Share

74. Apakah Oliver Akan Datang?

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-19 16:16:25

“Cepat katakan, berapa nomor telepon suamimu?!”

“Tidak! Aku tidak akan memberitahu kalian!”

Plak!!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Yara, membuat kepala Yara mendadak terasa pening dan pipinya kebas. Ia merasakan darah mengalir dari sudut bibirnya.

Itu adalah penolakan Yara untuk yang ketiga kalinya. Mereka meminta nomor telepon Oliver untuk meminta tebusan, tapi Yara tak ingin melibatkan pria itu dalam masalahnya. Karena toh, Oliver juga tidak akan peduli kepadanya, bukan?

“Dengar baik-baik, Yara.” Black menarik rambut Yara ke belakang, hingga wajah Yara mendongak menatapnya. “Ini kesempatan terakhir kamu. Kalau tidak, kamu akan berakhir di ranjang sana dan setelah itu nyawamu akan melayang!” Black menunjuk sebuah dipan usang di sudut ruangan.

Ancaman itu membuat Yara semakin ketakutan, apalagi kini Baron telah melepas pakaiannya dan ikat pinggang, menunjukkan perut buncitnya. Yara bergidik jijik. Rasa mual tiba-tiba menyerangnya.

“Sekali lagi aku tanya, berapa nomor telepon s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
semoga Oliver tidak datang sendirian
goodnovel comment avatar
fauziah Zie
marshall dtg donk biar seru wkwkwk
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
duh.....gantunggg.......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   75. Tembakan

    Black dan Baron saling melirik, lalu Black memberikan isyarat kepada Baron untuk membawa Yara keluar. Beberapa menit kemudian, Yara yang masih terikat dan mulutnya disumpal kain, digiring keluar.Melihat kondisi Yara yang menyedihkan dengan wajah lelah dan sudut bibir yang terluka, membuat kemarahan Oliver semakin menjadi-jadi.“Sialan! Kalian apakan istriku?!” teriak Oliver dengan penuh amarah.“Hanya memberinya sedikit pelajaran,” jawab Black sambil terkekeh licik. “Sekarang berikan uangnya kepada kami.”Tatapan Oliver tertuju pada Yara yang masih disandera Baron. Melihat kondisi Yara mengenaskan seperti itu, entah mengapa hati Oliver terasa sakit. Oliver mengangguk kepada Yara, menegaskan bahwa semuanya akan baik-baik saja dan Oliver akan mengeluarkannya dari sini.Air mata Yara menetes semakin deras. Ketakutannya berganti dengan kelegaan dan perasaan penuh haru karena Oliver akhirnya datang untuk menyelamatkannya.“Baik. Aku akan memberikan uangnya kepada kalian, setelah kalian me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   76. Oliver Sakit

    Oliver mengerang pelan saat ia terbangun dari siuman. Bau obat-obatan dan ruangan yang asing baginya, cukup membuat Oliver sadar bahwa saat ini ia berada di rumah sakit. Ia menoleh ke arah jendela di sisi kirinya, cahaya terang matahari menunjukkan bahwa Oliver ‘tertidur’ cukup lama. Ia juga melihat kaki kirinya dibebat perban. Tidak ada siapapun di ruangan yang cukup luas itu. Dan mendapati Yara tidak ada di sampingnya, tiba-tiba membuat Oliver kesal. Namun, di sisi lain, Oliver juga khawatir pada wanita itu. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah mungkin Yara juga harus dirawat sehingga ia tidak ada di sini sekarang? Pintu terbuka. Oliver langsung menoleh ke sisi kanan, dan ia menghela napas kecewa ketika yang datang adalah perawat. “Suster, di mana istri saya?” tanya Oliver ketika perawat wanita itu sudah mulai memeriksa kondisinya. “Maaf, Pak. Saya kebagian shift pagi hari ini, jadi saya nggak sempat melihat istri Bapak,” jawab perawat dengan ramah. Oliver menghela napas pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   77. Jangan Pergi

