All Chapters of Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!: Chapter 91 - Chapter 100

191 Chapters

91. Aku Ingin Sendiri

Yara sedang tertawa lepas, menertawakan candaan Marshall yang tengah berusaha menghiburnya, saat pintu terbuka dan muncul sosok Oliver di sana. Sontak, Yara dan Marshall sama-sama menoleh ke arah pintu. Tawa keduanya perlahan lenyap kala melihat siapa yang datang. “Apa yang kamu lakukan di sini, Marshall?” Suara dingin Oliver memecah keheningan di antara mereka bertiga. “Akhirnya dia datang,” gumam Marshall pada Yara sambil menghela napas. Marshall tersenyum samar seraya menatap Oliver yang berjalan mendekati mereka. “Ke mana saja kamu seharian ini? Sampai-sampai baru datang jam segini dan mematikan handphone?” Alih-alih menjawab, Oliver justru malah berkata, “Urusanku bukan urusanmu, Marshall. Tapi kamu yang sedang menggoda istriku di sini adalah urusanku!” Marshall tersenyum miring, menatap Oliver tanpa takut. "Aku nggak menggoda istrimu, Oliver. Aku hanya berusaha menghibur Yara karena kamu terlalu sibuk dengan urusanmu sendiri, sampai lupa kalau dia juga butuh perhatian." K
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

92. Parfum Perempuan di Mobil Oliver

Yara terdiam, memejamkan matanya sambil mencoba mengatur napas. Kehangatan tubuh Oliver di belakangnya seharusnya memberinya rasa aman, tetapi hatinya masih diliputi perasaan yang sulit dijelaskan. Ia tahu ia tidak bisa terus bersikap dingin seperti ini, tapi luka hatinya belum sepenuhnya sembuh."Kamu butuh aku?" Yara akhirnya bersuara, nadanya datar. "Tapi apa kamu sadar, Oliver, kalau aku juga butuh kamu tadi siang? Aku butuh kamu di saat aku merasa takut dan terluka. Tapi kamu malah nggak ada."Oliver mengeratkan pelukannya, seperti takut Yara akan menjauh. "Aku tahu. Dan itu kesalahanku. Aku nggak bermaksud mengabaikanmu, Yara. Aku benar-benar nggak tahu apa yang terjadi. Kalau aku tahu, aku pasti langsung ke sini tanpa pikir panjang."Yara kembali terdiam mendengarnya. Kata-kata Oliver kali ini sulit ia bantah. Alhasil, Yara hanya diam dan membiarkan dirinya dipeluk Oliver. Hingga akhirnya terdengar dengkuran halus dari pria itu, yang membuat Yara enggan menggerakkan tubuhnya ka
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

93. Berbohong

Lagi-lagi, Oliver terdiam mendengar ucapan Yara. Entah mengapa wanita ini sering membuatnya tak bisa berkutik. Raut muka Oliver menegang, khawatir Yara marah dan kecewa padanya saat mengetahui bahwa kemarin ia bertemu dengan kembaran Yara yang sudah dikira meninggal dunia selama ini.Tunggu dulu!Kenapa Oliver harus khawatir Yara marah dan kecewa karena hal itu?Namun, sebelum Oliver mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Yara yang memukul lengannya sambil berkata, “Berhenti sekarang!” membuat Oliver keluar dari keterdiamannya.“Kenapa, Yara? Kamu butuh sesuatu?” tanya Oliver sambil menepikan mobil ke pinggir jalan.“Aku ingin muntah,” jawab Yara sembari membekap mulutnya sendiri, lalu ia cepat-cepat turun saat mobil sudah berhenti.Melihat Yara berusaha mengeluarkan isi perutnya di bawah sebuah pohon dengan susah payah, dada Oliver terasa sesak.
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

