Share

Bab 161

Author: Dania Zahra
Dengan enggan, Livy mengikuti Preston ke lantai atas. Begitu pintu kamar terbuka, Livy langsung dilemparkan ke tempat tidur oleh Preston.

Detik berikutnya, tangan kasar Preston merobek pakaiannya. Panas tubuhnya terasa mengalir deras, aroma maskulin yang pekat menyelinap ke dalam indra penciuman Livy. Gerakan Preston malam ini bahkan lebih kasar dibanding malam sebelumnya.

Livy merasa tidak nyaman dan menegang. Dia hanya bisa menatap langit-langit tak berdaya. Dia ingin menangis, tetapi apa gunanya? Air mata tidak akan mengubah apa pun. Bahkan neneknya yang dulu selalu menyayanginya pun telah tiada ....

Preston tidak menyadari keanehan Livy. Tindakannya terus berlanjut sampai dia menyadari bahwa sentuhan pada kulit Livy terasa berbeda dari biasanya. Kulitnya tidak selembut sebelumnya, melainkan penuh dengan sesuatu yang aneh.

Barulah Preston berhenti dan melepaskan kemeja Livy dengan kasar. Tubuh Livy yang dipenuhi ruam merah langsung terlihat jelas oleh mata Preston.

Nada bicara Prest
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 162

    David segera bereaksi dan tawa di matanya tak bisa disembunyikan lagi. Bahkan, dia mulai menatap Preston dengan ekspresi jahil. "Jadi itu bunga dari pengagum Kak Livy? Wah, Kak Livy menawan banget ya. Buat Kak Preston tertekan saja ....""David, mulutmu terlalu sibuk, ya?" Nada bicara Preston terdengar dingin dan penuh wibawa yang membuat orang bergidik.David segera menutup mulutnya, lalu mulai memasang infus untuk Livy. Setelah selesai, dia menyerahkan salep sambil berkata, "Livy, ini ada dua botol infus dan salep ini. Besok pagi, pasti langsung sembuh!""Terima kasih, Pak David," jawab Livy dengan penuh rasa terima kasih.Namun, David tiba-tiba mengeluarkan sebotol salep kecil lagi dan menyerahkannya pada Preston sambil mengangkat alis. "Kak Preston, kamu harus bantu Kak Livy pakai salep ini."Livy langsung panik saat mendengarnya dan buru-buru berkata, "Nggak usah! Aku bisa melakukannya sendiri ...." Mana mungkin dia merepotkan Preston untuk membantu? Apalagi, suasana hati Preston

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 163

    Preston memang luar biasa. Saking luar biasanya, sering kali Livy merasa dirinya terlalu tinggi hati telah mencapai posisi sebagai Nyonya Sandiaga.Kalau saja waktu itu bukan karena kesalahan yang tidak disengaja, mereka tidak akan terlibat dalam insiden itu. Posisi Nyonya Sandiaga ini pun jelas tidak akan menjadi miliknya.Kini, wanita yang benar-benar disukai Preston telah kembali ...."Berdiri." Tiba-tiba, suara Preston memecah lamunannya.Livy tercengang. "A ... apa?"Preston meletakkan kotak salep di tangannya ke samping dan mengambil kotak yang tadi diberikan David. Nada bicaranya tetap datar seperti biasa. "Aku akan oleskan salep. Atau kamu yakin ingin membiarkannya tetap bengkak?"Pipinya langsung memerah. Kenapa Preston bisa mengatakan hal seperti itu dengan nada tenang?Tadi malam, Preston sangat kasar. Meski mereka hanya melakukannya dua kali di sofa, waktunya cukup lama. Terlebih lagi, gerakannya begitu kasar hingga Livy merasa sakit bahkan saat pergi ke kamar mandi pagi in

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 164

    Livy berbalik dengan kaku dan melihat seorang wanita bernama Sylvia duduk di kursi roda yang didorong seseorang mendekati mereka."Sylvia, kamu datang ya," ujar Tristan dengan nada penuh kasih. Dia menatap Sylvia dengan penuh perhatian dan sedikit menegur, "Tubuhmu kurang sehat. Kalau ada waktu, lebih baik istirahat di rumah. Sering-sering datang ke tempatku apa nggak melelahkan?"Sylvia memberikan senyum lembut sambil memberi isyarat pada pelayan di belakangnya untuk menyerahkan hadiah yang telah dipersiapkan. "Pak, kamu nggak boleh bilang begitu. Sebagai generasi muda, aku bahkan belum sempat mengunjungimu sejak kembali ke negara ini. Orang-orang pasti akan mentertawakanku.""Aku tahu kamu suka teh, jadi aku sengaja meminta teman untuk membawakannya. Teh ini baru saja sampai, aku sudah langsung bawa ke sini. Teh ini bagus untuk menjaga kesehatan tubuh dan pikiran."Wajah Tristan menunjukkan senyum puas, dia mengangguk dan kembali berbicara dengan Sylvia dengan nada penuh perhatian."