    “Kenapa kamu terus menatapku seperti itu?” gumam Yara sambil mengunyah makanan dan menunduk saat ia mendapati Oliver tak berhenti menatapnya. “Tatapanmu bahkan bisa membolongi kepalaku, tahu?”Oliver terkekeh pelan.Hal itu membuat Yara terdiam sesaat. Pasalnya, seingatnya baru kali ini ia mendengar Oliver tertawa di hadapannya.“Kenapa tertawa? Kamu menertawakan wajahku?” Yara menggerutu seraya memegangi pipinya yang sedikit bengkak akibat tamparan pria berengsek kemarin.Oliver menghela napas panjang, tanpa diduga-duga ia menjawab, “Mana mungkin aku menertawakan sesuatu yang sangat aku khawatirkan?”Yara nyaris tersedak makanan yang tengah ia kunyah di dalam mulutnya kala mendengarnya.“Lalu kenapa kamu terus menatapku dan tertawa?” Bibir Yara memberengut.Oliver tersenyum samar. “Aku nggak tahu,” jawabnya, “hanya saja, mataku ingin terus melakukannya, maksudku menatapmu.”Jawaban Oliver sama sekali tidak membantu. Yara memilih diam dan melanjutkan kembali melahap makanannya, ia ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   78. Temani Aku

    Yara penasaran, apakah dulu ketika sakit, Oliver juga semanja ini kepada Zara? Namun di balik rasa penasarannya itu ada rasa takut yang menyeruak, takut jika yang Oliver lakukan pada Zara justru lebih manja karena kenyamanan yang Oliver dapatkan lebih besar dari Zara, ketimbang dari Yara. “Apa atau siapa yang berani membuatmu melamun seperti itu?” Suara bariton Oliver mengeluarkan Yara dari lamunannya. “Hm? Apa?” tanya Yara, karena ia tak benar-benar mendengar ucapan Oliver barusan. Oliver menghela napas panjang. Ia meraih tangan Yara dan menaruhnya di pundaknya. “Yang ini masih pegal,” ucapnya, “barusan aku tanya, apa yang sedang kamu pikirkan sampai kamu melamun begitu lama?” Kamu dan... Zara. Yara ingin menjawab seperti itu, akan tetapi ia redam keinginannya dan memilih untuk mengelak, “Bukan sesuatu yang penting. Kadang kita butuh mengosongkan pikiran dengan melamun di saat pikiran kita benar-benar penuh.” Tanpa diduga-duga, Oliver tersenyum kecil. Lalu memejamkan mata saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   79. Manja

    Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, Oliver akhirnya dibolehkan pulang ke rumah oleh dokter. Pria itu masih belum bisa berjalan dengan sempurna dan setiap harinya disibukkan dengan pekerjaan meski sedang sakit. Kini, Yara sedang mengoleskan krim malam di wajahnya, di kamarnya yang ada di rumah Oliver, saat ponselnya berdering. Nama Oliver muncul di layar. Yara menghela napas panjang. Sekarang apa lagi yang pria itu inginkan? Setelah sebelumnya Oliver meminta disuapi makanan dan dibantu dimandikan setibanya mereka di rumah siang tadi. “Iya, halo? Ada apa?” tanya Yara sesaat setelah ia mengangkat panggilan tersebut. “Yara, ke kamarku sekarang,” pinta Oliver dengan nada tidak ingin dibantah. “Aku membutuhkan sesuatu.” Yara mengembungkan pipinya sambil mengembuskan napas. Merawat Oliver selama tiga hari di rumah sakit memang sedikit melelahkan, tapi Yara tidak mengeluh, karena ia sadar Oliver sakit akibat menolongnya. Setelah menuntaskan aktifitasnya di depan cermin rias, Yara

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   80. Konser Marshall

    Yara berdiri di barisan antrean panjang menuju pintu masuk venue konser Marshall. Angin malam yang sejuk menyapu rambutnya, sementara suara gemuruh dari penonton lain yang mengobrol penuh antusias membuat suasana semakin semarak.Meski datang sendirian, Yara sama sekali tidak merasa canggung. Sebab ia sudah terbiasa melakukan berbagai hal sendirian.Malam ini Yara mendapat izin dari Oliver untuk datang ke konser Marshall. Ia bersyukur karena Oliver tidak mempersulit perizinannya. Sementara itu, Oliver tidak datang ke konser kali ini, karena pria itu ada meeting penting dengan klien dari Rusia melalui pertemuan daring. Meeting itu diadakan di kantornya, meski kakinya belum benar-benar sembuh, akan tetapi Oliver memaksakan dirinya untuk pertemuan tersebut.Setelah menunjukkan tiket pada petugas, seorang kru mengarahkan jalan kepada Yara ke arah tempat duduk VIP. Para penonton sudah memenuhi venue tersebut. Namun, sederet tempat duduk di barisan Yara terlihat kosong, sementara di depan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   81. Mengobrol Di Taman

