Share

Bab 144

Author: Dania Zahra
Livy kehabisan napas akibat ciuman yang begitu intens. Namun, akal sehatnya akhirnya kembali mendominasi dan dia mendorong pria di depannya dengan sekuat tenaga.

Preston mengernyitkan dahi, menunjukkan kebingungan atas penolakannya yang tiba-tiba. Dia bahkan bertanya, "Apa aku membuatmu sakit?"

Preston mengira masalahnya ada pada dirinya. Lagi pula, Livy pernah menunjukkan sikap yang cukup aktif sebelumnya, sehingga dia sama sekali tidak menduga kalau Livy menolak hal ini terjadi.

"Aku ... aku ...." Livy tidak tahu harus memberi alasan apa. Preston sudah memergokinya, jadi satu-satunya pilihan adalah berpura-pura lemah. Dengan wajah memelas, dia berkata, "Aku cuma capek ... tubuhku rasanya kurang sehat."

Ekspresi Preston berubah serius. Dia tampak khawatir dan berkata, "Kalau begitu, aku suruh David untuk memeriksamu."

"Nggak perlu." Melihat Preston sudah mengeluarkan ponselnya, Livy buru-buru menolak. "Aku baik-baik saja. Bukan sakit, hanya terlalu capek ... sangat mengantuk. Aku hany
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 145

    Livy menoleh dan melihat Preston, merasa agak terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Mata Livy tampak berkaca-kaca, membuatnya terlihat rapuh dan sedih. Tatapan itu membuat dada Preston terasa sesak."Kamu ini kenapa?! Kenapa nggak pakai baju tidur?" tanya Preston dengan suara serak penuh kemarahan.Dia berusaha keras menekan emosinya ... bukan karena marah pada Livy, melainkan pada dirinya sendiri karena kehilangan kendali.Namun, Livy yang tidak tahu hal itu justru semakin panik. Suara Preston yang keras membuatnya lebih gugup. Dengan wajah memerah karena malu, Livy buru-buru berlari ke arah lemari untuk mengambil baju tidur.Namun karena terlalu terburu-buru, handuk yang menutupi tubuhnya terlepas dan jatuh ke lantai, bahkan membuat kakinya tersandung.Brak!Tubuh Livy jatuh ke lantai dengan lutut terlebih dahulu. Rasa sakit menjalar seketika. Livy meringis dan memejamkan mata sambil menahan nyeri di lutut serta rasa malu. Ingin rasanya dia menghilang sekarang juga.Sebelum L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 146

    Livy merasa tegang, seolah-olah ada sebuah tangan besar yang mencengkeram hatinya. Seketika, dia merasa dilema.Livy tidak tahu harus menjawab apa. Masalahnya adalah dia tidak tahu apa yang ada di pikiran Preston. Preston tidak seperti ingin membatalkan kontrak dengannya. Kenapa Preston begitu peduli padanya? Apa karena merasa bersalah?"Nggak lagi ...," jawab Livy dengan lirih.Preston meletakkan salepnya, lalu mendongak menatap Livy. Di depannya adalah kulit yang putih dan mulus, tulang selangka yang indah. Meskipun Livy meringkuk, dia tetap terlihat menawan.Livy bisa merasakan tatapan panas itu. Kulitnya seolah-olah terbakar. Bukan hanya wajahnya, tetapi kulitnya juga memerah.Pemandangan indah ini membuat setiap saraf dalam tubuh Preston menegang. Preston merasa dirinya seperti kecanduan narkoba.Preston sontak bangkit, lalu langsung menuju ke kamar mandi. Setelah pintu ditutup, Livy mendengar suara air mengalir. Kotak obat masih diletakkan di sampingnya. Livy duduk dengan tubuh t

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 147

    Livy tak kuasa menelan ludahnya. Dia bisa merasakan suasana aneh ini. Seketika, dia merasa gugup. Pikirannya hampa. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang."Hm." Livy mengiakan dengan lirih, mencoba untuk menggeser kakinya. Namun, tangan besar itu tidak ingin melepaskan kakinya.Seketika, wajah Livy memerah. Preston masih menatapnya lekat-lekat, tidak memberinya kesempatan untuk menenangkan diri.Saat berikutnya, sebelum Livy tersadar dari lamunannya, Preston tiba-tiba membalikkan tubuh Livy dan menindihnya. Ciuman yang liar sontak mendarat, membuat Livy tidak sempat berpikir ataupun melawan. Dia seperti es yang dilelehkan oleh api ........Livy terlambat ke kantor. Namun, dia tidak perlu cemas karena Preston sudah berjanji tidak akan memotong gajinya.Setelah Livy duduk di kursinya, Ivana tiba-tiba mendekat. "Livy, kamu nggak enak badan ya? Erick sudah balik. Aku kira kamu kira ketakutan sampai nggak berani datang kerja lagi.""Nggak kok, sudah mendingan. Aku cuma agak pusi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 148

    Wajah Livy memerah. Dia tidak berani lanjut membayangkan. Dia khawatir dirinya makin terjerat.Makanya, Livy memberi tahu Preston bahwa dia tidak akan makan siang di atas hari ini. Preston tidak setuju, mengira Livy akan melewatkan waktu makan di kantin. Livy pun menegaskan berulang kali bahwa dia akan makan tepat waktu. Setelah itu, Preston baru menyetujui permintaannya.Alhasil, hal ini justru membuat Ivana salah paham. Ivana mengira Livy bertengkar dengan Bendy. Livy terpaksa menjelaskan, "Pak Preston nggak menyuruhku melaporkan pekerjaan beberapa hari ini. Makanya, aku makan di kantin.""Kalau begitu, aku harus berterima kasih kepada Pak Preston karena membebaskanmu. Kalau nggak, kita nggak bakal bisa makan bersama lagi." Ivana tertawa. "Terus, gimana dengan Bendy? Dia pesan makanan sendirian dan makan di ruangannya?""Seharusnya begitu ...," jawab Livy dengan kaku. Ekspresinya terlihat sangat canggung. Dia hanya bisa mengucapkan maaf di dalam hatinya kepada Bendy."Gimana kalau ki

