Share

68. Mengidam (2)

last update Last Updated: 2024-11-16 16:00:00

Perasaan Oliver terasa ringan sejak sarapan tadi pagi. Hari ini hari libur dan entah mengapa ia ingin menghabiskan waktu di rumah, karena biasanya ia memilih menghabiskan waktu di luar entah itu dengan pekerjaannya atau dengan hobinya.

Kakinya seolah tahu apa yang sedang otaknya perintahkan, ia berjalan ke kamar Yara, mencari-cari perempuan itu. Namun, ia tidak menemukan Yara di dalam kamarnya, begitu pula di ruangan lain.

Setelah mencari ke sana kemari, Oliver akhirnya menemukan wanita itu tengah berjongkok di depan pohon bunga mawar sambil menggigit ibu jari tangannya. Oliver mendekat.

“Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” tanya Oliver, ia bisa menangkap kegelisahan dan keraguan yang tergambar dalam ekspresi Yara.

“Oliver...,” gumam Yara sambil mendongak. “Kamu bilang semalam, kalau kamu akan mengabulkan apapun keinginan anak ini, bukan?”

“Iya.” Oliver menjawab penuh keyakina
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
kan dia harus itung ulang lagi Marshal, sampai malam kelar ga itu ngitungnya Oliver .........
goodnovel comment avatar
Lucya Kurnialin Ha
masih mending itung daun...dripada itung bintang kan oliver...wkwkwk
goodnovel comment avatar
eksa viera
halaahh Oliver bulshit banget.. ntar si zara munak nongol lagi, nko meleng kek kapal mau karam. ngalah aja udh ma Marshall, sama sepupu sendiri juga wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   69. Keseriusan Oliver

    Yara memperhatikan Oliver dan Marshall yang sedang mengobrol dari balik jendela yang terbuka. Entah apa yang mereka obrolkan, sampai-sampai Yara melihat wajah Oliver tampak serius, begitu pula dengan Marshall. Yara belum pernah melihat ekspresi Marshall se-serius itu sebelumnya.Tak lama kemudian Marshall pergi lagi. Yara melihat Oliver mematung sejenak. Sebelum akhirnya pria itu kembali berjongkok di depan pohon bunga mawar dan mulai menghitung helaian daunnya dengan serius. Terkadang pria itu berjongkok, setengah berjongkok, lalu berdiri, dan berjongkok lagi. Demikian seterusnya, sampai Yara terperangah karena ia tak menyangka Oliver mau melakukannya dengan serius.Bolehkah kali ini Yara merasa senang? Ia tak bermaksud mengerjai Oliver, tapi ia serius saat mengatakan bahwa ia penasaran dengan jumlah daun dalam pohon mawar tersebut.“Kamu sepertinya ingin mengerjai ayah kamu,” bisik Yara sambil mengusap perutnya sen

    Last Updated : 2024-11-16
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   70. Pengumuman

    Oliver memilih salah satu dari sederet arloji yang memenuhi laci. Pilihannya jatuh pada rolex keluaran terbaru. Ia mengenakannya di pergelangan tangan kiri. Kemudian Oliver keluar kamar, tanpa mengancingkan kemeja putihnya yang masih berantakan. Dihampirinya kamar Yara, ia buka pintu kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dulu.Dan saat pintu terbuka, seketika itu juga Oliver membeku, matanya terpana melihat penampilan Yara yang saat itu sedang mengambil foto selfie sambil tersenyum lebar. Gaun selutut berwarna pink pastel, dan rambutnya yang digelung, membuat Oliver tahu bahwa wanita itu menyukai warna-warna cerah dan rambut yang tidak digerai.Oliver menelan saliva. Ia sadar betul bahwa wanita di hadapannya sama sekali berbeda dengan mantan istrinya. Benar-benar berbeda.“Hey, Oliver. Sejak kapan kamu diam di situ? Nggak mengetuk pintu ternyata sudah jadi kebiasaan kamu, ya?”Gerutuan Yara mengeluarkan Oliver dari keterpakuannya. Ia melangkahkan kakinya mendekati Yara. “Foto selfie ya

    Last Updated : 2024-11-17
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   71. Pelukan Yara

