Semua Bab Malam Penuh Gelora Bersama Bosku: Bab 141 - Bab 150

383 Bab

Bab 141

"Nggak apa-apa, aku nggak mau merepotkanmu. Kamu fokus saja sama pekerjaanmu, aku bisa pulang sendiri." Livy memaksakan senyumnya dan menolak dengan lembut. Dia tidak ingin menyusahkan Linda lebih dari ini. Linda hanya membantu karena merasa berutang budi pada Charlene, dan Livy tidak ingin terus memanfaatkan kebaikannya.....Saat Livy turun ke lantai bawah untuk pulang, dia bertemu seseorang yang tidak asing lagi di lorong.Wanita itu tak lain adalah Sylvia.Livy terkejut. Kenapa Sylvia ada di sini? Di sisi lain, Sylvia juga memperhatikannya. Dengan senyum tipis, dia melambaikan tangan sambil menggerakkan kursi rodanya mendekat."Bu Livy," sapa Sylvia. Nada bicaranya lembut, tetapi tatapannya penuh sindiran. "Kamu datang untuk nyari Preston?" Dia menatap Livy dengan ekspresi menghakimi, lalu melanjutkan, "Aku tahu kalian bukan pasangan sungguhan. Jadi, apa yang kamu lakukan ini nggak terlalu berlebihan?"Ucapan Sylvia seperti pisau yang menusuk langsung ke hati Livy. Kata-kata itu me
Baca selengkapnya

Bab 142

"Aku ke sini mengantarkan obat untuk temanku," jawab Livy.Preston mengernyitkan dahi, "Dia lupa bawa obat lagi?"Livy mengangguk. "Kebetulan aku mau bertemu dengannya, jadi sekalian bawakan obat.""Preston, kamu tahu sendiri, wanita yang kerja di tempat begini pasti butuh obat-obatan dengan cepat. Mereka harus meminumnya sesegera mungkin, itulah kenapa Bu Livy terburu-buru mengantarkannya. Bukan begitu, Bu Livy?" Sylvia tiba-tiba menyela dengan nada sarkastik, sambil tersenyum tipis dan menatap Livy dengan penuh sindiran.Preston ikut memandang Livy, seolah-olah menunggu jawabannya.Livy tahu maksud Sylvia. Namun, dia tidak mau kalah dan menjawab dengan tenang, "Temanku cuma flu biasa. Obatnya juga nggak mendesak. Minum sebelum tidur juga nggak masalah, bukan penyakit serius."Preston masih menatapnya dengan curiga. "Flu? Bukannya sudah lama? Masih belum sembuh?" Nada bicaranya terdengar datar, tapi jelas dia meragukan penjelasan Livy.Hati Livy mencelos. Sepertinya Preston lebih perc
Baca selengkapnya

Bab 143

"Itu karena ayahku yang memohon padaku," ujar Livy pelan. "Aku butuh waktu lama untuk memutuskan membicarakan ini padamu. Bagaimanapun juga, Zoey pernah melakukan hal yang nggak pantas, jadi sulit bagiku untuk mengajukan permintaan ini ....""Tapi bagaimanapun juga, dia tetap adikku. Dan ini permintaan dari ayahku, jadi aku ingin mencoba memohon kesempatan terakhir untuknya." Wajah Livy terlihat begitu lemah dan menyedihkan, tetapi sebenarnya, semua itu hanyalah akting semata.Begitu Zoey kembali ke Grup Sandiaga, Livy tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang. Dengan banyaknya karyawan di sana, Zoey pasti akan tenggelam dalam gunjingan dan hinaan mereka.Jika Rivano sangat mencintai kekuasaan dan kehormatan, maka dia harus memulainya dengan melihat kehancuran putrinya yang paling dia sayangi.Tak satu pun dari mereka akan mendapatkan kehidupan yang damai!"Kamu sudah pertimbangkan matang-matang? Kamu benar-benar mau ngasih dia kesempatan lagi? Kamu tahu, aku muak sekali padanya. Di
Baca selengkapnya