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 165

    Livy benar-benar tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Tristan. Dia takut jika dia mengatakan sesuatu, Tristan akan curiga.Secara refleks, Livy melirik ke arah Preston yang tetap tenang seperti biasa. Dengan gerakan elegan, dia mengangkat cangkir kopi di depannya dan menyeruputnya perlahan sebelum berbicara dengan nada datar."Belakangan ini banyak urusan di perusahaan. Mengenai pernikahan, kita bicarakan nanti saja."Tristan langsung naik pitam. "Urusan perusahaan sepenting apa dibandingkan sama Livy? Kamu menikahinya begitu saja, tanpa bulan madu, tanpa acara! Apa kamu pikir aku yang akhirnya punya menantu, akan membiarkannya disembunyikan begini?"Ekspresi Preston tetap dingin. Jarinya yang panjang dan ramping menyentuh pinggiran cangkir, lalu dia menjawab dengan nada rendah."Livy nggak punya latar belakang apa pun. Kalau kita adakan pesta pernikahan besar-besaran, kira-kira berapa banyak orang yang bakal nggak suka sama menantumu ini? Kalau dia sampai terluka atau dirend

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 166

    Bayangan Preston menghilang dari pandangan Livy dengan cepat. Tristan menghela napas kesal sambil menggerutu, "Anak itu, kenapa sama sekali nggak tahu sopan santun!"Dia segera berusaha menenangkan Livy dengan nada lembut, "Livy, jangan marah, ya. Preston kelihatan khawatir sama Sylvia itu ada alasannya .... Sylvia pernah menyelamatkan hidupnya dan kakinya yang lumpuh itu juga karena Preston. Jadi Preston merasa bersalah. Jangan salah paham."Hanya rasa bersalahkah?Livy tidak yakin.Sebelum Sylvia muncul, meskipun Preston tidak terlalu baik padanya, setidaknya sikapnya cukup sopan dan menghormati. Namun sejak Sylvia kembali, segalanya berubah.Dengan susah payah, Livy memaksakan senyum sambil mengaduk nasi di piringnya. Matanya terasa panas, tetapi dia menahan diri agar tidak menangis."Ayah, aku boleh nanya tentang masa lalu mereka nggak?""Masa lalu mereka, ya ...."Tristan terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang."Preston dan Sylvia itu tumbuh bersama, mereka seperti saudara s

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 167

    "Mana mungkin aku nggak mau ikut? Lagian, ini kesempatan buat makan gratis!" jawab Ivana tanpa ragu, lalu menambahkan dengan nada kesal, "Aku nggak akan biarkan kamu makan malam sendirian sama Erick.""Livy, aku sekarang ini adalah penggemar berat pasangan kamu sama Bendy! Tenang saja, aku akan melindungi kalian berdua!"Livy hanya bisa tertawa kecil, bingung harus bagaimana menanggapinya.Dia tahu Ivana selalu salah paham tentang hubungannya dengan Bendy. Sudah dua kali dia mencoba menjelaskan, tapi tidak ada gunanya. Lagi pula, Bendy memang sering mewakili Preston ketika Preston tidak bisa hadir. Akibatnya, penjelasannya jadi sulit dipercaya.Meski begitu, Livy merasa lega Ivana bersedia ikut. Setidaknya, dia tidak perlu menghadapi Erick sendirian malam ini. Setelah mengobrol sebentar dengan Tristan, Livy akhirnya pamit pergi sekitar pukul empat sore.Ketika meninggalkan rumah besar Keluarga Sandiaga, Livy tanpa sadar melirik ponselnya lagi. Sejak siang tadi, setelah Preston pergi be

