Share

70. Pengumuman

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-17 22:04:26

Oliver memilih salah satu dari sederet arloji yang memenuhi laci. Pilihannya jatuh pada rolex keluaran terbaru. Ia mengenakannya di pergelangan tangan kiri. Kemudian Oliver keluar kamar, tanpa mengancingkan kemeja putihnya yang masih berantakan. Dihampirinya kamar Yara, ia buka pintu kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dulu.

Dan saat pintu terbuka, seketika itu juga Oliver membeku, matanya terpana melihat penampilan Yara yang saat itu sedang mengambil foto selfie sambil tersenyum lebar. Gaun selutut berwarna pink pastel, dan rambutnya yang digelung, membuat Oliver tahu bahwa wanita itu menyukai warna-warna cerah dan rambut yang tidak digerai.

Oliver menelan saliva. Ia sadar betul bahwa wanita di hadapannya sama sekali berbeda dengan mantan istrinya. Benar-benar berbeda.

“Hey, Oliver. Sejak kapan kamu diam di situ? Nggak mengetuk pintu ternyata sudah jadi kebiasaan kamu, ya?”

Gerutuan Yara mengeluarkan Oliver dari keterpakuannya. Ia melangkahkan kakinya mendekati Yara. “Foto selfie ya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
dia mau ngumumin kehamilan Yara kah
goodnovel comment avatar
Ami Lee
hati kamu aja gak bisa ditipu.... hati kamu kenal siapa cinta pertama kamu makanya kamu seribg lost control klo lagi sama yara,... masa gtu aja gak sadar sadar sih oliver.... kamu beneran gak bisa mengenali sosok yara yg dulu mirip dengan yg sekarang
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
kenapa semua pada deg degan......bener Masi hidup si Zara....jangan Thor.....udah mati aja.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   71. Pelukan Yara

    “Pengumuman?” tanya Olivia dengan mulut penuh makanan. “Pengumuman apa?”“Apa ini tentang perusahaan?” sahut Davin.Yara yang tengah mengunyah makanan di dalam mulutnya, menoleh ke arah Oliver yang duduk di sampingnya. Ia penasaran, kira-kira apa yang akan diumumkan Oliver di depan keluarga besarnya?“Bukan, Pa,” timpal Oliver, “ini bukan tentang perusahaan.” Oliver menoleh ke arah Yara sekilas. Lalu mengedarkan pandangan ke setiap penghuni meja dan berkata, “Yara hamil.”Ucapan Oliver membuat seluruh ruangan sunyi seketika. Yara yang sedang meneguk air, hampir tersedak mendengar pengumuman tak terduga itu. Ia menatap Oliver dengan mata terbelalak, antara bingung dan terkejut.Ah, benar, pikir Yara. Beberapa hari yang lalu Oliver sempat mengatakan bahwa ia akan mengumumkan kehamilannya kepada keluarga saat makan malam. Dan ternyata Oliver menepati janjinya. Sungguh di luar dugaan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   72. Suasana Canggung

    “Terima kasih, Oliver. Terima kasih!” Yara tertawa sambil mengeratkan pelukannya di leher Oliver, membuat pria itu nyaris tercekik.Oliver membeku. Wajahnya menegang. Sesuatu yang terasa mengganjal di dada Yara membuat naluri lelakinya terpancing.“Yara, jangan salahkan aku kalau aku membawamu ke atas ranjangku,” desis Oliver tanpa diduga-duga, yang membuat Yara seketika tersadar dengan sikapnya yang menurutnya terlalu berlebihan.Yara terkesiap. Cepat-cepat ia melepaskan pelukannya dan hendak mundur. Namun, sayang, Oliver sudah memeluk pinggangnya sehingga Yara tidak bisa menjauh. Yara panik.“O-Oliver, maaf, barusan aku terlalu bahagia. Tolong lepaskan aku.” Dada Yara semakin terasa sesak ketika Oliver mengeratkan pelukannya, alih-alih melepaskannya.“Sudah terlambat, Yara,” bisik Oliver di dekat telinga Yara.Yara menelan saliva. Mata Yara terpaku pada tatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   73. Kami Punya Istrimu