Bab 144

Livy kehabisan napas akibat ciuman yang begitu intens. Namun, akal sehatnya akhirnya kembali mendominasi dan dia mendorong pria di depannya dengan sekuat tenaga.Preston mengernyitkan dahi, menunjukkan kebingungan atas penolakannya yang tiba-tiba. Dia bahkan bertanya, "Apa aku membuatmu sakit?"Preston mengira masalahnya ada pada dirinya. Lagi pula, Livy pernah menunjukkan sikap yang cukup aktif sebelumnya, sehingga dia sama sekali tidak menduga kalau Livy menolak hal ini terjadi."Aku ... aku ...." Livy tidak tahu harus memberi alasan apa. Preston sudah memergokinya, jadi satu-satunya pilihan adalah berpura-pura lemah. Dengan wajah memelas, dia berkata, "Aku cuma capek ... tubuhku rasanya kurang sehat."Ekspresi Preston berubah serius. Dia tampak khawatir dan berkata, "Kalau begitu, aku suruh David untuk memeriksamu.""Nggak perlu." Melihat Preston sudah mengeluarkan ponselnya, Livy buru-buru menolak. "Aku baik-baik saja. Bukan sakit, hanya terlalu capek ... sangat mengantuk. Aku hany
Baca selengkapnya

Bab 145

Livy menoleh dan melihat Preston, merasa agak terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Mata Livy tampak berkaca-kaca, membuatnya terlihat rapuh dan sedih. Tatapan itu membuat dada Preston terasa sesak."Kamu ini kenapa?! Kenapa nggak pakai baju tidur?" tanya Preston dengan suara serak penuh kemarahan.Dia berusaha keras menekan emosinya ... bukan karena marah pada Livy, melainkan pada dirinya sendiri karena kehilangan kendali.Namun, Livy yang tidak tahu hal itu justru semakin panik. Suara Preston yang keras membuatnya lebih gugup. Dengan wajah memerah karena malu, Livy buru-buru berlari ke arah lemari untuk mengambil baju tidur.Namun karena terlalu terburu-buru, handuk yang menutupi tubuhnya terlepas dan jatuh ke lantai, bahkan membuat kakinya tersandung.Brak!Tubuh Livy jatuh ke lantai dengan lutut terlebih dahulu. Rasa sakit menjalar seketika. Livy meringis dan memejamkan mata sambil menahan nyeri di lutut serta rasa malu. Ingin rasanya dia menghilang sekarang juga.Sebelum L
Baca selengkapnya

Bab 146

Livy merasa tegang, seolah-olah ada sebuah tangan besar yang mencengkeram hatinya. Seketika, dia merasa dilema.Livy tidak tahu harus menjawab apa. Masalahnya adalah dia tidak tahu apa yang ada di pikiran Preston. Preston tidak seperti ingin membatalkan kontrak dengannya. Kenapa Preston begitu peduli padanya? Apa karena merasa bersalah?"Nggak lagi ...," jawab Livy dengan lirih.Preston meletakkan salepnya, lalu mendongak menatap Livy. Di depannya adalah kulit yang putih dan mulus, tulang selangka yang indah. Meskipun Livy meringkuk, dia tetap terlihat menawan.Livy bisa merasakan tatapan panas itu. Kulitnya seolah-olah terbakar. Bukan hanya wajahnya, tetapi kulitnya juga memerah.Pemandangan indah ini membuat setiap saraf dalam tubuh Preston menegang. Preston merasa dirinya seperti kecanduan narkoba.Preston sontak bangkit, lalu langsung menuju ke kamar mandi. Setelah pintu ditutup, Livy mendengar suara air mengalir. Kotak obat masih diletakkan di sampingnya. Livy duduk dengan tubuh t
Baca selengkapnya

Bab 147

Livy tak kuasa menelan ludahnya. Dia bisa merasakan suasana aneh ini. Seketika, dia merasa gugup. Pikirannya hampa. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang."Hm." Livy mengiakan dengan lirih, mencoba untuk menggeser kakinya. Namun, tangan besar itu tidak ingin melepaskan kakinya.Seketika, wajah Livy memerah. Preston masih menatapnya lekat-lekat, tidak memberinya kesempatan untuk menenangkan diri.Saat berikutnya, sebelum Livy tersadar dari lamunannya, Preston tiba-tiba membalikkan tubuh Livy dan menindihnya. Ciuman yang liar sontak mendarat, membuat Livy tidak sempat berpikir ataupun melawan. Dia seperti es yang dilelehkan oleh api ........Livy terlambat ke kantor. Namun, dia tidak perlu cemas karena Preston sudah berjanji tidak akan memotong gajinya.Setelah Livy duduk di kursinya, Ivana tiba-tiba mendekat. "Livy, kamu nggak enak badan ya? Erick sudah balik. Aku kira kamu kira ketakutan sampai nggak berani datang kerja lagi.""Nggak kok, sudah mendingan. Aku cuma agak pusi
Baca selengkapnya

