Home / Romansa / Malam Penuh Gelora Bersama Bosku / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Malam Penuh Gelora Bersama Bosku: Chapter 171 - Chapter 180

386 Chapters

Bab 171

Namun pada detik berikutnya, terdengar suara pintu tertutup. Ketika Bendy menoleh, dia mendapati sofa tempat Livy tadi duduk sudah kosong. Lampu di kamar mandi menyala dan bayangan tubuh seseorang samar-samar terlihat dari balik pintu kaca.Dia segera membalikkan badan untuk menghindarinya dan bertanya dengan hati-hati, "Bu Livy, Anda sedang apa di sana?""Jangan pedulikan aku. Aku cuma berendam sebentar dengan air dingin," jawab Livy dengan suara lemah.Dia menenggelamkan dirinya ke dalam air dingin yang menusuk. Rasa dingin itu membantu sedikit meredakan panas membara dalam tubuhnya, meski tidak sepenuhnya.Namun, rasa gatal yang menyiksa dari dalam tubuhnya masih terus melahapnya. Livy hanya bisa menggigit bibirnya dan mencoba bertahan.Di tempat lain, Preston yang baru saja menutup telepon, merasa tidak tenang. Dia bangkit dari tempat duduknya. Namun saat itu juga, Sylvia yang berbaring di tempat tidur rumah sakit tiba-tiba membuka matanya dan berteriak, "Jangan!"Sylvia terlihat
Read more

Bab 172

"Nggak ... nggak apa-apa. Kami ... sementara ini memang belum berencana punya anak."Livy memaksakan senyum, mencoba terlihat seolah tidak peduli, meskipun hatinya berkecamuk. Dalam kenyataannya, dia mulai sangat menginginkan seorang anak.Sejak neneknya meninggal, dia tidak lagi memiliki keluarga. Karena itu ... dia benar-benar ingin memiliki seorang anak sebagai penerusnya.Namun, dia tahu, dirinya dan Preston tidak cocok untuk hal itu. Dia tidak punya hak untuk melahirkan anak Preston. Preston juga tidak akan pernah mengizinkannya."Kalau begitu, masih ada banyak waktu untuk memulihkan kondisi tubuhmu. Kamu masih muda, nikmatilah beberapa tahun lagi. Tapi kalau ada situasi seperti ini lagi, kenapa nggak kasih tahu Preston saja? Sebagai suamimu, sudah seharusnya dia membantumu dalam keadaan seperti ini ....""Keluar," sela Preston dengan dingin. Ekspresinya berubah suram, memberikan tekanan yang menakutkan. David langsung terdiam dan buru-buru meninggalkan ruangan.Sekarang hanya Liv
Read more

Bab 173

Dengan enggan, Livy menerima perawatan infus di tangan yang lain, sementara David membersihkan dan merawat luka di tangannya dengan cekatan."Bukannya aku mau ngomel, Pak Preston. Aku tahu kamu mungkin terburu-buru, tapi kamu nggak bisa mengabaikan kondisi Bu Livy, 'kan?"David bercanda sambil melirik Preston. "Aku baru saja turun untuk minum teh sebentar, kalian sudah perang besar di atas sini.""Kapan tubuhnya bisa pulih?" Preston memotong dengan nada dingin, tampak tidak tertarik dengan lelucon David.David melirik Livy yang langsung mengalihkan pandangan dengan canggung. "Dua hari. Selama dua hari ini, dia harus minum teh jahe dan memulihkan diri perlahan-lahan. Selebihnya, tinggal penyesuaian."Setelah menyelesaikan perawatan pada tangan Livy, David pun berdiri. Preston hanya menggumam tanpa melihat Livy lagi, lalu berbalik dan meninggalkan ruangan.David merasa sedikit canggung, kemudian menggaruk kepalanya sambil melirik Livy dan pintu yang baru saja tertutup. Dengan suara kecil
Read more

