Share

Bab 146

Penulis: Dania Zahra
Livy merasa tegang, seolah-olah ada sebuah tangan besar yang mencengkeram hatinya. Seketika, dia merasa dilema.

Livy tidak tahu harus menjawab apa. Masalahnya adalah dia tidak tahu apa yang ada di pikiran Preston. Preston tidak seperti ingin membatalkan kontrak dengannya. Kenapa Preston begitu peduli padanya? Apa karena merasa bersalah?

"Nggak lagi ...," jawab Livy dengan lirih.

Preston meletakkan salepnya, lalu mendongak menatap Livy. Di depannya adalah kulit yang putih dan mulus, tulang selangka yang indah. Meskipun Livy meringkuk, dia tetap terlihat menawan.

Livy bisa merasakan tatapan panas itu. Kulitnya seolah-olah terbakar. Bukan hanya wajahnya, tetapi kulitnya juga memerah.

Pemandangan indah ini membuat setiap saraf dalam tubuh Preston menegang. Preston merasa dirinya seperti kecanduan narkoba.

Preston sontak bangkit, lalu langsung menuju ke kamar mandi. Setelah pintu ditutup, Livy mendengar suara air mengalir. Kotak obat masih diletakkan di sampingnya. Livy duduk dengan tubuh t
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 147

    Livy tak kuasa menelan ludahnya. Dia bisa merasakan suasana aneh ini. Seketika, dia merasa gugup. Pikirannya hampa. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang."Hm." Livy mengiakan dengan lirih, mencoba untuk menggeser kakinya. Namun, tangan besar itu tidak ingin melepaskan kakinya.Seketika, wajah Livy memerah. Preston masih menatapnya lekat-lekat, tidak memberinya kesempatan untuk menenangkan diri.Saat berikutnya, sebelum Livy tersadar dari lamunannya, Preston tiba-tiba membalikkan tubuh Livy dan menindihnya. Ciuman yang liar sontak mendarat, membuat Livy tidak sempat berpikir ataupun melawan. Dia seperti es yang dilelehkan oleh api ........Livy terlambat ke kantor. Namun, dia tidak perlu cemas karena Preston sudah berjanji tidak akan memotong gajinya.Setelah Livy duduk di kursinya, Ivana tiba-tiba mendekat. "Livy, kamu nggak enak badan ya? Erick sudah balik. Aku kira kamu kira ketakutan sampai nggak berani datang kerja lagi.""Nggak kok, sudah mendingan. Aku cuma agak pusi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 148

    Wajah Livy memerah. Dia tidak berani lanjut membayangkan. Dia khawatir dirinya makin terjerat.Makanya, Livy memberi tahu Preston bahwa dia tidak akan makan siang di atas hari ini. Preston tidak setuju, mengira Livy akan melewatkan waktu makan di kantin. Livy pun menegaskan berulang kali bahwa dia akan makan tepat waktu. Setelah itu, Preston baru menyetujui permintaannya.Alhasil, hal ini justru membuat Ivana salah paham. Ivana mengira Livy bertengkar dengan Bendy. Livy terpaksa menjelaskan, "Pak Preston nggak menyuruhku melaporkan pekerjaan beberapa hari ini. Makanya, aku makan di kantin.""Kalau begitu, aku harus berterima kasih kepada Pak Preston karena membebaskanmu. Kalau nggak, kita nggak bakal bisa makan bersama lagi." Ivana tertawa. "Terus, gimana dengan Bendy? Dia pesan makanan sendirian dan makan di ruangannya?""Seharusnya begitu ...," jawab Livy dengan kaku. Ekspresinya terlihat sangat canggung. Dia hanya bisa mengucapkan maaf di dalam hatinya kepada Bendy."Gimana kalau ki

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 149

    Livy tak kuasa berpikir, jika tadi dia menolak dengan tegas, seharusnya Erick akan menyerah selama masih punya kepekaan. Dengan begitu, Livy tidak perlu repot-repot lagi."Biarkan saja dulu. Kalau dia nggak mencariku lagi, berarti aku nggak perlu menjelaskan apa pun," sahut Livy dengan agak linglung.Siapa sangka, ketika jam pulang kerja dan orang-orang bersiap-siap untuk pulang, tiba-tiba muncul sesosok yang familier di depan Livy saat dia sedang membereskan barang-barangnya. Padahal, Livy hendak pulang lebih awal dan melanjutkan pekerjaannya di rumah."Livy, aku sedang menunggumu. Kamu mau pulang, 'kan? Kita bisa makan bersama hari ini, 'kan?" Erick menyembunyikan hasrat di tatapannya dan berpura-pura menyunggingkan senyuman cerah.Seketika, para staf yang sedang beberes mengalihkan pandangan ke arah mereka untuk mencari tahu apa yang terjadi.Ivana yang biasanya selalu membantu Livy sudah pulang. Kini, Livy pun sebatang kara. Dia menyahut dengan malu sekaligus kesal, "Erick, jangan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 150

