“Suara kodok? Tengah malam begini?” tanya Oliver sambil menatap Yara dengan tatapan ngeri. “Maksudmu, kita akan pergi ke sawah?”“Hm.” Yara mengangguk. “Calon anakku—““Anakku juga,” sela Oliver dengan cepat.“Ya, maksud aku anak ini, ingin mendengar suara kodok. Aku yakin suara itu bisa membuatnya tenang.”Oliver diam mematung dengan tatapan yang belum berubah—ngeri dan tak percaya, sementara Yara pergi lebih dulu.“Mau ikut atau nggak?!” seru Yara, “kalau nggak mau, ya sudah, tunggu saja di dalam mobil!”Rahang Oliver mengeras. Alih-alih pergi meninggalkan Yara, ia justru malah menyusulnya dengan langkah cepat. “Aku nggak akan membiarkanmu pergi sendiri—maksudku, aku harus memastikan anakku baik-baik saja.”Yara memutar bola matanya malas. Mereka menyusuri jalan setapak, melewati rumah-rumah warga yang sepi. Udara malam yang segar dan aroma tanah yang lembab menemani mereka sepanjang perjalanan itu. Suara kodok memang terdengar cukup ramai di kejauhan, mengisi malam yang hening deng
Read more