94. Membawa Zio

Entah untuk yang ke berapa kalinya semenjak menikah, wajah Oliver yang tengah terlelap menjadi pemandangan pertama yang Yara dapati saat ia membuka matanya.Yara tersenyum kecil, menyerukkan wajah di leher lelaki itu sambil menghirup aroma woody dalam-dalam.Aneh, pikirnya. Setiap kali ia bangun tidur dalam pelukan Oliver, morning sickness-nya justru malah tidak kambuh.Tiba-tiba alarm dari ponsel Yara memekik nyaring. Tak ingin membangunkan Oliver, cepat-cepat Yara meraih ponsel dari nakas dan mematikan alarm. Namun, pergerakan Yara tersebut justru malah membangunkan pria itu.“Jangan bergerak,” gumam Oliver seraya mengeratkan pelukannya. “Kamu bukan cuma membangunkanku, tapi sudah membangunkan ‘sesuatu’ yang lain dalam diriku.”Yara mengerjap, ucapan Oliver terdengar ambigu dan Yara benar-benar tidak mengerti maksudnya.“Sudah siang, Oliver. Zio pasti sudah bangun dan mencari kita.”Mendengar nama Zio, mata Oliver pun akhirnya terbuka, menatap Yara dengan tatapan sulit diartikan.Na
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

95. Apa Kamu Sudah Menikah Lagi?

Zara berdiri kaku di depan kaca besar yang memisahkan area bermain dengan koridor mall. Matanya terus mengikuti setiap gerak Zio di dalam sana, bibirnya bergetar menahan isakan. Oliver menghampirinya dengan langkah perlahan, tak ingin mengagetkannya."Zara," panggil Oliver pelan.Zara menoleh, dan saat matanya bertemu dengan Oliver, air matanya jatuh begitu saja. Ia buru-buru menghapusnya dengan punggung tangan. "Maaf... Aku nggak bisa menahan ini."Oliver mengangguk mengerti, lalu berdiri di sampingnya, memandang ke arah Zio yang tengah tertawa lepas. "Dia anak yang hebat, 'kan?"Zara mengangguk, suaranya bergetar saat menjawab. "Aku... aku nggak pernah berhenti memikirkannya, Oliver. Setiap hari aku bertanya-tanya bagaimana dia tumbuh, apa dia bahagia, apa dia... mengenalku sebagai ibunya."Oliver terdiam. Tak tahu harus memulai dari mana bahwa kini Zio telah menganggap Yara sebagai ibunya.Menghela napas panjang, Oliver menjejalkan tangan ke saku celana dan berkata, “Zio pasti meng
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

96. Aku Akan Buktikan

Sudah larut malam, tapi kantuk tak kunjung menyerang. Yara berguling ke kiri dan kanan, berharap mendapat kenyamanan dalam posisinya, akan tetapi setiap ruang yang ia tempati seolah tak memberinya kesempatan untuk merasa nyaman.Tak berselang lama, Yara mendengar deru mesin mobil berhenti di depan rumah. Tanpa sadar Yara menghela napas lega, seolah-olah sejak tadi kepulangan Oliver dan Zio-lah yang ia tunggu-tunggu hingga membuatnya sulit memejamkan mata.Setelah mengenakan cardigan untuk menutupi tubuhnya yang mengenakan pakaian tidur tak berlengan, Yara keluar dari kamar dan membuka pintu untuk suaminya.Begitu pintu terbuka, terlihat sosok Oliver yang tengah menggendong Zio yang sudah terlelap.“Oliver, kalian baru pulang jam segini?” tanya Yara tanpa basa-basi. “Ke mana saja kalian pergi?”Pria itu menatap Yara sesaat. “Ke banyak tempat,” jawabnya sambil mengalihkan tatapan ke arah lain. “Zio nggak mau pulang, jadi aku cukup kesulitan membujuknya untuk berhenti bermain.”“Sampai s
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

97. Dialah Orangnya

Sepanjang malam Zara tidak bisa memejamkan mata. Ia berharap waktu segera berlalu dan pagi cepat menjelang. Zara tidak sabar menantikan pertemuannya dengan Oliver besok di Lotus Cafe.Apa yang ia katakan pada Oliver kemarin memang benar, bahwa ia sama sekali tidak mencari tahu kabar mengenai Oliver, sebab ia takut hatinya akan tersakiti oleh kabar yang akan ia dapati.Sepulangnya Zara ke Indonesia beberapa hari lalu, ia memilih untuk tidak datang ke rumah Oliver, karena ia cukup tahu diri. Oliver mungkin saja sudah melupakannya.Zara mencoba menghubungi nomor telepon Oliver yang sudah sangat ia hapal, akan tetapi nomor telepon itu sudah tidak aktif. Alhasil, Zara menghubungi pria itu melalui alamat email, dan siapa sangka Oliver membalas pesannya.Kini, Zara menyeka air matanya yang sejak tadi tak ingin berhenti mengalir, dadanya terasa sesak, hatinya hancur mendapati kenyataan bahwa Oliver sudah menikah lagi.Hingga pagi menjelang, Zara sama sekali tidak tidur. Ia menyamarkan mata pa
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