    Ketika Yara akhirnya membuka mata, ia mendapati dirinya terikat di kursi di sebuah ruangan yang remang. Ia berusaha menenangkan diri, meski rasa takut menggerogoti hatinya.Di depan Yara, seseorang berdiri dengan tubuh tegap dan senyum miring, menatapnya dengan tatapan mengerikan."Selamat datang, Cantik," sapa lelaki itu dengan suara berat khas perokok aktif. "Kita akhirnya bisa bertemu kembali.”Kening Yara mengernyit. Bertemu kembali?“Siapa kamu?” Yara berusaha menyembunyikan rasa takutnya dalam suaranya yang terdengar dingin. “Kenapa kamu menculikku dan menyekapku di sini?”Laki-laki itu terkekeh-kekeh. Ia mendekati Yara dan mencengkeram rahangnya, yang membuat Yara meringis kesakitan. “Sudah lupa, heh? Malam itu kamu dengan kurang ajar menghajarku dan temanku. Sekarang....” Pria itu semakin mengencangkan cengkeramannya. “Kamu akan menerima akibatnya dari kami.”Yara mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   74. Apakah Oliver Akan Datang?

    “Cepat katakan, berapa nomor telepon suamimu?!”“Tidak! Aku tidak akan memberitahu kalian!”Plak!!!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Yara, membuat kepala Yara mendadak terasa pening dan pipinya kebas. Ia merasakan darah mengalir dari sudut bibirnya.Itu adalah penolakan Yara untuk yang ketiga kalinya. Mereka meminta nomor telepon Oliver untuk meminta tebusan, tapi Yara tak ingin melibatkan pria itu dalam masalahnya. Karena toh, Oliver juga tidak akan peduli kepadanya, bukan?“Dengar baik-baik, Yara.” Black menarik rambut Yara ke belakang, hingga wajah Yara mendongak menatapnya. “Ini kesempatan terakhir kamu. Kalau tidak, kamu akan berakhir di ranjang sana dan setelah itu nyawamu akan melayang!” Black menunjuk sebuah dipan usang di sudut ruangan.Ancaman itu membuat Yara semakin ketakutan, apalagi kini Baron telah melepas pakaiannya dan ikat pinggang, menunjukkan perut buncitnya. Yara bergidik jijik. Rasa mual tiba-tiba menyerangnya.“Sekali lagi aku tanya, berapa nomor telepon s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   75. Tembakan

    Black dan Baron saling melirik, lalu Black memberikan isyarat kepada Baron untuk membawa Yara keluar. Beberapa menit kemudian, Yara yang masih terikat dan mulutnya disumpal kain, digiring keluar.Melihat kondisi Yara yang menyedihkan dengan wajah lelah dan sudut bibir yang terluka, membuat kemarahan Oliver semakin menjadi-jadi.“Sialan! Kalian apakan istriku?!” teriak Oliver dengan penuh amarah.“Hanya memberinya sedikit pelajaran,” jawab Black sambil terkekeh licik. “Sekarang berikan uangnya kepada kami.”Tatapan Oliver tertuju pada Yara yang masih disandera Baron. Melihat kondisi Yara mengenaskan seperti itu, entah mengapa hati Oliver terasa sakit. Oliver mengangguk kepada Yara, menegaskan bahwa semuanya akan baik-baik saja dan Oliver akan mengeluarkannya dari sini.Air mata Yara menetes semakin deras. Ketakutannya berganti dengan kelegaan dan perasaan penuh haru karena Oliver akhirnya datang untuk menyelamatkannya.“Baik. Aku akan memberikan uangnya kepada kalian, setelah kalian me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   76. Oliver Sakit

    Oliver mengerang pelan saat ia terbangun dari siuman. Bau obat-obatan dan ruangan yang asing baginya, cukup membuat Oliver sadar bahwa saat ini ia berada di rumah sakit. Ia menoleh ke arah jendela di sisi kirinya, cahaya terang matahari menunjukkan bahwa Oliver ‘tertidur’ cukup lama. Ia juga melihat kaki kirinya dibebat perban. Tidak ada siapapun di ruangan yang cukup luas itu. Dan mendapati Yara tidak ada di sampingnya, tiba-tiba membuat Oliver kesal. Namun, di sisi lain, Oliver juga khawatir pada wanita itu. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah mungkin Yara juga harus dirawat sehingga ia tidak ada di sini sekarang? Pintu terbuka. Oliver langsung menoleh ke sisi kanan, dan ia menghela napas kecewa ketika yang datang adalah perawat. “Suster, di mana istri saya?” tanya Oliver ketika perawat wanita itu sudah mulai memeriksa kondisinya. “Maaf, Pak. Saya kebagian shift pagi hari ini, jadi saya nggak sempat melihat istri Bapak,” jawab perawat dengan ramah. Oliver menghela napas pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   77. Jangan Pergi