    Penonton keluar dari venue, saling dorong dan berdesakkan. Tubuh Yara yang mungil nyaris terjepit di antara kerumunan, ia kesulitan melangkah. Namun tiba-tiba, Oliver menariknya ke belakang hingga punggung Yara membentur sesuatu yang keras.“Jangan ceroboh, Yara,” bisik Oliver di dekat telinga Yara. “Ikut aku.”Oliver membalik badan Yara, membuat Yara tahu jika barusan punggungnya membentur dada Oliver. Pria itu merangkul bahu Yara dan membawanya ke sisi yang lain.“Pegang aku. Jangan lepaskan,” kata Oliver dengan suara yang sedikit lebih lembut.Yara mengangguk, jemarinya refleks mencengkeram punggung jaket Oliver. Ia bisa merasakan betapa kuatnya Oliver melindunginya dari segala dorongan di sekitar mereka.Seorang pria di belakang mereka tak sengaja menyenggol bahu Yara dengan kasar. Oliver langsung menoleh tajam, menatap pria itu dengan sorot mata dingin.“Hati-hati!” ucap Oliver dengan nada rendah tapi penuh intimidasi. Pria itu buru-buru meminta maaf sebelum bergegas menjauh.Yar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   82. Seperti Sudah Mengenalmu Sejak Lama

    “Sejak sekolah!” jawab Yara dengan senyuman riang, seolah-olah ia merasa senang ada orang yang penasaran tentang kemampuan bela dirinya, terlebih lagi orang itu adalah Oliver. “Kamu tahu? Aku sering ikut turnamen saat masih sekolah, dulu. Dan aku sering masuk ke dalam juara tiga besar,” aku Yara dengan jumawa.Kedua sudut bibir Oliver terangkat kecil, membuat Yara mengerjap karena hari ini Oliver lebih banyak tersenyum ketimbang yang lalu-lalu.“Berarti... kalian memiliki hobi dan kemampuan yang sama,” gumam Oliver, yang masih terdengar jelas oleh Yara.“Hm?” tanya Yara dengan gumaman. “Maksud kamu? ‘kalian’ siapa?”“Kamu dan... Zara.”Jawaban Oliver tersebut membuat Yara seketika terdiam.Setelah menghela napas panjang, Oliver melanjutkan seraya menatap Yara, “Zara juga pandai bermain bela diri, tapi dia nggak bisa bermain lagi setelah kejadian hari itu. Dan dia juga sering ikut turnamen, sama sepertimu.” Oliver tersenyum samar. “Kalian ternyata memiliki persamaan juga.”Mendengarnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   191. Janji

    Yara keluar dari apartemen Zara, ia menghampiri Oliver yang dengan sabar menunggunya di lobi. Saat menyadari kedatangan Yara, Oliver langsung mengunci ponsel yang sejak tadi ia mainkan, kemudian berdiri. Oliver menghampiri Yara dan merangkulkan lengannya di pinggang wanita itu. “Bagaimana pertemuannya?” tanya Oliver sebelum melabuhkan kecupan mesra di kening Yara, membuat Yara tersipu malu. “Nggak buruk,” jawab Yara, “tapi aku cukup merasa lelah.” Yara merasa lelah secara mental, bukan fisik. Oliver merapatkan pelukannya dengan protektif. “Gimana kalau setelah ini aku buat rasa lelah kamu hilang?” tanyanya dengan nada menggoda. Mata Yara mengerling. “Dengan cara apa?” Sambil berjalan keluar lobi, Oliver berbisik di dekat telinga Yara, “Dengan membawamu ke rangjangku.” “Astaga....” Yara memukul pelan dada Oliver. “Itu, sih, bikin makin lelah, tahu?” Oliver terkekeh-kekeh. “Lelah tapi menyenangkan, bukan?” Yara merotasi matanya dengan malas, lantas keduanya tertawa seolah-olah

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   190. Bertemu Dengannya

    Yara menekan bel berulang kali, tapi tidak ada tanda-tanda seseorang akan membuka pintu dari dalam. Mungkin dirinya datang di waktu yang tidak tepat, pikir Yara. Mungkin saja saat ini Zara sedang pergi.Karena tak kunjung mendapat sahutan, Yara akhirnya berbalik untuk kembali kepada suaminya yang menunggu di lobi.Namun, belum lima langkah Yara berjalan, pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka, membuat langkah kaki Yara seketika terhenti.“Siapa?”Yara tertegun kala mendengar suara yang barusan bertanya kepadanya. Nada suaranya terdengar datar, seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup.Setelah memantapkan hatinya, Yara pun berbalik menghadap orang itu, yang tak lain adalah Zara. Yara bisa melihat Zara terkejut saat menatapnya.“K-Kamu...,” bisik Zara dengan lirih. Matanya membulat, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Hai!” Yara berusaha menampilkan senyumnya dengan canggung. “Apa kabar? Boleh aku masuk?”Zara terdiam sejenak, membuat Yara merasa bahwa adiknya itu ak