Bab 148

Wajah Livy memerah. Dia tidak berani lanjut membayangkan. Dia khawatir dirinya makin terjerat.Makanya, Livy memberi tahu Preston bahwa dia tidak akan makan siang di atas hari ini. Preston tidak setuju, mengira Livy akan melewatkan waktu makan di kantin. Livy pun menegaskan berulang kali bahwa dia akan makan tepat waktu. Setelah itu, Preston baru menyetujui permintaannya.Alhasil, hal ini justru membuat Ivana salah paham. Ivana mengira Livy bertengkar dengan Bendy. Livy terpaksa menjelaskan, "Pak Preston nggak menyuruhku melaporkan pekerjaan beberapa hari ini. Makanya, aku makan di kantin.""Kalau begitu, aku harus berterima kasih kepada Pak Preston karena membebaskanmu. Kalau nggak, kita nggak bakal bisa makan bersama lagi." Ivana tertawa. "Terus, gimana dengan Bendy? Dia pesan makanan sendirian dan makan di ruangannya?""Seharusnya begitu ...," jawab Livy dengan kaku. Ekspresinya terlihat sangat canggung. Dia hanya bisa mengucapkan maaf di dalam hatinya kepada Bendy."Gimana kalau ki
Baca selengkapnya

Bab 149

Livy tak kuasa berpikir, jika tadi dia menolak dengan tegas, seharusnya Erick akan menyerah selama masih punya kepekaan. Dengan begitu, Livy tidak perlu repot-repot lagi."Biarkan saja dulu. Kalau dia nggak mencariku lagi, berarti aku nggak perlu menjelaskan apa pun," sahut Livy dengan agak linglung.Siapa sangka, ketika jam pulang kerja dan orang-orang bersiap-siap untuk pulang, tiba-tiba muncul sesosok yang familier di depan Livy saat dia sedang membereskan barang-barangnya. Padahal, Livy hendak pulang lebih awal dan melanjutkan pekerjaannya di rumah."Livy, aku sedang menunggumu. Kamu mau pulang, 'kan? Kita bisa makan bersama hari ini, 'kan?" Erick menyembunyikan hasrat di tatapannya dan berpura-pura menyunggingkan senyuman cerah.Seketika, para staf yang sedang beberes mengalihkan pandangan ke arah mereka untuk mencari tahu apa yang terjadi.Ivana yang biasanya selalu membantu Livy sudah pulang. Kini, Livy pun sebatang kara. Dia menyahut dengan malu sekaligus kesal, "Erick, jangan
Baca selengkapnya

Bab 150

Livy baru saja ingin menjelaskan, tetapi Erick menyela, "Aku dan Bu Livy belum pacaran. Pak, kalau aku berhasil mengejarnya, aku akan langsung ajukan pindah ke cabang. Tenang saja, aku tahu aturan perusahaan."Livy mengernyit. Sesuai dugaan, dia bisa melihat ekspresi Preston yang berangsur dingin. Penjelasan Erick tidak sesederhana yang terdengar. Dia mengklarifikasi hubungan keduanya, tetapi juga menunjukkan kepercayaan dirinya terhadap perkembangan hubungan mereka di masa depan.Penjelasan ini akan membuat orang mengira Livy menerima perhatian dan pengejaran Erick. Livy merasa sangat terganggu. Namun, dia tidak bisa membantah apa pun karena penjelasan Erick terlalu sempurna."Oh ya?" Preston menatap Erick dengan tatapan tajam, lalu beralih menatap Livy lekat-lekat.Kemudian, tatapan Preston tertuju pada tas di tangan Livy. Dia bertanya dengan nada bicara agak menyindir, "Livy, kamu sudah mau pulang kerja? Kamu nggak berniat fokus pada kerjaanmu lagi?"Seketika, dada Livy terasa sakit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
39
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status