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 168

    Ekspresi Livy langsung berubah muram. Apa maksud Erick? Benar-benar menjijikkan!Livy bahkan tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi jika Ivana tidak ikut malam ini. Erick mungkin akan melakukan sesuatu yang tidak senonoh.Livy ingin segera pergi, tetapi mengingat mereka masih harus bekerja sama untuk proyek berikutnya, dia terpaksa menahan diri. Untungnya ada Ivana bersamanya, jadi Erick pasti tidak akan berani macam-macam.Kini, Livy hanya ingin segera menyelesaikan makan malam dan pergi dari tempat itu."Livy, jangan salah paham. Kamu kelihatannya nggak senang ...." Erick mencoba menjelaskan dengan nada pura-pura tulus."Aku milih tempat ini hanya karena steiknya enak. Itu ranjang bulat memang bawaan ruangan, bukan aku sengaja milih. Selain itu, aku sudah beli tiket bioskop. Setelah makan malam, aku pikir kita bisa nonton bareng ...."Ivana langsung memotongnya, "Malam ini kami punya jadwal sesama wanita, Erick! Kalau kamu mau ajak Livy yang sibuk ini, antre dulu, ya! Kami s

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 169

    "Baik, Pak Preston."Telepon terputus dan Sylvia menampilkan senyum tipis penuh kebanggaan. Namun, dia buru-buru menyembunyikannya dan mengganti ekspresinya menjadi cemas, "Preston, ada apa sama Bu Livy?""Nggak apa-apa," jawab Preston dingin.Namun, di dalam hatinya, Preston sedang sangat kesal. Terutama ketika memikirkan bagaimana Livy terus-menerus melanggar peringatannya dengan bertemu Erick. Amarah yang membara di hatinya sulit untuk diredam.'Dia benar-benar menganggap peringatanku seperti angin lalu!' batinnya."Sudahlah, Preston, jangan marah sama Bu Livy," Sylvia mencoba meraih lengannya, tapi Preston melepaskan diri secara halus.Meskipun matanya memancarkan sedikit kekecewaan, Sylvia tetap berbicara dengan nada lembut dan hangat, "Bagaimanapun, pernikahan kalian terlalu buru-buru. Livy itu cantik sekali, wajar saja kalau banyak pria menyukainya. Jangan terlalu dipikirkan.""Jangan bahas dia," potong Preston dengan suara dingin.Melihat Preston yang semakin kesal, Sylvia memi

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 386

    Livy bahkan tidak tahu sudah berapa lama dia berdiri di sana, sementara hujan deras di atas kepalanya masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.Sampai akhirnya, tubuhnya semakin lemah. Dia harus bersandar pada dinding di sampingnya sebelum perlahan duduk ke tanah.Dingin. Seluruh tubuhnya terasa sangat dingin, seakan-akan dia dilemparkan ke dalam ruang pembeku.Meskipun begitu, suhu tubuhnya justru terasa sangat tinggi, bahkan napasnya membawa hawa panas.Apakah dia demam? Livy merasa kepalanya pusing. Dengan lemah, dia mengangkat tangan dan menyentuh dahinya. Benar saja, panasnya sudah tidak normal.Ponselnya entah kehabisan baterai atau rusak karena masuk air. Kini, layarnya sudah tidak bisa menyala.Yang bisa Livy lakukan hanyalah memeluk tubuh sendiri dengan putus asa, seolah-olah hanya itu yang bisa memberinya sedikit kehangatan."Cepat pergi!" Di tengah kesadarannya yang samar, Livy kembali mendengar suara satpam.Gerbang besi terbuka, tongkat besi menyentuh tubuhnya. Sa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 385

    Petugas keamanan menyeretnya ke depan gerbang, lalu bergegas menutup pintu dan menghalangi pandangannya dari dua orang di dalam sana.Di langit yang gelap, kilatan petir mendadak menyambar dan membelah malam dengan cahaya menyilaukan. Namun, Livy tetap tidak mau menyerah. Dia berteriak ke arah vila, suaranya bercampur dengan suara hujan yang mengguyur deras."Pak Preston! Kumohon, kasih aku kesempatan untuk menjelaskan! Semua ini bukan perbuatanku! Kenapa ... kenapa kamu nggak percaya sama aku?!"Petugas keamanan meliriknya dengan pandangan meremehkan. "Nona, lebih baik kamu cepat pergi. Jangan mempermalukan diri sendiri di sini."Tidak ...! Dia tidak bisa pergi begitu saja! Jika dia tidak bisa menjelaskan semuanya hari ini, Preston pasti akan membencinya seumur hidup.Livy tidak ingin itu terjadi. Dia tidak ingin Preston membencinya. Dia tidak bersalah, semua ini bukan perbuatannya!"Aku nggak akan pergi."Livy menggigit bibirnya erat, menahan giginya yang bergetar karena dingin. "Aku