    Livy baru saja ingin menjelaskan, tetapi Erick menyela, "Aku dan Bu Livy belum pacaran. Pak, kalau aku berhasil mengejarnya, aku akan langsung ajukan pindah ke cabang. Tenang saja, aku tahu aturan perusahaan."Livy mengernyit. Sesuai dugaan, dia bisa melihat ekspresi Preston yang berangsur dingin. Penjelasan Erick tidak sesederhana yang terdengar. Dia mengklarifikasi hubungan keduanya, tetapi juga menunjukkan kepercayaan dirinya terhadap perkembangan hubungan mereka di masa depan.Penjelasan ini akan membuat orang mengira Livy menerima perhatian dan pengejaran Erick. Livy merasa sangat terganggu. Namun, dia tidak bisa membantah apa pun karena penjelasan Erick terlalu sempurna."Oh ya?" Preston menatap Erick dengan tatapan tajam, lalu beralih menatap Livy lekat-lekat.Kemudian, tatapan Preston tertuju pada tas di tangan Livy. Dia bertanya dengan nada bicara agak menyindir, "Livy, kamu sudah mau pulang kerja? Kamu nggak berniat fokus pada kerjaanmu lagi?"Seketika, dada Livy terasa sakit

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 151

    Livy memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Segera, dia tiba di ruang kantor presdir.Saat Livy hendak mengetuk pintu, dia malah melihat wajah samping Sylvia. Sylvia sedang menghadap ke arahnya, tetapi tatapannya tertuju pada Preston. Dengan suara lembut, dia berkata, "Preston, cepat sedikit. Aku lapar."Usai mengatakan itu, Sylvia menoleh. Ketika melihat Livy, dia sama sekali tidak terkejut. Meskipun begitu, dia tetap berpura-pura terkejut. "Bu Livy, kamu juga ikut?"Nada bicara Sylvia terdengar agak aneh. Sementara itu, tersembunyi penghinaan dan permusuhan di balik matanya. Livy bisa merasakannya dengan jelas."Preston, aku sudah reservasi tempat. Kamu juga tahu makan di Restoran Barban harus pesan dulu. Tapi, aku cuma pesan tempat untuk dua orang. Aku nggak tahu Bu Livy bakal ikut." Sylvia menunduk sedikit, seolah-olah merasa bersalah."Nggak apa-apa, dia nggak ikut." Preston menatap Livy yang berdiri di depan pintu. Alisnya sedikit berkerut. Ekspresinya bahkan menunjukkan sedi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 152

    Livy lembur sedikit untuk menyelesaikan pekerjaannya. Setelah pulang ke rumah, dia mendapati hanya ada dirinya.Livy makan malam sendirian. Selesai makan, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata Erick yang meneleponnya.Tanpa pikir panjang, Livy hendak mengakhiri panggilan. Namun, dia dan Erick masih punya urusan pekerjaan. Dia khawatir Erick mencarinya untuk membahas masalah pekerjaan, jadi terpaksa menerima panggilan."Ada urusan apa?" Nada bicara Livy terdengar sopan, tetapi sedikit dingin dan kesal.Di sisi lain, Erick seolah-olah tidak menyadarinya. Dia berkata dengan ramah, "Livy, aku tahu kamu belum tidur. Aku lagi di pasar malam Jalan Selata. Kamu mau kemari nggak? Kita makan bersama."Livy merasa agak gusar. Dia sudah memperjelas semuanya kepada Erick, tetapi Erick masih mengganggunya."Erick, biar kuperjelas sekali lagi. Kalau nggak ada urusan pekerjaan, tolong jangan ganggu aku," tegas Livy.Erick malah tertawa ringan, lalu berkata dengan suara agak manja, "Livy, aku nggak g