    “Pengumuman?” tanya Olivia dengan mulut penuh makanan. “Pengumuman apa?”“Apa ini tentang perusahaan?” sahut Davin.Yara yang tengah mengunyah makanan di dalam mulutnya, menoleh ke arah Oliver yang duduk di sampingnya. Ia penasaran, kira-kira apa yang akan diumumkan Oliver di depan keluarga besarnya?“Bukan, Pa,” timpal Oliver, “ini bukan tentang perusahaan.” Oliver menoleh ke arah Yara sekilas. Lalu mengedarkan pandangan ke setiap penghuni meja dan berkata, “Yara hamil.”Ucapan Oliver membuat seluruh ruangan sunyi seketika. Yara yang sedang meneguk air, hampir tersedak mendengar pengumuman tak terduga itu. Ia menatap Oliver dengan mata terbelalak, antara bingung dan terkejut.Ah, benar, pikir Yara. Beberapa hari yang lalu Oliver sempat mengatakan bahwa ia akan mengumumkan kehamilannya kepada keluarga saat makan malam. Dan ternyata Oliver menepati janjinya. Sungguh di luar dugaan.

    Last Updated : 2024-11-18
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   72. Suasana Canggung

    “Terima kasih, Oliver. Terima kasih!” Yara tertawa sambil mengeratkan pelukannya di leher Oliver, membuat pria itu nyaris tercekik.Oliver membeku. Wajahnya menegang. Sesuatu yang terasa mengganjal di dada Yara membuat naluri lelakinya terpancing.“Yara, jangan salahkan aku kalau aku membawamu ke atas ranjangku,” desis Oliver tanpa diduga-duga, yang membuat Yara seketika tersadar dengan sikapnya yang menurutnya terlalu berlebihan.Yara terkesiap. Cepat-cepat ia melepaskan pelukannya dan hendak mundur. Namun, sayang, Oliver sudah memeluk pinggangnya sehingga Yara tidak bisa menjauh. Yara panik.“O-Oliver, maaf, barusan aku terlalu bahagia. Tolong lepaskan aku.” Dada Yara semakin terasa sesak ketika Oliver mengeratkan pelukannya, alih-alih melepaskannya.“Sudah terlambat, Yara,” bisik Oliver di dekat telinga Yara.Yara menelan saliva. Mata Yara terpaku pada tatap

    Last Updated : 2024-11-18
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   73. Kami Punya Istrimu

    Ketika Yara akhirnya membuka mata, ia mendapati dirinya terikat di kursi di sebuah ruangan yang remang. Ia berusaha menenangkan diri, meski rasa takut menggerogoti hatinya.Di depan Yara, seseorang berdiri dengan tubuh tegap dan senyum miring, menatapnya dengan tatapan mengerikan."Selamat datang, Cantik," sapa lelaki itu dengan suara berat khas perokok aktif. "Kita akhirnya bisa bertemu kembali.”Kening Yara mengernyit. Bertemu kembali?“Siapa kamu?” Yara berusaha menyembunyikan rasa takutnya dalam suaranya yang terdengar dingin. “Kenapa kamu menculikku dan menyekapku di sini?”Laki-laki itu terkekeh-kekeh. Ia mendekati Yara dan mencengkeram rahangnya, yang membuat Yara meringis kesakitan. “Sudah lupa, heh? Malam itu kamu dengan kurang ajar menghajarku dan temanku. Sekarang....” Pria itu semakin mengencangkan cengkeramannya. “Kamu akan menerima akibatnya dari kami.”Yara mer

    Last Updated : 2024-11-18
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   74. Apakah Oliver Akan Datang?

    “Cepat katakan, berapa nomor telepon suamimu?!”“Tidak! Aku tidak akan memberitahu kalian!”Plak!!!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Yara, membuat kepala Yara mendadak terasa pening dan pipinya kebas. Ia merasakan darah mengalir dari sudut bibirnya.Itu adalah penolakan Yara untuk yang ketiga kalinya. Mereka meminta nomor telepon Oliver untuk meminta tebusan, tapi Yara tak ingin melibatkan pria itu dalam masalahnya. Karena toh, Oliver juga tidak akan peduli kepadanya, bukan?“Dengar baik-baik, Yara.” Black menarik rambut Yara ke belakang, hingga wajah Yara mendongak menatapnya. “Ini kesempatan terakhir kamu. Kalau tidak, kamu akan berakhir di ranjang sana dan setelah itu nyawamu akan melayang!” Black menunjuk sebuah dipan usang di sudut ruangan.Ancaman itu membuat Yara semakin ketakutan, apalagi kini Baron telah melepas pakaiannya dan ikat pinggang, menunjukkan perut buncitnya. Yara bergidik jijik. Rasa mual tiba-tiba menyerangnya.“Sekali lagi aku tanya, berapa nomor telepon s

    Last Updated : 2024-11-19
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   75. Tembakan