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 149

    Livy tak kuasa berpikir, jika tadi dia menolak dengan tegas, seharusnya Erick akan menyerah selama masih punya kepekaan. Dengan begitu, Livy tidak perlu repot-repot lagi."Biarkan saja dulu. Kalau dia nggak mencariku lagi, berarti aku nggak perlu menjelaskan apa pun," sahut Livy dengan agak linglung.Siapa sangka, ketika jam pulang kerja dan orang-orang bersiap-siap untuk pulang, tiba-tiba muncul sesosok yang familier di depan Livy saat dia sedang membereskan barang-barangnya. Padahal, Livy hendak pulang lebih awal dan melanjutkan pekerjaannya di rumah."Livy, aku sedang menunggumu. Kamu mau pulang, 'kan? Kita bisa makan bersama hari ini, 'kan?" Erick menyembunyikan hasrat di tatapannya dan berpura-pura menyunggingkan senyuman cerah.Seketika, para staf yang sedang beberes mengalihkan pandangan ke arah mereka untuk mencari tahu apa yang terjadi.Ivana yang biasanya selalu membantu Livy sudah pulang. Kini, Livy pun sebatang kara. Dia menyahut dengan malu sekaligus kesal, "Erick, jangan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 150

    Livy baru saja ingin menjelaskan, tetapi Erick menyela, "Aku dan Bu Livy belum pacaran. Pak, kalau aku berhasil mengejarnya, aku akan langsung ajukan pindah ke cabang. Tenang saja, aku tahu aturan perusahaan."Livy mengernyit. Sesuai dugaan, dia bisa melihat ekspresi Preston yang berangsur dingin. Penjelasan Erick tidak sesederhana yang terdengar. Dia mengklarifikasi hubungan keduanya, tetapi juga menunjukkan kepercayaan dirinya terhadap perkembangan hubungan mereka di masa depan.Penjelasan ini akan membuat orang mengira Livy menerima perhatian dan pengejaran Erick. Livy merasa sangat terganggu. Namun, dia tidak bisa membantah apa pun karena penjelasan Erick terlalu sempurna."Oh ya?" Preston menatap Erick dengan tatapan tajam, lalu beralih menatap Livy lekat-lekat.Kemudian, tatapan Preston tertuju pada tas di tangan Livy. Dia bertanya dengan nada bicara agak menyindir, "Livy, kamu sudah mau pulang kerja? Kamu nggak berniat fokus pada kerjaanmu lagi?"Seketika, dada Livy terasa sakit

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 151

    Livy memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Segera, dia tiba di ruang kantor presdir.Saat Livy hendak mengetuk pintu, dia malah melihat wajah samping Sylvia. Sylvia sedang menghadap ke arahnya, tetapi tatapannya tertuju pada Preston. Dengan suara lembut, dia berkata, "Preston, cepat sedikit. Aku lapar."Usai mengatakan itu, Sylvia menoleh. Ketika melihat Livy, dia sama sekali tidak terkejut. Meskipun begitu, dia tetap berpura-pura terkejut. "Bu Livy, kamu juga ikut?"Nada bicara Sylvia terdengar agak aneh. Sementara itu, tersembunyi penghinaan dan permusuhan di balik matanya. Livy bisa merasakannya dengan jelas."Preston, aku sudah reservasi tempat. Kamu juga tahu makan di Restoran Barban harus pesan dulu. Tapi, aku cuma pesan tempat untuk dua orang. Aku nggak tahu Bu Livy bakal ikut." Sylvia menunduk sedikit, seolah-olah merasa bersalah."Nggak apa-apa, dia nggak ikut." Preston menatap Livy yang berdiri di depan pintu. Alisnya sedikit berkerut. Ekspresinya bahkan menunjukkan sedi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 152

    Livy lembur sedikit untuk menyelesaikan pekerjaannya. Setelah pulang ke rumah, dia mendapati hanya ada dirinya.Livy makan malam sendirian. Selesai makan, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata Erick yang meneleponnya.Tanpa pikir panjang, Livy hendak mengakhiri panggilan. Namun, dia dan Erick masih punya urusan pekerjaan. Dia khawatir Erick mencarinya untuk membahas masalah pekerjaan, jadi terpaksa menerima panggilan."Ada urusan apa?" Nada bicara Livy terdengar sopan, tetapi sedikit dingin dan kesal.Di sisi lain, Erick seolah-olah tidak menyadarinya. Dia berkata dengan ramah, "Livy, aku tahu kamu belum tidur. Aku lagi di pasar malam Jalan Selata. Kamu mau kemari nggak? Kita makan bersama."Livy merasa agak gusar. Dia sudah memperjelas semuanya kepada Erick, tetapi Erick masih mengganggunya."Erick, biar kuperjelas sekali lagi. Kalau nggak ada urusan pekerjaan, tolong jangan ganggu aku," tegas Livy.Erick malah tertawa ringan, lalu berkata dengan suara agak manja, "Livy, aku nggak g

Pinakabagong kabanata

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status