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 153

    "Kenapa bicara begitu?" tanya Livy yang tidak bisa bereaksi untuk sesaat."Soalnya kamu lagi pacaran sama Erick." Preston melirik wajah Livy dengan ekspresi datar. Tatapannya suram dan mendalam, sungguh mengerikan.Preston marah! Livy tak kuasa bergidik. Meskipun Preston tidak banyak bicara, Livy bisa merasakan auranya yang suram. Dia tidak pernah melihat ekspresi seperti ini dari Preston.Livy termangu beberapa saat sebelum bereaksi kembali. Jelas, percakapannya dengan Erick didengar oleh Preston."Bu ... bukan begitu ...." Livy buru-buru menjelaskan.Namun, Preston hanya melirik dengan dingin. Jarinya yang ramping menarik dasinya dengan gusar. Kancing paling atas sampai terbuka karena gerakannya yang kasar. Jakunnya yang bergerak membuatnya terlihat sangat menggoda."Jadi, yang kudengar tadi cuma halusinasi?" tanya Preston.Livy ragu-ragu sejenak. Setelah mengingat kembali, sepertinya dia terus menyuruh Erick untuk mundur tadi. Mereka sama sekali tidak membahas hal romantis. Sepertin

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 154

    Livy sontak membuka matanya lebar-lebar. Dia secara naluriah meletakkan kedua tangan di depan tubuhnya untuk melindungi diri. Tubuhnya agak meringkuk. Dia mundur beberapa langkah.Preston memicingkan matanya yang makin dingin. Livy berkata secara spontan, "Aku kurang enak badan hari ini."Livy memang sedang tidak mood. Karena tidak mood, sekujur tubuhnya terasa lemas. Dia tidak punya niat untuk melayani dan menghadapi Preston."Kulihat kamu nggak seperti orang sakit waktu bertelepon tadi." Kesabaran Preston mulai menipis. Sepasang matanya yang hitam menatap Livy lekat-lekat.Livy menggigit bibirnya. "Aku serius ....""Kamu seharusnya menjalankan kewajiban seorang istri." Preston menunduk, lalu menggendong Livy ke kamar. Dia menahan Livy di dinding tanpa menghiraukan penolakannya. Gerakannya sangat lugas dan kasar. Dia sama sekali tidak peduli pada perasaan Livy."Ah! Sakit ...." Livy kesakitan hingga matanya berkaca-kaca. Ini pertama kalinya Presto benar-benar memperlakukannya sebagai

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 386

    Livy bahkan tidak tahu sudah berapa lama dia berdiri di sana, sementara hujan deras di atas kepalanya masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.Sampai akhirnya, tubuhnya semakin lemah. Dia harus bersandar pada dinding di sampingnya sebelum perlahan duduk ke tanah.Dingin. Seluruh tubuhnya terasa sangat dingin, seakan-akan dia dilemparkan ke dalam ruang pembeku.Meskipun begitu, suhu tubuhnya justru terasa sangat tinggi, bahkan napasnya membawa hawa panas.Apakah dia demam? Livy merasa kepalanya pusing. Dengan lemah, dia mengangkat tangan dan menyentuh dahinya. Benar saja, panasnya sudah tidak normal.Ponselnya entah kehabisan baterai atau rusak karena masuk air. Kini, layarnya sudah tidak bisa menyala.Yang bisa Livy lakukan hanyalah memeluk tubuh sendiri dengan putus asa, seolah-olah hanya itu yang bisa memberinya sedikit kehangatan."Cepat pergi!" Di tengah kesadarannya yang samar, Livy kembali mendengar suara satpam.Gerbang besi terbuka, tongkat besi menyentuh tubuhnya. Sa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 385

    Petugas keamanan menyeretnya ke depan gerbang, lalu bergegas menutup pintu dan menghalangi pandangannya dari dua orang di dalam sana.Di langit yang gelap, kilatan petir mendadak menyambar dan membelah malam dengan cahaya menyilaukan. Namun, Livy tetap tidak mau menyerah. Dia berteriak ke arah vila, suaranya bercampur dengan suara hujan yang mengguyur deras."Pak Preston! Kumohon, kasih aku kesempatan untuk menjelaskan! Semua ini bukan perbuatanku! Kenapa ... kenapa kamu nggak percaya sama aku?!"Petugas keamanan meliriknya dengan pandangan meremehkan. "Nona, lebih baik kamu cepat pergi. Jangan mempermalukan diri sendiri di sini."Tidak ...! Dia tidak bisa pergi begitu saja! Jika dia tidak bisa menjelaskan semuanya hari ini, Preston pasti akan membencinya seumur hidup.Livy tidak ingin itu terjadi. Dia tidak ingin Preston membencinya. Dia tidak bersalah, semua ini bukan perbuatannya!"Aku nggak akan pergi."Livy menggigit bibirnya erat, menahan giginya yang bergetar karena dingin. "Aku

