylvia jelas bukan meminta untuk "dibantu", tetapi ingin Livy menggendong Sylvia yang beratnya hampir sama dengan dirinya ke dalam mobil! Selain itu, Livy sama sekali tidak berniat meremehkan Sylvia hanya karena kondisinya."Bukan begitu, Preston. Aku nggak pernah meremehkan Sylvia ...," jelas Livy dengan tergagap.Namun, entah apa yang dikatakan Preston di telepon, mata Sylvia yang sebelumnya memerah karena berpura-pura menangis, kini perlahan-lahan kembali cerah. Meski begitu, nadanya tetap terdengar tersedu-sedu."Preston, aku tahu. Kamu nggak perlu menghiburku. Demi kamu, aku nggak pernah menyesal. Tapi aku nggak ingin jadi beban siapa pun. Kalau kamu juga merasa aku merepotkan, aku nggak akan muncul lagi di hadapanmu."Tubuh Livy terasa dingin seketika. Dia mendengar percakapan Sylvia yang sengaja dibuat agar terdengar olehnya. Suara Preston terdengar jelas dan tegas dari telepon."Sylvia, kamu nggak akan pernah jadi beban bagiku. Jangan menangis la

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 257

    "Kelilingi semua bagian saja, ya. Maaf merepotkan Bu Livy untuk mendorongku. Oh, ya, setelah selesai mengunjungi Grup Sandiaga, sore ini akum au jalan-jalan juga. Jadi, aku perlu Bu Livy menemaniku."Apa? Mau jalan-jalan pula?Livy tetap berusaha sabar dan mengingatkan dengan nada sopan, "Bu Sylvia, tugasku dari Pak Preston cuma menemanimu berkeliling Grup Sandiaga. Untuk jalan-jalan, kamu mungkin bisa mengajak teman atau sahabatmu."Sylvia tertawa kecil dengan nada menyindir, "Sepertinya aku tahu kenapa Bu Livy nggak bisa naik ke posisi yang lebih tinggi. Bahkan maksud tersirat dari atasan pun nggak bisa dipahami.""Maksud Preston adalah hari ini pekerjaanmu adalah menemaniku. Atau ... apakah aku perlu menelepon Preston sekarang untuk memastikannya?""Nggak perlu," jawab Livy cepat. Dia tahu, jika Sylvia benar-benar menelepon Preston, hasilnya hanya akan membuat Preston berpihak pada Sylvia. Jika itu terjadi, Livy hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.Dengan senyum terpaksa, Livy

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 256

    Untuk sesaat, seisi ruangan itu sunyi senyap. Livy berdiri perlahan, pandangannya tanpa sadar tertuju pada kedua orang yang baru saja masuk. Tebersit rasa getir yang samar di dadanya."Preston, jadi ini departemen sekretaris, ya? Kelihatannya memang bagus." Suara Sylvia terdengar begitu lembut dan memikat hingga semua orang yang mendengarnya merasa tersentuh.Kalau saja Livy tidak tahu Sylvia pernah sengaja mencoreng namanya sebelumnya, mungkin dia juga akan menganggap Sylvia sebagai wanita yang anggun dan penuh kelembutan."Hmm, ada delapan orang di sini, mereka bertugas menangani berbagai urusan," jelas Preston dengan nada datar. "Apa ada tempat lain yang ingin kamu lihat?""Tentu saja ada," jawab Sylvia dengan senyuman manis. Dia berkedip lembut dengan tatapan yang tampak begitu pengertian."Aku sudah lama nggak kembali ke negara ini, jadi belum sempat benar-benar melihat-lihat Grup Sandiaga. Tapi aku tahu kamu sibuk, Preston. Aku nggak bisa terus merepotkanmu. Gimana kalau aku menc

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 255

    Nicky, Stanley ….Preston tidak percaya bahwa Livy tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka!"Livy."Mendengar namanya tiba-tiba dipanggil Preston, Livy menoleh. "Ada apa?" tanyanya."Ada sesuatu yang sebaiknya kamu akui sendiri terlebih dulu." Tatapan Preston sangat tajam seolah-olah bisa menebak isi pikiran orang.Livy tiba-tiba merasa bersalah. Setelah memikirkannya dengan saksama sejenak, dia berkata dengan tulus, "Sayang, aku nggak mengerti apa maksudmu."Mau terus terang apaan? Dia tidak pernah melakukan apa pun sama sekali. Sebaliknya, justru Preston yang terus menerus berlari ke arah Sylvia. Meski mereka hanya dalam hubungan kontrak, bukankah Preston seharusnya memberitahunya?Setidaknya katakan bahwa hubungan mereka dengan Sylvia akan segera berakhir. Dengan begitu, Livy bisa segera menarik kembali perasaan yang seharusnya tidak dia miliki. Bukan seperti sekarang, terus terombang-ambing antara rasa sakit dan momen-momen kehangatan yang diberikan Preston.....Hari Senin t

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 254

    Ekspresi Preston tetap dingin tanpa emosi. Namun, setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti menghujam tepat ke titik lemah Bahran.Pernikahan bisnis yang dulu dijalani Bahran dengan istrinya tidak dilandasi cinta. Selama bertahun-tahun, hubungan mereka hanya menghasilkan seorang putri.Meski demikian, latar belakang istrinya cukup kuat, sehingga dia memiliki watak yang keras dan sulit dihadapi. Setiap ulah Bahran di luar rumah selalu sampai ke telinganya, dan setiap kali hal itu terjadi, pasti diikuti oleh pertengkaran besar."Preston, kamu ini terlalu ikut campur!" Bahran yang merasa harga dirinya diinjak, mulai kehilangan kendali.Dengan nada penuh amarah, dia berkata, "Kenapa berpura-pura di depanku? Kamu dan Livy sama sekali nggak punya cinta yang sebenarnya! Aku cuma ngasih tahu Livy cara terbaik untuk mengamankan posisinya, yaitu dengan punya anak. Sama seperti ibumu dulu. Setidaknya, dia mendapatkan sesuatu, bukan?"Kata-kata itu langsung menyulut kemarahan Preston. Aura din

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status