    “Kenapa kamu terus menatapku seperti itu?” gumam Yara sambil mengunyah makanan dan menunduk saat ia mendapati Oliver tak berhenti menatapnya. “Tatapanmu bahkan bisa membolongi kepalaku, tahu?”Oliver terkekeh pelan.Hal itu membuat Yara terdiam sesaat. Pasalnya, seingatnya baru kali ini ia mendengar Oliver tertawa di hadapannya.“Kenapa tertawa? Kamu menertawakan wajahku?” Yara menggerutu seraya memegangi pipinya yang sedikit bengkak akibat tamparan pria berengsek kemarin.Oliver menghela napas panjang, tanpa diduga-duga ia menjawab, “Mana mungkin aku menertawakan sesuatu yang sangat aku khawatirkan?”Yara nyaris tersedak makanan yang tengah ia kunyah di dalam mulutnya kala mendengarnya.“Lalu kenapa kamu terus menatapku dan tertawa?” Bibir Yara memberengut.Oliver tersenyum samar. “Aku nggak tahu,” jawabnya, “hanya saja, mataku ingin terus melakukannya, maksudku menatapmu.”Jawaban Oliver sama sekali tidak membantu. Yara memilih diam dan melanjutkan kembali melahap makanannya, ia ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   78. Temani Aku

    Yara penasaran, apakah dulu ketika sakit, Oliver juga semanja ini kepada Zara? Namun di balik rasa penasarannya itu ada rasa takut yang menyeruak, takut jika yang Oliver lakukan pada Zara justru lebih manja karena kenyamanan yang Oliver dapatkan lebih besar dari Zara, ketimbang dari Yara. “Apa atau siapa yang berani membuatmu melamun seperti itu?” Suara bariton Oliver mengeluarkan Yara dari lamunannya. “Hm? Apa?” tanya Yara, karena ia tak benar-benar mendengar ucapan Oliver barusan. Oliver menghela napas panjang. Ia meraih tangan Yara dan menaruhnya di pundaknya. “Yang ini masih pegal,” ucapnya, “barusan aku tanya, apa yang sedang kamu pikirkan sampai kamu melamun begitu lama?” Kamu dan... Zara. Yara ingin menjawab seperti itu, akan tetapi ia redam keinginannya dan memilih untuk mengelak, “Bukan sesuatu yang penting. Kadang kita butuh mengosongkan pikiran dengan melamun di saat pikiran kita benar-benar penuh.” Tanpa diduga-duga, Oliver tersenyum kecil. Lalu memejamkan mata saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20

Bab terbaru

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   207. Obsesi

    Yara mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, tapi bunyi gagang pintu yang terus digoyang semakin membuatnya panik. Tiba-tiba, suara itu berhenti, membuat keheningan terasa lebih mencekam.Kemudian, suara berderit pelan terdengar. Sesuatu tampaknya sedang dilakukan di luar pintu, seperti seseorang sedang mengutak-atik kunci dengan alat. Yara menahan napas, telinganya fokus pada setiap suara yang masuk.Dengan tangan gemetar, Yara mencoba menelepon satpam dan sopir—yang seharusnya mereka ada di depan rumah sekarang. Namun, panggilan Yara tidak terangkat.“Yara, ini aku.” Suara yang terdengar familiar—yang sekaligus memicu ketakutan, menyapanya dari luar pintu. “Buka pintunya, aku hanya ingin bicara.”Yara membelalak. Itu suara Leonard. Leonard yang selama ini ia hindari karena obsesi gilanya.“Leonard?!” Suara Yara bergetar. “Apa yang kamu lakukan di sini?”“Yara, aku tidak akan menyakitimu,” jawab Leonard dengan nada lembut tapi terdengar menyeramkan. “Aku hanya ingin

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   206. Orang Mencurigakan

    Selepas kepergian Zara beberapa saat kemudian, Davin dan Jingga menjemput Zio, Arthur dan Airell untuk diajak pergi jalan-jalan. Jadilah saat ini Yara ditinggal sendirian di rumah bersama Lisa.Yara menghabiskan waktunya di kamar dengan menonton televisi. Sejujurnya ia merasa bosan terus menerus diam di kamar, tapi ia berusaha patuh pada apa yang dikatakan suaminya. Yara tidak mau mengambil risiko terjadi sesuatu pada kehamilannya akibat ia yang tidak mendengarkan apa kata Oliver.Pada saat yang sama, ketukan di pintu terdengar. Yara mengalihkan tatapannya dari layar televisi ke arah pintu.“Masuk!”Detik berikutnya Lisa muncul di sana dengan senyuman ramah. “Nona, orang yang akan memasang AC di kamar Non Airell sudah datang.”“Oh? Oke. Tolong awasi ya, Bik,” pinta Yara dengan sopan.“Baik, Non.”Lisa mengangguk dan bergegas meninggalkan kamar Yara. Namun, sebagai orang yang sudah lama bekerja di keluarga itu, instingnya tidak bisa diabaikan. Ada sesuatu yang terasa janggal dengan tuk