98. Aku Harus Bagaimana?

“Lalu bagaimana denganku?” lirih Zara di tengah-tengah isak tangisnya. “Bagaimana denganku, Oliver?” Ia memukul dadanya sendiri seolah-olah ingin membebaskannya dari rasa sesak.“Zara....” Suara Oliver tercekat. “Aku... aku—““Aku masih istrimu,” potong Zara dengan cepat. Ia memandang Oliver dengan tatapan penuh rasa sakit. “Benar?”Oliver menghela napas berat, ia lalu menggelengkan kepalanya pelan, yang membuat air mata Zara semakin menjadi-jadi.“Kita sudah bercerai, Zara,” ucap Oliver dengan hati-hati, seolah tidak ingin menyakiti Zara lebih dalam lagi. “Aku sudah memiliki akta perceraian kita. Karena kabar yang kudapati waktu itu adalah kamu yang meninggal dunia, aku memutuskan untuk mengajukan surat cerai mati sebelum menikahi Yara.” Oliver menunduk, membasahi bibirnya yang terasa kering dan berusaha mengusir rasa sesak di dada. “Maafkan aku.”Zara menunduk, menangis tanpa suara. Bahunya bergetar hebat. “Kamu jahat, Oliver,” lirihnya nyaris tak terdengar. “Kamu benar-benar jahat.
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

99. Sakit

“Kamu main basket juga, ya?” Pertanyaan Oliver tersebut membuat Yara menoleh ke arahnya.Yara mengangguk, memantulkan bola lagi ke lantai dan tangannya.“Kenapa?” tanya Yara setelah ia berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Lalu mendekati Oliver yang berdiri di pinggir lapangan dengan pakaian kasual dan wajah yang sedikit kusut. “Kamu pikir, cuma kamu aja yang bisa main basket dan jadi atlet basket?” tanyanya lagi dengan nada bercanda sekaligus mengejek.Oliver mengerjap. “Kamu tahu aku pernah jadi atlet basket?”Yara menggigit bibir bagian dalamnya begitu sadar ia sudah keceplosan. Ia berdehem sambil membetulkan ikatan rambutnya. “Tentu saja aku tahu,” jawabnya dengan penuh percaya diri. “Dulu Zara sempat cerita ke aku kalau kamu itu mantan atlet basket.” Kali ini Yara berdusta.“Ah, benar juga.” Satu sudut bibir Oliver terangkat samar. “Nggak aku sangka ternyata kamu dan Zara memiliki kesamaan yang lain.”“Kesamaan yang lain?”“Iya. Kalian berdua ternyata sama-sama jago karate dan
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

100. Dia Kembali

Yara merasa ada yang aneh dengan Oliver akhir-akhir ini. Apalagi setelah pagi itu—saat Oliver pergi tiba-tiba setelah mendapat telepon dari seseorang, Oliver lebih banyak menghabiskan waktu di kantor sampai larut malam. Lalu saat pulang ke rumah, pria itu tidak tidur di kamar Yara, melainkan di kamarnya sendiri. Namun, Yara tidak ingin berpikiran negatif. Yara mengira, perubahan sikap Oliver itu akibat dari masalah yang tengah dihadapi Oliver di kantor. [“Oliver, aku akan pergi ke rumah Mama hari ini.”] Yara mengirim pesan tersebut kepada Oliver. Namun, sampai satu jam kemudian, pesannya tak dibalas oleh pria itu. Merasa sudah meminta izin, Yara lantas pergi bersama sopir ke rumah ibunya. Ia sempat meminta para bodyguard yang selama ini menjaganya, untuk tidak ikut bersamanya. Sebab Yara tidak ingin membuat Rianti kaget melihat Yara dijaga sedemikian ketat. Atau Rianti akan curiga bahwa sempat terjadi sesuatu kepada Yara. Penculikan itu, Yara tidak cerita apapun terhadap i
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more
PREV
1
...
89101112
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status