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 384

    Dengan panik, Livy langsung mendorong pintu dan buru-buru menjelaskan, "Bukan aku yang melakukannya!"Begitu melihat Livy, tebersit kebencian di mata Sylvia.Diam-diam, dia mencubit pahanya sendiri, membuat dirinya menangis lebih keras. "Bu Livy, ke ... kenapa kamu datang ke sini?""Kamu bahkan tahu di mana aku tinggal, apakah itu berarti kamu sudah menyelidiki semua informasi tentangku? Jadi, foto-foto yang diambil diam-diam itu juga hasil perintahmu?"Dalam artikel berita itu, memang ada beberapa foto yang menunjukkan Preston mengantar Sylvia pulang. Namun, Livy sangat yakin bahwa semua ini sama sekali bukan ulahnya.Isakan tangis Sylvia yang lembut dan menyedihkan menghantam hati Preston.Meskipun dia tidak memiliki perasaan cinta terhadap Sylvia, mereka telah tumbuh bersama sejak kecil. Ditambah dengan rasa bersalah yang dia simpan selama bertahun-tahun, melihat Sylvia menangis membuat hatinya sedikit tersentuh.Tatapannya yang dingin jatuh pada Livy yang tiba-tiba menerobos masuk.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 383

    "Kenapa sih? Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu!"Zoey merasa Livy benar-benar tidak tahu berterima kasih. Dengan nada kesal, dia mengumpat, "Kamu sendiri nggak bisa mempertahankan Pak Preston, aku membantumu, tapi kamu malah bersikap begini!""Kamu sadar nggak, bahkan gelar Nyonya Sandiaga saja nggak diakui? Kalau sampai kalian bercerai, kamu bakal keluar tanpa sepeser pun! Asal kamu mau memperbesar masalah ini, bagaimanapun juga, kamu tetap nggak akan dirugikan!"Sebenarnya, Zoey juga tidak benar-benar ingin membantu Livy. Namun, setelah berdiskusi dengan ibunya, mereka menyadari bahwa hanya dengan membantu Livy, mereka bisa mendapatkan keuntungan.Lagi pula, dia sudah memegang kelemahan Livy. Kalau Livy tidak bekerja sama dengannya, dia akan benar-benar habis!"Aku sudah bilang, urusanku bukan urusanmu!"Livy berteriak hingga suaranya hampir serak, "Aku juga nggak pernah ingin jadi Nyonya Sandiaga yang diumumkan ke publik, dan aku nggak butuh orang lain memperlakukanku dengan b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 382

    Grup itu adalah grup gosip perusahaan.Sebelumnya, Ivana pernah ingin memasukkan Livy ke dalamnya, tetapi Livy merasa grup itu terlalu ramai dan penuh dengan gosip yang tidak penting. Lagi pula, dia juga tidak tertarik membahas hal-hal seperti itu, jadi dia menolak untuk bergabung.Namun sekarang, setelah jam kerja usai, seseorang mengirimkan pesan yang memicu kehebohan di grup tersebut.Meskipun hanya ada satu orang yang memulai percakapan, Livy sudah cukup terkenal di perusahaan, jadi banyak orang yang ikut berkomentar.[ Pantas saja! Aku pernah beberapa kali melihat Livy naik mobilnya Pak Preston. Lagian, kalian nggak merasa aneh kalau dia bisa naik jabatan secepat itu? ][ Kalau nggak ada sesuatu di belakangnya, aku pasti nggak percaya! Tapi aku nggak nyangka, ternyata dia punya hubungan sama Pak Preston! ][ Aku nggak percaya! Pak Preston itu kaya, tampan, dan luar biasa! Mana mungkin dia tertarik sama wanita seperti Livy? ][ Pokoknya yang jelas, Livy sudah menikah dan suaminya p