    Black dan Baron saling melirik, lalu Black memberikan isyarat kepada Baron untuk membawa Yara keluar. Beberapa menit kemudian, Yara yang masih terikat dan mulutnya disumpal kain, digiring keluar.Melihat kondisi Yara yang menyedihkan dengan wajah lelah dan sudut bibir yang terluka, membuat kemarahan Oliver semakin menjadi-jadi.“Sialan! Kalian apakan istriku?!” teriak Oliver dengan penuh amarah.“Hanya memberinya sedikit pelajaran,” jawab Black sambil terkekeh licik. “Sekarang berikan uangnya kepada kami.”Tatapan Oliver tertuju pada Yara yang masih disandera Baron. Melihat kondisi Yara mengenaskan seperti itu, entah mengapa hati Oliver terasa sakit. Oliver mengangguk kepada Yara, menegaskan bahwa semuanya akan baik-baik saja dan Oliver akan mengeluarkannya dari sini.Air mata Yara menetes semakin deras. Ketakutannya berganti dengan kelegaan dan perasaan penuh haru karena Oliver akhirnya datang untuk menyelamatkannya.“Baik. Aku akan memberikan uangnya kepada kalian, setelah kalian me

    Last Updated : 2024-11-19
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   76. Oliver Sakit

    Oliver mengerang pelan saat ia terbangun dari siuman. Bau obat-obatan dan ruangan yang asing baginya, cukup membuat Oliver sadar bahwa saat ini ia berada di rumah sakit. Ia menoleh ke arah jendela di sisi kirinya, cahaya terang matahari menunjukkan bahwa Oliver ‘tertidur’ cukup lama. Ia juga melihat kaki kirinya dibebat perban. Tidak ada siapapun di ruangan yang cukup luas itu. Dan mendapati Yara tidak ada di sampingnya, tiba-tiba membuat Oliver kesal. Namun, di sisi lain, Oliver juga khawatir pada wanita itu. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah mungkin Yara juga harus dirawat sehingga ia tidak ada di sini sekarang? Pintu terbuka. Oliver langsung menoleh ke sisi kanan, dan ia menghela napas kecewa ketika yang datang adalah perawat. “Suster, di mana istri saya?” tanya Oliver ketika perawat wanita itu sudah mulai memeriksa kondisinya. “Maaf, Pak. Saya kebagian shift pagi hari ini, jadi saya nggak sempat melihat istri Bapak,” jawab perawat dengan ramah. Oliver menghela napas pa

    Last Updated : 2024-11-20

Latest chapter

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   190. Bertemu Dengannya

    Yara menekan bel berulang kali, tapi tidak ada tanda-tanda seseorang akan membuka pintu dari dalam. Mungkin dirinya datang di waktu yang tidak tepat, pikir Yara. Mungkin saja saat ini Zara sedang pergi.Karena tak kunjung mendapat sahutan, Yara akhirnya berbalik untuk kembali kepada suaminya yang menunggu di lobi.Namun, belum lima langkah Yara berjalan, pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka, membuat langkah kaki Yara seketika terhenti.“Siapa?”Yara tertegun kala mendengar suara yang barusan bertanya kepadanya. Nada suaranya terdengar datar, seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup.Setelah memantapkan hatinya, Yara pun berbalik menghadap orang itu, yang tak lain adalah Zara. Yara bisa melihat Zara terkejut saat menatapnya.“K-Kamu...,” bisik Zara dengan lirih. Matanya membulat, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Hai!” Yara berusaha menampilkan senyumnya dengan canggung. “Apa kabar? Boleh aku masuk?”Zara terdiam sejenak, membuat Yara merasa bahwa adiknya itu ak

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   189. Hari-Hari Yang Romantis

    Oliver menatap Yara yang tengah terlelap dengan damai. Senyuman Oliver mengembang lebar melihat betapa cantik dan polos wanitanya itu, seperti bayi yang tidak berdosa. Deru napas Yara terasa halus, membuat Oliver merasakan ketenangan yang hanya didapatkan di kala sedang bersama Yara. “Sayang, bangun,” bisik Oliver nyaris tak terdengar, seolah enggan mengganggu tidur sang istri. Ia menyapukan jemarinya di pipi yang terasa halus di bawah sentuhannya itu. Mata Yara perlahan bergetar, lalu terbuka hingga Oliver bisa menatap mata coklatnya yang indah. Tatapan mata Yara selalu membius Oliver, hingga ia merasa jatuh cinta lagi dan lagi pada orang yang sama setiap waktu. “Sudah siang? Jam berapa sekarang?” tanya Yara dengan suara serak sembari menggeliatkan tangannya ke atas. “Baru jam tujuh, Sayang,” jawab Oliver sambil tersenyum. Sontak, mata Yara terbelalak. “Jam tujuh? Astaga... kenapa kamu nggak bangunin aku? Aku harus pergi ke kantor! Ini gara-gara kamu nggak ngebiarin aku tidur t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   188. Pacaran Setelah Menikah