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 384

    Dengan panik, Livy langsung mendorong pintu dan buru-buru menjelaskan, "Bukan aku yang melakukannya!"Begitu melihat Livy, tebersit kebencian di mata Sylvia.Diam-diam, dia mencubit pahanya sendiri, membuat dirinya menangis lebih keras. "Bu Livy, ke ... kenapa kamu datang ke sini?""Kamu bahkan tahu di mana aku tinggal, apakah itu berarti kamu sudah menyelidiki semua informasi tentangku? Jadi, foto-foto yang diambil diam-diam itu juga hasil perintahmu?"Dalam artikel berita itu, memang ada beberapa foto yang menunjukkan Preston mengantar Sylvia pulang. Namun, Livy sangat yakin bahwa semua ini sama sekali bukan ulahnya.Isakan tangis Sylvia yang lembut dan menyedihkan menghantam hati Preston.Meskipun dia tidak memiliki perasaan cinta terhadap Sylvia, mereka telah tumbuh bersama sejak kecil. Ditambah dengan rasa bersalah yang dia simpan selama bertahun-tahun, melihat Sylvia menangis membuat hatinya sedikit tersentuh.Tatapannya yang dingin jatuh pada Livy yang tiba-tiba menerobos masuk.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 383

    "Kenapa sih? Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu!"Zoey merasa Livy benar-benar tidak tahu berterima kasih. Dengan nada kesal, dia mengumpat, "Kamu sendiri nggak bisa mempertahankan Pak Preston, aku membantumu, tapi kamu malah bersikap begini!""Kamu sadar nggak, bahkan gelar Nyonya Sandiaga saja nggak diakui? Kalau sampai kalian bercerai, kamu bakal keluar tanpa sepeser pun! Asal kamu mau memperbesar masalah ini, bagaimanapun juga, kamu tetap nggak akan dirugikan!"Sebenarnya, Zoey juga tidak benar-benar ingin membantu Livy. Namun, setelah berdiskusi dengan ibunya, mereka menyadari bahwa hanya dengan membantu Livy, mereka bisa mendapatkan keuntungan.Lagi pula, dia sudah memegang kelemahan Livy. Kalau Livy tidak bekerja sama dengannya, dia akan benar-benar habis!"Aku sudah bilang, urusanku bukan urusanmu!"Livy berteriak hingga suaranya hampir serak, "Aku juga nggak pernah ingin jadi Nyonya Sandiaga yang diumumkan ke publik, dan aku nggak butuh orang lain memperlakukanku dengan b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 382

    Grup itu adalah grup gosip perusahaan.Sebelumnya, Ivana pernah ingin memasukkan Livy ke dalamnya, tetapi Livy merasa grup itu terlalu ramai dan penuh dengan gosip yang tidak penting. Lagi pula, dia juga tidak tertarik membahas hal-hal seperti itu, jadi dia menolak untuk bergabung.Namun sekarang, setelah jam kerja usai, seseorang mengirimkan pesan yang memicu kehebohan di grup tersebut.Meskipun hanya ada satu orang yang memulai percakapan, Livy sudah cukup terkenal di perusahaan, jadi banyak orang yang ikut berkomentar.[ Pantas saja! Aku pernah beberapa kali melihat Livy naik mobilnya Pak Preston. Lagian, kalian nggak merasa aneh kalau dia bisa naik jabatan secepat itu? ][ Kalau nggak ada sesuatu di belakangnya, aku pasti nggak percaya! Tapi aku nggak nyangka, ternyata dia punya hubungan sama Pak Preston! ][ Aku nggak percaya! Pak Preston itu kaya, tampan, dan luar biasa! Mana mungkin dia tertarik sama wanita seperti Livy? ][ Pokoknya yang jelas, Livy sudah menikah dan suaminya p