Bab 174

Rivano berbicara panjang lebar, tanpa menyadari bahwa mata Livy sudah memerah dan penuh emosi. Jika ini adalah percakapan tatap muka, Rivano pasti bisa melihat ada sesuatu yang tidak beres.Namun, karena pembicaraan ini melalui telepon, dia hanyut dalam impiannya yang ambisius tentang masa depan tanpa memedulikan perubahan suasana hati Livy."Baiklah, aku akan perhatikan. Aku akan berusaha membantu Keluarga Pratama bangkit kembali dan buat Grup Pratama semakin besar," ujar Livy dengan nada datar.Kata-kata itu langsung membuat Rivano tertawa terbahak-bahak sambil memuji Livy sebagai anak yang berbakti.Livy menutup telepon, lalu memegangi dadanya. Butuh beberapa saat untuk menenangkan diri. Saat itu, pintu kantor mulai terbuka, rekan-rekan kerja perlahan masuk satu per satu.Ivana membawa dua cangkir kopi dan menghampiri Livy. Dia memeriksa Livy dengan saksama, lalu menghela napas lega. "Livy, kamu sudah baikan, 'kan?"Livy tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja. Kamu gimana? Ada masalah
Read more

Bab 175

Wajah Livy seketika memucat. Preston masih marah.Jika Preston tidak ingin melihatnya di rumah, itu masih bisa dimaklumi. Namun sekarang, dia bahkan tidak mau berhadapan dengan Livy di kantor.Livy menggigit bibirnya, lalu mengangguk pelan. "Aku mengerti."Setelah kembali ke ruangannya, Livy duduk di meja kerjanya. Dia menenggak beberapa teguk kopi, tetapi pikirannya tidak bisa fokus sama sekali pada layar komputer di depannya."Livy, aku punya kabar baik!"Ivana mendekat dengan antusias. "Erick dipindahkan dari posisinya!""Apa?"Livy terdiam sejenak, tidak langsung memahami maksudnya. "Dipindahkan ke mana?""Aku juga nggak tahu. Barusan aku dengar dari Bu Sherly. Katanya orang yang akan jadi mitramu minggu ini akan segera datang.""Kabarnya, Erick melakukan kesalahan besar dalam salah satu tugasnya, dan Pak Preston sendiri yang memindahkannya ke cabang. Kalau dia melakukan kesalahan lagi, dia akan langsung dipecat ...."Ivana terlihat sangat senang."Itu memang kabar baik," ujar Livy
Read more

Bab 176

Livy tidak pernah membayangkan dirinya akan mengenakan gaun seperti ini karena terlalu terbuka. Bukan hanya bagian belakang yang terbuka, tetapi seluruh gaunnya juga bisa dirobek. Jelas sekali, gaun ini lebih cocok untuk urusan di kamar tidur ....Gaun itu disembunyikan di bagian bawah lemari dan ternyata Tina yang menemukannya saat sedang membereskan pakaian."Bi Tina, aku sudah selesai makan. Aku mau naik dulu." Dengan perasaan gelisah, Livy berbalik. Saat sampai di depan tangga, dia mendengar Tina memanggil seseorang."Tuan Preston, akhirnya kamu pulang." Ketika mendengar sapaan itu, langkah kaki Livy pun semakin cepat.Saat melihat Livy buru-buru pergi, alis Preston berkerut tanpa disadarinya. Wanita ini benaran tidak ingin bertemu denganku?Saat ini, Preston telah lupa bahwa dia sendiri yang meminta Livy untuk menjaga jarak dengannya sejak awal."Aku sudah menyiapkan beberapa hidangan dan sup ayam untukmu. Kamu pasti capek. Minumlah sup ayam ini supaya tubuhmu lebih bugar." Tina t
Read more

Bab 177

Setiap sudut ruangan ini menantang pengendalian diri Preston. Dia sudah lama tidak menyentuh Livy. Kini, godaan visual ini benar-benar menghancurkan semua kendalinya."Aku ... aku nggak punya kejutan untukmu. Bi ... Bibi Tina yang asal bicara." Livy tergagap, merasa tidak nyaman saat tatapan panas Preston terus menjelajahi tubuhnya."Aku ganti baju dulu ...." Livy mencoba untuk pergi, tetapi Preston sontak menarik tangannya. Dalam sekejap, Livy sudah ditindih di atas ranjang.Perasaan yang familier itu melandanya. Ketika merasakan perubahan pada pria itu, wajah Livy pun memerah. Kulitnya terasa semakin panas."Sudah tahu tentang Erick?" Preston memulai percakapan. Matanya yang gelap berkilau penuh nafsu, menatap tajam wanita di depannya.Livy mengangguk. "Aku sudah tahu."Gaun tidur ini memang dirancang khusus untuk pasangan. Ketika terbaring di atas ranjang, tali gaunnya sedikit melorot, hampir menampakkan semuanya. Ini sungguh menggoda."Jadi, kamu sengaja menyanjungku supaya aku men
Read more