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   205. Mommy Yang Hebat

    Yara tengah berjemur di balkon lantai dua sambil memperhatikan Zio, Arthur dan Airell yang sedang berenang ketika Zara datang.Yara cukup terkejut mendapati kedatangan saudari kembarnya itu. Lisa membawa Zara mendekati Yara.“Hai,” sapa Zara dengan canggung. “Boleh aku menemui Zio?”Yara berusaha menyunggingkan senyuman kecil, lalu mengangguk. “Tentu saja,” jawabnya, ia menunjuk kolam renang yang ada di bawah mereka. “Zio lagi berenang sama anak-anakku.”Anak-anakku.Zara tertegun. Ia mengalihkan tatapannya dari Yara ke arah dua bocah kecil yang tampak seumuran di bawah sana. “Anak-anakmu... kembar?”“Mm-hm. Mereka kembar. Namanya Arthur dan Airell. mereka keponakanmu, Zara.”Zara kembali tampak tertegun.Yara menepuk kursi kosong di sebelahnya. “Duduklah.” Lalu menatap Lisa dan berkata, “Bik, tolong siapkan minuman untuk Zara. Zara, kamu mau minum apa?”Zara menggelengkan kepala. “Apa saja, asal nggak terlalu manis,” jawabnya singkat.Lisa mengangguk sebelum meninggalkan balkon untuk

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   204. Tempat Berlabuh

    Yara merasa gelisah. Pasalnya, sampai saat ini Oliver tak kunjung pulang, padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul tiga dini hari. Ia berguling ke kiri dan kanan, mencari kenyamanan dalam tidurnya. Namun Yara merasa tak ada posisi yang membuatnya nyaman. Hingga tak lama kemudian, Yara mendengar deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah. Seketika itu juga Yara terlonjak dari tidurnya, merasa lega. Tidak perlu melihat siapa yang datang, karena Yara sudah mengenali bagaimana halusnya deru mobil suaminya itu. Yara duduk bersandar di headboard, menanti Oliver tiba di kamar. Sampai akhirnya tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan muncul sosok Oliver dengan wajah kusut di sana. “Oliver, kenapa kamu baru pulang? Apa masalahnya benar-benar serius?” tanya Yara dengan nada khawatir. Oliver mendekati Yara seraya memandangnya dengan tatapan dalam. “Kenapa kamu bangun, Sayang? Atau kamu nggak tidur karena nungguin aku?” tanyanya sebelum merundukan badan dan mengecup kening Yara deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   203. Serangan

    Oliver menatap mata Yara yang terpejam dan bibirnya bergantian. Tangannya terulur, menangkup pipi Yara dengan hangat. Melihat wajah istrinya dari jarak sedekat ini membuat jantung Oliver berdetak kencang. Wanita itu terlalu menggoda, bahkan dalam tidurnya sekalipun, seperti sekarang.Wajah Oliver semakin mendekat ke wajah Yara. Mengikis jarak di antara mereka. Bibir mereka bertemu, Oliver bisa merasakan sesuatu yang lembut dan dingin menempel di bibirnya.“Mommy...! Daddy...! Boleh aku masuk?!”Seruan Airell dari luar sana membuat Oliver secara spontan menjauhkan wajahnya dari Yara. Ia memejamkan matanya sejenak. Lalu mengembuskan napas panjang.Dengan perlahan ia menarik tangannya yang dijadikan bantal kepala Yara. Membuat Yara akhirnya terbangun.Yara mengerjap pelan, mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya lampu kamar yang temaram. Wajah Oliver yang begitu dekat membuatnya terkejut.“Kamu kenapa? Kok bengong begitu?” tanya Yara dengan suara serak, masih setengah mengantuk