    “Sayang, hari ini aku mau ngajak kamu pacaran dulu ,” kata Oliver setelah kendaraan yang mereka tumpangi berlalu dari rumah Rianti.Tampak kerutan di kening Yara. “Pacaran?” tanyanya tak percaya.“Mm-hm.” Oliver mengangguk, ia meraih tangan Yara dan menggenggamnya, sementara tangan yang lain memegangi stir. “Banyak waktu kita yang terbuang di masa lalu, Sayang. Kita bahkan nggak sempat pacaran dulu. Jadi mulai sekarang, kita harus sering meluangkan waktu untuk berkencan berdua, tanpa anak-anak.”Mendengarnya, Yara pun terkekeh kecil. ia beringsut mendekati suaminya, menyandarkan kepala di bahu bidang pria itu. “Bukankah sekarang kita sedang pacaran?”“Iya, tapi kayak gini saja nggak cukup.”“Lalu? Memangnya kamu mau apa lagi?”“Yaa pacaran seperti orang kebanyakan, lah.” Oliver melabuhkan kecupan mesra di puncak kepala Yara. “Aku mau mengajakmu pergi ke suatu t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   187. Mirip Bapaknya

    Genggaman lembut di tangan mengeluarkan Yara dari lamunannya. Yara menoleh dan mendapati suaminya tengah menatapnya sambil tersenyum manis. Senyuman yang membuat Yara lupa bagaimana caranya bernapas.“Kita sudah sampai, Sayang,” ucap Oliver.“Oh?”Yara mengerjap, ia menoleh ke sisi kiri dan baru menyadari bahwa kini mereka berada di halaman rumah ibunya, Rianti.“Sudah sampai ternyata,” gumam Yara sembari hendak melepas sabuk pengaman. Namun, Oliver sudah melakukannya lebih dulu untuknya.“Kamu lagi mikirin apa, hm? Dari tadi aku perhatikan kamu banyak melamun.” Oliver menatap Yara dengan sorot matanya yang dalam dan membius.Tatapan itu membuat jantung Yara berdebar-debar. Yara menghela napas panjang. “Aku cuma lagi mikirin gimana pertemuan aku dan Zara nanti,” ujarnya dengan tatapan menerawang. “Kami saudari kembar, tapi rasanya kami seperti orang asing. Ada

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   186. Asalkan Yara Bahagia

    “Aku masak sup kesukaan kamu,” kata Yara sambil memeluk Oliver dari belakang. Mereka berjalan menuju dapur dengan posisi seperti itu setelah Oliver berhasil lolos dari dua bocah kecil yang sejak tadi mengerumuninya.Oliver mengerutkan kening, sedikit terkejut. Tangannya menggenggam tangan Yara yang melingkar di depan perutnya.“Whoaa serius? Aku nggak sabar mau coba,” kata Oliver sembari tersenyum lebar.Yara terpaksa melepaskan pelukannya saat tiba di meja makan. Si kembar berlarian menuju meja makan sambil tertawa, lalu sama-sama memeluk kaki ayahnya di kiri dan kanan.Oliver kemudian mendudukkan mereka di kursi berdampingan, lalu Oliver duduk di kursi utama dan menuangkan makanan khusus anak-anak ke piring mereka masing-masing. Sementara itu Yara yang duduk di samping Oliver, berhadapan dengan si kembar, menyiapkan roti panggang dan sup untuk Oliver.Yara menatap Oliver dengan penuh harap saat pria itu mengambil sendok pertama supnya.Oliver memasukannya ke mulut, mengunyah perlaha

