Zara berdiri kaku di depan kaca besar yang memisahkan area bermain dengan koridor mall. Matanya terus mengikuti setiap gerak Zio di dalam sana, bibirnya bergetar menahan isakan. Oliver menghampirinya dengan langkah perlahan, tak ingin mengagetkannya."Zara," panggil Oliver pelan.Zara menoleh, dan saat matanya bertemu dengan Oliver, air matanya jatuh begitu saja. Ia buru-buru menghapusnya dengan punggung tangan. "Maaf... Aku nggak bisa menahan ini."Oliver mengangguk mengerti, lalu berdiri di sampingnya, memandang ke arah Zio yang tengah tertawa lepas. "Dia anak yang hebat, 'kan?"Zara mengangguk, suaranya bergetar saat menjawab. "Aku... aku nggak pernah berhenti memikirkannya, Oliver. Setiap hari aku bertanya-tanya bagaimana dia tumbuh, apa dia bahagia, apa dia... mengenalku sebagai ibunya."Oliver terdiam. Tak tahu harus memulai dari mana bahwa kini Zio telah menganggap Yara sebagai ibunya.Menghela napas panjang, Oliver menjejalkan tangan ke saku celana dan berkata, “Zio pasti meng
Last Updated : 2024-12-02 Read more