Bab 178

Di dalam ruangan yang remang-remang, mata gelap pria itu terpaku pada Livy. Udara di dalam terasa panas.Tenggorokan Livy terasa tercekat. Dengan canggung dan malu, dia memanggil dengan suara pelan, "Sayang."Begitu ucapan itu keluar, ciuman panas mendarat di bibirnya. Preston mencium Livy seolah-olah ingin melahapnya hidup-hidup. Napas yang panas melanda bibir Livy, membuka mulutnya dengan mudah.Livy merasa agak pusing. Dia hanya bisa menerima semua yang dilakukan Preston dengan pasrah. Tangan besar yang agak kasar membelai pinggangnya, menggosokkan kain renda gaunnya di lekukan pinggangnya yang sensitif.Dalam sekejap, Livy larut dalam dunia nafsu. Preston tahu betul di mana letak titik sensitifnya. Hanya dengan beberapa sentuhan, dia bisa membuat Livy tidak berdaya.Gaun renda itu perlahan-lahan dibuka oleh Preston. Ciuman panas berpindah dari bibir ke tulang selangkanya, meninggalkan bekas-bekas merah.Tubuh Livy meringkuk. Dia ingin mendekatkan diri pada Preston. Dia tahu betul s
Read more

Bab 179

Setelah bercinta, wajah Livy terlihat agak merah, membuatnya terlihat penuh energi. Mungkin Preston sendiri tidak sadar, tetapi ekspresinya yang dingin mulai melembut saat ini.Preston berjalan perlahan ke tepi ranjang, membuka selimut dan berbaring. Kemudian, dia menunduk sedikit untuk memberikan ciuman lembut di wajah Livy."Jangan ...." Livy tampaknya sedang mimpi buruk. Tubuhnya meringkuk dengan cemas, alisnya berkerut, dan beberapa tetes air mata jatuh di sudut matanya."Jangan tinggalkan aku ...." Isak rendah itu membuat hati Preston terasa sesak. Setelah nenek Livy meninggal, bisa dibilang Livy tidak punya keluarga lagi. Sekarang, dia adalah suami Livy. Memang hanya status, tetapi ....Hubungan mereka sudah sejauh ini. Mereka hampir tidak ada bedanya dengan pasangan sebenarnya. Apa yang perlu dilakukan, sudah mereka lakukan.Jika Livy bisa bersikap patuh dan tidak merayu pria lain, Preston juga tidak keberatan untuk memperlakukannya dengan baik.Ponsel Preston terus bergetar. Pr
Read more

Bab 180

Chloe hamil? Menurut sifat Chloe, dia tidak mungkin diam saja setelah tahu tentang perselingkuhan Stanley. Ternyata karena dia hamil.Livy ingin mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba terdengar suara Stanley dari ujung telepon. Nicky berkata, "Livy, kalau kamu ada waktu, aku mau traktir kamu makan. Nanti kabari aku saja. Kita ngobrol lagi lain kali."Panggilan terputus. Stanley sudah berada di depan Nicky dan menggerutu, "Chloe ini memang jalang! Dulu demi dekatin dia, aku capek sekali! Sekarang kita sudah nikah, jadi aku nggak bakal ngalah lagi. Sebal! Kalau Livy, dia pasti tetap layani aku sekalipun hamil!"Nicky langsung mengernyit mendengar perkataan itu. "Stanley, kamu bicara apa sih! Kenapa menghina Livy seperti itu?"Stanley langsung terbatuk ringan. Bau alkohol tercium. Semalam, Stanley tiba-tiba mengajaknya bertemu dan minum sampai pukul 6 pagi. Makanya, bau alkoholnya berat sekali.Ketika mendengar nada bicara Nicky yang agak dingin, pikiran Stanley menjadi lebih jernih. "Aku c
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
39
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status