“Terima kasih, Oliver. Terima kasih!” Yara tertawa sambil mengeratkan pelukannya di leher Oliver, membuat pria itu nyaris tercekik.Oliver membeku. Wajahnya menegang. Sesuatu yang terasa mengganjal di dada Yara membuat naluri lelakinya terpancing.“Yara, jangan salahkan aku kalau aku membawamu ke atas ranjangku,” desis Oliver tanpa diduga-duga, yang membuat Yara seketika tersadar dengan sikapnya yang menurutnya terlalu berlebihan.Yara terkesiap. Cepat-cepat ia melepaskan pelukannya dan hendak mundur. Namun, sayang, Oliver sudah memeluk pinggangnya sehingga Yara tidak bisa menjauh. Yara panik.“O-Oliver, maaf, barusan aku terlalu bahagia. Tolong lepaskan aku.” Dada Yara semakin terasa sesak ketika Oliver mengeratkan pelukannya, alih-alih melepaskannya.“Sudah terlambat, Yara,” bisik Oliver di dekat telinga Yara.Yara menelan saliva. Mata Yara terpaku pada tatap
Read more