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   185. Menyambutnya Pulang

    Yara tersenyum bahagia melihat Airell dan Arthur berlarian di ruang tengah dengan riang. Saat ini mereka sudah berada di rumah baru Oliver setelah pindah beberapa hari yang lalu.Anak-anak terlihat bahagia sekali. Apalagi saat mereka melihat ruangan khusus bermain yang dipenuhi mainan anak laki-laki dan perempuan. Tak hanya itu, bahkan Oliver menyediakan kolam renang dengan fasilitas lengkap seperti perosotan dan ember tumpah.Selain itu ada lapangan bola basket dan sepak bola di halaman belakang. Fasilitas lengkap yang disediakan membuat anak-anak betah bermain di rumah. Yara merasa bersyukur, terharu dan juga bahagia dengan segala fasilitas yang Oliver berikan untuk mereka.Oliver juga membawa Zio pindah ke rumah ini, dan tentu saja Yara tidak keberatan. Bagaimanapun, Zio adalah keponakannya sendiri, ia menyayangi anak itu seperti anaknya. Namun hari ini, Zio sedang tidak ada di rumah. Anak berusia 8 tahun itu kini berada di rumah Jingga. Meski tahu Zio bukan anak kandung Oliver, ta

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   184. Hadiah

    Yara tertegun kala melihat banyaknya bukti yang dikumpulkan Oliver mengenai kepalsuan video yang dikirimkan Leonard. Lantas, Yara menatap Oliver dengan mata berkaca-kaca.“Oliver...,” panggilnya lirih, yang membuat Oliver membuka matanya. Kini mata yang indah dan menghipnotis itu menatap Yara dengan lembut. “Tanpa kamu mengumpulkan semua bukti ini juga aku sudah percaya sama kamu, Oliver. Tapi terima kasih, aku sangat menghargai usaha kamu.” Yara tersenyum penuh haru.Oliver menegakkan punggungnya yang semula bersandar di sofa. Lalu memutar tubuh, menghadap Yara sepenuhnya yang duduk di sampingnya.“Aku tahu kamu mempercayaiku, Sayang,” kata Oliver sembari menangkupkan sebelah tangan di pipi kiri Yara. “Tapi aku juga ingin membuktikan padamu bahwa aku nggak pernah mengkhianati kamu selama kamu pergi.”Yara mengangguk. Ia mendekati Oliver, melingkarkan kedua tangan di pinggang pria itu dan menenggelamkan wajah di dada bidangnya. “Aku makin percaya sama kamu. Sekali lagi, terima kasih.”

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   183. Ancaman Oliver

    “Oliver, ada yang mau aku bicarakan.” Yara berusaha mendorong dada bidang Oliver agar pria itu menghentikan aktifitasnya.Namun, sepertinya Oliver tak ingin berhenti. Ia justru malah memperdalam ciumannya, membuat Yara kewalahan. Oliver mengungkung Yara di kursi penumpang dengan mesin mobil yang masih tetap menyala. Pagi ini ia kembali mengantarkan Yara ke Infinity Events setelah sebelumnya mereka mengantar anak-anak ke sekolah.“Tentang?” tanya Oliver akhirnya setelah beberapa saat kemudian. Pria itu dengan enggan menjauhkan wajah mereka.“Leonard.”“Leonard?” Sontak, Oliver menatap Yara dengan kening berkerut. “Kenapa dengan laki-laki itu? Dia mengganggumu lagi?”Yara menggeleng, ia menangkup rahang suaminya yang kasar di bawah sentuhannya. “Nggak ada, kok,” timpalnya, “tapi semalam, aku dengar dari Airell, kalau Leonard yang memberitahu Airell bahwa kamu nggak sayang dia. Sepertinya Leonard waktu datang ke sekolah, memprovokasi Airell.”“Leonard pernah datang ke sekolah anak-anak?”

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   182. Rindu

    Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi Oliver tak kunjung pulang. Yara berkali-kali melirik jam dinding, perasaan khawatir mulai merayapi hatinya. Tak biasanya Oliver pulang sampai selarut ini, pikirnya.Tepat di saat yang sama, terdengar deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah. Yara buru-buru menaruh pakaian yang akan ia masukkan ke koper, lalu bergegas membuka pintu.Yara langsung menghela napas lega kala yang ia dapati adalah lelaki yang ia harapkan kedatangannya. Yara tersenyum lebar pada Oliver yang tengah menghampiri. Penampilan pria itu tampak sedikit kusut, tapi hal itu tidak mengurangi ketampanannya.“Oliver, kenapa baru pulang? Aku khawatir terjadi sesuatu pada—“Kata-kata Yara terhenti saat Oliver tiba-tiba menarik pinggangnya dan membungkam mulut Yara dengan bibirnya. Yara seketika lupa bagaimana caranya bernapas saat Oliver menggerakkan bibirnya dengan memberi sedikit penekanan. Lalu Oliver melumatnya dengan rakus seolah-olah bibir Yara adalah sesuatu yan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status