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   189. Hari-Hari Yang Romantis

    Oliver menatap Yara yang tengah terlelap dengan damai. Senyuman Oliver mengembang lebar melihat betapa cantik dan polos wanitanya itu, seperti bayi yang tidak berdosa. Deru napas Yara terasa halus, membuat Oliver merasakan ketenangan yang hanya didapatkan di kala sedang bersama Yara. “Sayang, bangun,” bisik Oliver nyaris tak terdengar, seolah enggan mengganggu tidur sang istri. Ia menyapukan jemarinya di pipi yang terasa halus di bawah sentuhannya itu. Mata Yara perlahan bergetar, lalu terbuka hingga Oliver bisa menatap mata coklatnya yang indah. Tatapan mata Yara selalu membius Oliver, hingga ia merasa jatuh cinta lagi dan lagi pada orang yang sama setiap waktu. “Sudah siang? Jam berapa sekarang?” tanya Yara dengan suara serak sembari menggeliatkan tangannya ke atas. “Baru jam tujuh, Sayang,” jawab Oliver sambil tersenyum. Sontak, mata Yara terbelalak. “Jam tujuh? Astaga... kenapa kamu nggak bangunin aku? Aku harus pergi ke kantor! Ini gara-gara kamu nggak ngebiarin aku tidur t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   188. Pacaran Setelah Menikah

    “Sayang, hari ini aku mau ngajak kamu pacaran dulu ,” kata Oliver setelah kendaraan yang mereka tumpangi berlalu dari rumah Rianti.Tampak kerutan di kening Yara. “Pacaran?” tanyanya tak percaya.“Mm-hm.” Oliver mengangguk, ia meraih tangan Yara dan menggenggamnya, sementara tangan yang lain memegangi stir. “Banyak waktu kita yang terbuang di masa lalu, Sayang. Kita bahkan nggak sempat pacaran dulu. Jadi mulai sekarang, kita harus sering meluangkan waktu untuk berkencan berdua, tanpa anak-anak.”Mendengarnya, Yara pun terkekeh kecil. ia beringsut mendekati suaminya, menyandarkan kepala di bahu bidang pria itu. “Bukankah sekarang kita sedang pacaran?”“Iya, tapi kayak gini saja nggak cukup.”“Lalu? Memangnya kamu mau apa lagi?”“Yaa pacaran seperti orang kebanyakan, lah.” Oliver melabuhkan kecupan mesra di puncak kepala Yara. “Aku mau mengajakmu pergi ke suatu t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   187. Mirip Bapaknya

    Genggaman lembut di tangan mengeluarkan Yara dari lamunannya. Yara menoleh dan mendapati suaminya tengah menatapnya sambil tersenyum manis. Senyuman yang membuat Yara lupa bagaimana caranya bernapas.“Kita sudah sampai, Sayang,” ucap Oliver.“Oh?”Yara mengerjap, ia menoleh ke sisi kiri dan baru menyadari bahwa kini mereka berada di halaman rumah ibunya, Rianti.“Sudah sampai ternyata,” gumam Yara sembari hendak melepas sabuk pengaman. Namun, Oliver sudah melakukannya lebih dulu untuknya.“Kamu lagi mikirin apa, hm? Dari tadi aku perhatikan kamu banyak melamun.” Oliver menatap Yara dengan sorot matanya yang dalam dan membius.Tatapan itu membuat jantung Yara berdebar-debar. Yara menghela napas panjang. “Aku cuma lagi mikirin gimana pertemuan aku dan Zara nanti,” ujarnya dengan tatapan menerawang. “Kami saudari kembar, tapi rasanya kami seperti orang asing. Ada

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   186. Asalkan Yara Bahagia