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   202. Sumpah Oliver

    [Marshall, bisa datang ke rumahku sekarang juga? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.]Oliver menunjukkan pesan itu kepada Yara, yang membuat senyuman Yara mengembang lebar. Dan melihat istrinya tersenyum selebar itu, hati Oliver terasa menghangat, meski jauh di dalam hatinya ia mulai merasa waswas akan pertemuan Yara dengan Marshall nanti.“Sayang, lihat, ‘kan? Aku sudah kirim pesan ke Marshall,” ujar Oliver, “sekarang kamu boleh merasa sedikit lebih tenang.”Yara mengangguk kecil. Lalu ia mengulurkan kedua tangannya, memeluk pinggang Oliver dan menyandarkan kepala di dada bidangnya. “Terima kasih. Kamu memang suami terbaik. Aku beruntung punya kamu dan aku sangat mencintai kamu.”Mendengar kata-kata Yara tersebut, Oliver merasakan jantungnya berdebar-debar. Ia berusaha mengatur napasnya dan berbisik di telinga Yara, “Jangan menggombaliku terus menerus, Sayang. Aku jadi ingin memakanmu.”Yara terkekeh pelan. Ia mendorong dada Oliver dengan jari telunjuknya. “Ingat kata dokter? Kita

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   201. Keinginan Konyol Yara

    Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, dokter akhirnya mengizinkan Yara pulang. Namun meski begitu, dokter mengharuskan Yara agar bedrest selama beberapa waktu. Dan hal itu membuat Oliver memutuskan untuk bekerja dari rumah demi menemani Yara di masa awal-awal kehamilannya.Dulu, ia sudah membuang banyak waktu di masa kehamilan Yara. Sehingga sekarang Oliver tidak ingin melewatkannya lagi dan ingin menjadi suami yang benar-benar selalu ada untuk istrinya kapanpun dibutuhkan.Kini Oliver baru keluar dari kamar mandi ketika melihat Yara tengah menatapnya dengan tatapan penuh permohonan, di atas kasur. Meski Yara tidak berkata apa-apa, tapi Oliver tahu bahwa wanitanya itu tengah menginginkan sesuatu.“Sayang, ada yang kamu inginkan, ya?” tanya Oliver sambil menghampiri ranjang. Lalu duduk di tepian, tepat di samping Yara yang sedang terbaring setengah duduk.Yara menghela napas panjang. Menatap Oliver dengan ragu-ragu, sebelum akhirnya ia mengangguk dan berkata, “Iya, aku menginginkan

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   200. Lebih Indah Dari Bunga

    Oliver akhirnya memutuskan membawa Yara keluar untuk menikmati udara segar. Dengan izin dokter, Oliver mendorong kursi roda yang diduduki Yara menuju taman rumah sakit yang dipenuhi bunga-bunga bermekaran.“Sayang...,” panggil Oliver, yang membuat Yara mendongak ke belakang untuk menatapnya. “Kamu tahu nggak?”“Nggak.” Yara menggeleng polos, membuat Oliver tertawa.“Astaga... aku belum selesai.” Oliver mengusap wajah Yara dengan mesra sambil tertawa kecil. “Kamu tahu nggak? Bunga mawar itu memang indah, tapi kalah indah sama senyuman kamu.”Ya Tuhan... Yara merasakan pipinya memanas seketika saat mendengar gombalan Oliver yang terdengar cringe itu.Yara tertawa kecil, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. “Astaga, Oliver. Kalau orang lain dengar, mereka pasti bakal muntah karena dengar gombalan kamu.”“Biarin aja,” balas Oliver santai sambil terus mendorong kursi roda Yara. “Yang penting istriku tersenyum.”Yara kembali tertawa.Mereka berhenti di bawah pohon besar yang rindang. Caha

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   199. Kabar Bahagia

    “Sayang, kamu mau ke mana?!” Oliver terlonjak dari tidurnya kala ia melihat Yara bangkit dari kasur.Yara yang tak menyadari bahwa suaminya sudah bangun, terkejut dan menoleh ke arah pria itu. “Aku cuma mau ke kamar mandi,” jawab Yara sambil meringis kecil.Oliver buru-buru beranjak dari sofa dan menghampiri ranjang pasien sambil mengomel, “Seharusnya kamu bangunin aku, Sayang. Bukannya malah melakukannya sendiri.”Yara terkekeh kecil melihat raut muka suaminya yang masih setengah mengantuk itu tapi dipaksakan untuk menunjukkan ekspresi tegas.“Kamu lagi tidur. Mana bisa aku ganggu tidur kamu,” gerutu Yara. Selama dalam penerbangan dari Maldives Oliver tidak tidur karena menemani Yara yang terus muntah-muntah. Jadilah sore ini Oliver ketiduran di sofa. Dan Yara tidak tega untuk mengganggu tidurnya.Oliver melepas infusan dari tiangnya. Lalu mengangkat Yara ke pangkuan. Secara spontan Yara mengalungkan lengannya di leher Oliver.“Kamu nggak boleh melakukan aktifitas berat dulu, walaupu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status