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 381

    Pria itu memiliki proporsi tubuh yang nyaris sempurna. Mantel panjang hitam yang dia kenakan membingkai tubuhnya yang tinggi dengan sangat pas dan menampilkan sosok yang luar biasa gagah."Sayang, kamu ...."Livy ingin memanggil Preston untuk makan bersama, tetapi pria itu justru berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Dia menatap Livy dari atas ke bawah dengan mata hitam pekat yang dipenuhi dengan kejengkelan. Dengan suara marah, dia bertanya, "Apa lagi yang kamu lakukan?""Hah?"Livy tidak mengerti maksudnya, tetapi sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, tangan besar pria itu sudah mencengkeram bahunya dengan kuat dan menyeretnya ke atas.Cengkeramannya begitu kasar, membuat Livy terpaksa terseret menaiki tangga dengan terburu-buru. Bahkan, karena langkahnya yang terlalu cepat, lututnya terbentur sudut tangga dengan keras.Namun, Preston tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti. Dia terus menyeret Livy hingga ke kamar, lalu mendorongnya ke sofa dengan kasar."Kamu begitu ingin

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 380

    Siapa yang peduli? Preston mengernyit. Apakah dia peduli pada Livy?Tangan yang menggenggam gelas tiba-tiba berhenti, lalu dia menuangkan lagi segelas minuman untuk dirinya sendiri dan berkata dengan nada dingin, "Dia cuma istri kontrakku, nggak lebih.""Iya, nih. David, kamu terlalu berlebihan. Bu Livy memang perempuan yang baik, tapi bagaimanapun juga, dia dan Preston berasal dari dunia yang berbeda."Sylvia menyela pembicaraan, lalu mendekati Preston dengan berpura-pura baik dan mengingatkan dengan lembut, "Preston, aku tahu kamu ingin memperlakukan Bu Livy dengan baik. Tapi bagaimanapun juga, dia berasal dari latar belakang yang berbeda dari kita. Kalau kamu terus memberinya barang-barang mewah, itu malah bisa membuatnya merasa terbebani."Perkataan itu membuat Preston sedikit penasaran. "Kenapa?""Karena bagi Livy, barang-barang itu sangat mahal, bahkan satu saja bisa setara dengan gajinya selama bertahun-tahun. Orang seperti dia akan merasa bahwa kesenjangan di antara kalian terl

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 379

    Kalau begitu, Livy juga jangan berharap hidupnya akan baik-baik saja!"Zoey, kalau mau gila, jangan cari aku!" Livy tidak ingin meladeni Zoey lagi dan segera pergi. Namun, setelah kembali ke kantornya, kelopak mata kanannya terus berkedut. Dia merasa seolah-olah sesuatu akan terjadi.Sebelum pulang, dia naik ke lantai atas untuk mencari Preston dan melaporkan perkembangan proyek. Namun, setelah mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya, dia menghubungi Preston lewat telepon."Ada apa?"Di seberang sana, suara Preston terdengar seakan dia sedang berada di tempat hiburan. Ada suara musik samar-samar dan yang lebih menyakitkan, Livy mendengar suara Sylvia yang begitu akrab di telinganya."Preston, bukannya sudah bilang hari ini jangan bahas pekerjaan?" Suara manja Sylvia terdengar cukup jelas, seolah-olah dia menempel di sisi Preston."Aku cuma bicara sebentar," jawab Preston dengan suara rendah, sebelum akhirnya beralih ke Livy, "Bu Livy, kalau soal pekerjaan,

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 378

    Karena kejadian semalam, Livy hampir terlambat masuk kerja pagi ini. Baru saja dia selesai absen, suara yang sudah lama tidak terdengar kembali menyapanya. "Livy!"Setelah sekian lama tidak bertemu, Zoey tampaknya menjalani hidup yang cukup baik.Pakaian bermerek yang dikenakannya semakin banyak dan di lehernya terlihat bekas merah yang sangat mencolok. Tanda bahwa hubungannya dengan Ansel semakin erat."Ada urusan apa?" Livy meliriknya dengan dingin, tidak ingin membuang waktu untuknya.Namun, Zoey sama sekali tidak merasa tersinggung dan justru berkata dengan percaya diri, "Aku butuh bantuanmu."Livy mengernyit, merasa Zoey benar-benar terlalu tidak tahu malu, lalu menolak mentah-mentah, "Aku nggak ada waktu.""Livy, kamu sok jual mahal apa sih? Apa kamu benar-benar mengira dirimu sudah jadi nyonya besar? Kaki Sylvia sebentar lagi sembuh, 'kan? Aku peringatkan kamu, begitu dia berhasil, kamu pasti akan dibuang sama Pak Preston!"Zoey menghalangi Livy di pintu masuk, kata-kata tajamny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status