    “Aku masak sup kesukaan kamu,” kata Yara sambil memeluk Oliver dari belakang. Mereka berjalan menuju dapur dengan posisi seperti itu setelah Oliver berhasil lolos dari dua bocah kecil yang sejak tadi mengerumuninya.Oliver mengerutkan kening, sedikit terkejut. Tangannya menggenggam tangan Yara yang melingkar di depan perutnya.“Whoaa serius? Aku nggak sabar mau coba,” kata Oliver sembari tersenyum lebar.Yara terpaksa melepaskan pelukannya saat tiba di meja makan. Si kembar berlarian menuju meja makan sambil tertawa, lalu sama-sama memeluk kaki ayahnya di kiri dan kanan.Oliver kemudian mendudukkan mereka di kursi berdampingan, lalu Oliver duduk di kursi utama dan menuangkan makanan khusus anak-anak ke piring mereka masing-masing. Sementara itu Yara yang duduk di samping Oliver, berhadapan dengan si kembar, menyiapkan roti panggang dan sup untuk Oliver.Yara menatap Oliver dengan penuh harap saat pria itu mengambil sendok pertama supnya.Oliver memasukannya ke mulut, mengunyah perlaha

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   185. Menyambutnya Pulang

    Yara tersenyum bahagia melihat Airell dan Arthur berlarian di ruang tengah dengan riang. Saat ini mereka sudah berada di rumah baru Oliver setelah pindah beberapa hari yang lalu.Anak-anak terlihat bahagia sekali. Apalagi saat mereka melihat ruangan khusus bermain yang dipenuhi mainan anak laki-laki dan perempuan. Tak hanya itu, bahkan Oliver menyediakan kolam renang dengan fasilitas lengkap seperti perosotan dan ember tumpah.Selain itu ada lapangan bola basket dan sepak bola di halaman belakang. Fasilitas lengkap yang disediakan membuat anak-anak betah bermain di rumah. Yara merasa bersyukur, terharu dan juga bahagia dengan segala fasilitas yang Oliver berikan untuk mereka.Oliver juga membawa Zio pindah ke rumah ini, dan tentu saja Yara tidak keberatan. Bagaimanapun, Zio adalah keponakannya sendiri, ia menyayangi anak itu seperti anaknya. Namun hari ini, Zio sedang tidak ada di rumah. Anak berusia 8 tahun itu kini berada di rumah Jingga. Meski tahu Zio bukan anak kandung Oliver, ta

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   184. Hadiah

    Yara tertegun kala melihat banyaknya bukti yang dikumpulkan Oliver mengenai kepalsuan video yang dikirimkan Leonard. Lantas, Yara menatap Oliver dengan mata berkaca-kaca.“Oliver...,” panggilnya lirih, yang membuat Oliver membuka matanya. Kini mata yang indah dan menghipnotis itu menatap Yara dengan lembut. “Tanpa kamu mengumpulkan semua bukti ini juga aku sudah percaya sama kamu, Oliver. Tapi terima kasih, aku sangat menghargai usaha kamu.” Yara tersenyum penuh haru.Oliver menegakkan punggungnya yang semula bersandar di sofa. Lalu memutar tubuh, menghadap Yara sepenuhnya yang duduk di sampingnya.“Aku tahu kamu mempercayaiku, Sayang,” kata Oliver sembari menangkupkan sebelah tangan di pipi kiri Yara. “Tapi aku juga ingin membuktikan padamu bahwa aku nggak pernah mengkhianati kamu selama kamu pergi.”Yara mengangguk. Ia mendekati Oliver, melingkarkan kedua tangan di pinggang pria itu dan menenggelamkan wajah di dada bidangnya. “Aku makin percaya sama kamu. Sekali lagi, terima kasih.”

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   183. Ancaman Oliver

    “Oliver, ada yang mau aku bicarakan.” Yara berusaha mendorong dada bidang Oliver agar pria itu menghentikan aktifitasnya.Namun, sepertinya Oliver tak ingin berhenti. Ia justru malah memperdalam ciumannya, membuat Yara kewalahan. Oliver mengungkung Yara di kursi penumpang dengan mesin mobil yang masih tetap menyala. Pagi ini ia kembali mengantarkan Yara ke Infinity Events setelah sebelumnya mereka mengantar anak-anak ke sekolah.“Tentang?” tanya Oliver akhirnya setelah beberapa saat kemudian. Pria itu dengan enggan menjauhkan wajah mereka.“Leonard.”“Leonard?” Sontak, Oliver menatap Yara dengan kening berkerut. “Kenapa dengan laki-laki itu? Dia mengganggumu lagi?”Yara menggeleng, ia menangkup rahang suaminya yang kasar di bawah sentuhannya. “Nggak ada, kok,” timpalnya, “tapi semalam, aku dengar dari Airell, kalau Leonard yang memberitahu Airell bahwa kamu nggak sayang dia. Sepertinya Leonard waktu datang ke sekolah, memprovokasi Airell.”“Leonard pernah datang ke sekolah anak-anak?”

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status