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 381

    Pria itu memiliki proporsi tubuh yang nyaris sempurna. Mantel panjang hitam yang dia kenakan membingkai tubuhnya yang tinggi dengan sangat pas dan menampilkan sosok yang luar biasa gagah."Sayang, kamu ...."Livy ingin memanggil Preston untuk makan bersama, tetapi pria itu justru berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Dia menatap Livy dari atas ke bawah dengan mata hitam pekat yang dipenuhi dengan kejengkelan. Dengan suara marah, dia bertanya, "Apa lagi yang kamu lakukan?""Hah?"Livy tidak mengerti maksudnya, tetapi sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, tangan besar pria itu sudah mencengkeram bahunya dengan kuat dan menyeretnya ke atas.Cengkeramannya begitu kasar, membuat Livy terpaksa terseret menaiki tangga dengan terburu-buru. Bahkan, karena langkahnya yang terlalu cepat, lututnya terbentur sudut tangga dengan keras.Namun, Preston tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti. Dia terus menyeret Livy hingga ke kamar, lalu mendorongnya ke sofa dengan kasar."Kamu begitu ingin

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 380

    Siapa yang peduli? Preston mengernyit. Apakah dia peduli pada Livy?Tangan yang menggenggam gelas tiba-tiba berhenti, lalu dia menuangkan lagi segelas minuman untuk dirinya sendiri dan berkata dengan nada dingin, "Dia cuma istri kontrakku, nggak lebih.""Iya, nih. David, kamu terlalu berlebihan. Bu Livy memang perempuan yang baik, tapi bagaimanapun juga, dia dan Preston berasal dari dunia yang berbeda."Sylvia menyela pembicaraan, lalu mendekati Preston dengan berpura-pura baik dan mengingatkan dengan lembut, "Preston, aku tahu kamu ingin memperlakukan Bu Livy dengan baik. Tapi bagaimanapun juga, dia berasal dari latar belakang yang berbeda dari kita. Kalau kamu terus memberinya barang-barang mewah, itu malah bisa membuatnya merasa terbebani."Perkataan itu membuat Preston sedikit penasaran. "Kenapa?""Karena bagi Livy, barang-barang itu sangat mahal, bahkan satu saja bisa setara dengan gajinya selama bertahun-tahun. Orang seperti dia akan merasa bahwa kesenjangan di antara kalian terl

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 379

    Kalau begitu, Livy juga jangan berharap hidupnya akan baik-baik saja!"Zoey, kalau mau gila, jangan cari aku!" Livy tidak ingin meladeni Zoey lagi dan segera pergi. Namun, setelah kembali ke kantornya, kelopak mata kanannya terus berkedut. Dia merasa seolah-olah sesuatu akan terjadi.Sebelum pulang, dia naik ke lantai atas untuk mencari Preston dan melaporkan perkembangan proyek. Namun, setelah mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya, dia menghubungi Preston lewat telepon."Ada apa?"Di seberang sana, suara Preston terdengar seakan dia sedang berada di tempat hiburan. Ada suara musik samar-samar dan yang lebih menyakitkan, Livy mendengar suara Sylvia yang begitu akrab di telinganya."Preston, bukannya sudah bilang hari ini jangan bahas pekerjaan?" Suara manja Sylvia terdengar cukup jelas, seolah-olah dia menempel di sisi Preston."Aku cuma bicara sebentar," jawab Preston dengan suara rendah, sebelum akhirnya beralih ke Livy, "Bu Livy, kalau soal pekerjaan,

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 378

    Karena kejadian semalam, Livy hampir terlambat masuk kerja pagi ini. Baru saja dia selesai absen, suara yang sudah lama tidak terdengar kembali menyapanya. "Livy!"Setelah sekian lama tidak bertemu, Zoey tampaknya menjalani hidup yang cukup baik.Pakaian bermerek yang dikenakannya semakin banyak dan di lehernya terlihat bekas merah yang sangat mencolok. Tanda bahwa hubungannya dengan Ansel semakin erat."Ada urusan apa?" Livy meliriknya dengan dingin, tidak ingin membuang waktu untuknya.Namun, Zoey sama sekali tidak merasa tersinggung dan justru berkata dengan percaya diri, "Aku butuh bantuanmu."Livy mengernyit, merasa Zoey benar-benar terlalu tidak tahu malu, lalu menolak mentah-mentah, "Aku nggak ada waktu.""Livy, kamu sok jual mahal apa sih? Apa kamu benar-benar mengira dirimu sudah jadi nyonya besar? Kaki Sylvia sebentar lagi sembuh, 'kan? Aku peringatkan kamu, begitu dia berhasil, kamu pasti akan dibuang sama Pak Preston!"Zoey menghalangi Livy di pintu masuk, kata-kata tajamny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status