Share

97. Dialah Orangnya

last update Last Updated: 2024-12-04 16:09:33

Sepanjang malam Zara tidak bisa memejamkan mata. Ia berharap waktu segera berlalu dan pagi cepat menjelang. Zara tidak sabar menantikan pertemuannya dengan Oliver besok di Lotus Cafe.

Apa yang ia katakan pada Oliver kemarin memang benar, bahwa ia sama sekali tidak mencari tahu kabar mengenai Oliver, sebab ia takut hatinya akan tersakiti oleh kabar yang akan ia dapati.

Sepulangnya Zara ke Indonesia beberapa hari lalu, ia memilih untuk tidak datang ke rumah Oliver, karena ia cukup tahu diri. Oliver mungkin saja sudah melupakannya.

Zara mencoba menghubungi nomor telepon Oliver yang sudah sangat ia hapal, akan tetapi nomor telepon itu sudah tidak aktif. Alhasil, Zara menghubungi pria itu melalui alamat email, dan siapa sangka Oliver membalas pesannya.

Kini, Zara menyeka air matanya yang sejak tadi tak ingin berhenti mengalir, dadanya terasa sesak, hatinya hancur mendapati kenyataan bahwa Oliver sudah menikah lagi.

Hingga pagi menjelang, Zara sama sekali tidak tidur. Ia menyamarkan mata pa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
jangan salahin Yara ya...karena kamu yg pertama merebut Oliver dari Yara degan mengaku sebagai dirinya
goodnovel comment avatar
Mutia
padahal kan kau sendiri zara yg merebut oliver dari yara, kan yara yg kenal oliver lbh dlu dri kamu
goodnovel comment avatar
Ami Lee
hey zara yg sok jadi korban... oliver udah nunggu elu ya berbulan bulan sampe dia depresi... manalah tau dia klo elu bakalan bangkit dari kubur... lagian elu yg rebut oliver dari yara ya...dari awal oliver cinta nya sama yara.. cinta pertama nya yara bukan elu zara
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   98. Aku Harus Bagaimana?

    “Lalu bagaimana denganku?” lirih Zara di tengah-tengah isak tangisnya. “Bagaimana denganku, Oliver?” Ia memukul dadanya sendiri seolah-olah ingin membebaskannya dari rasa sesak.“Zara....” Suara Oliver tercekat. “Aku... aku—““Aku masih istrimu,” potong Zara dengan cepat. Ia memandang Oliver dengan tatapan penuh rasa sakit. “Benar?”Oliver menghela napas berat, ia lalu menggelengkan kepalanya pelan, yang membuat air mata Zara semakin menjadi-jadi.“Kita sudah bercerai, Zara,” ucap Oliver dengan hati-hati, seolah tidak ingin menyakiti Zara lebih dalam lagi. “Aku sudah memiliki akta perceraian kita. Karena kabar yang kudapati waktu itu adalah kamu yang meninggal dunia, aku memutuskan untuk mengajukan surat cerai mati sebelum menikahi Yara.” Oliver menunduk, membasahi bibirnya yang terasa kering dan berusaha mengusir rasa sesak di dada. “Maafkan aku.”Zara menunduk, menangis tanpa suara. Bahunya bergetar hebat. “Kamu jahat, Oliver,” lirihnya nyaris tak terdengar. “Kamu benar-benar jahat.

    Last Updated : 2024-12-04
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   99. Sakit

    “Kamu main basket juga, ya?” Pertanyaan Oliver tersebut membuat Yara menoleh ke arahnya.Yara mengangguk, memantulkan bola lagi ke lantai dan tangannya.“Kenapa?” tanya Yara setelah ia berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Lalu mendekati Oliver yang berdiri di pinggir lapangan dengan pakaian kasual dan wajah yang sedikit kusut. “Kamu pikir, cuma kamu aja yang bisa main basket dan jadi atlet basket?” tanyanya lagi dengan nada bercanda sekaligus mengejek.Oliver mengerjap. “Kamu tahu aku pernah jadi atlet basket?”Yara menggigit bibir bagian dalamnya begitu sadar ia sudah keceplosan. Ia berdehem sambil membetulkan ikatan rambutnya. “Tentu saja aku tahu,” jawabnya dengan penuh percaya diri. “Dulu Zara sempat cerita ke aku kalau kamu itu mantan atlet basket.” Kali ini Yara berdusta.“Ah, benar juga.” Satu sudut bibir Oliver terangkat samar. “Nggak aku sangka ternyata kamu dan Zara memiliki kesamaan yang lain.”“Kesamaan yang lain?”“Iya. Kalian berdua ternyata sama-sama jago karate dan

    Last Updated : 2024-12-05
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   100. Dia Kembali

    Yara merasa ada yang aneh dengan Oliver akhir-akhir ini. Apalagi setelah pagi itu—saat Oliver pergi tiba-tiba setelah mendapat telepon dari seseorang, Oliver lebih banyak menghabiskan waktu di kantor sampai larut malam. Lalu saat pulang ke rumah, pria itu tidak tidur di kamar Yara, melainkan di kamarnya sendiri. Namun, Yara tidak ingin berpikiran negatif. Yara mengira, perubahan sikap Oliver itu akibat dari masalah yang tengah dihadapi Oliver di kantor. [“Oliver, aku akan pergi ke rumah Mama hari ini.”] Yara mengirim pesan tersebut kepada Oliver. Namun, sampai satu jam kemudian, pesannya tak dibalas oleh pria itu. Merasa sudah meminta izin, Yara lantas pergi bersama sopir ke rumah ibunya. Ia sempat meminta para bodyguard yang selama ini menjaganya, untuk tidak ikut bersamanya. Sebab Yara tidak ingin membuat Rianti kaget melihat Yara dijaga sedemikian ketat. Atau Rianti akan curiga bahwa sempat terjadi sesuatu kepada Yara. Penculikan itu, Yara tidak cerita apapun terhadap i

    Last Updated : 2024-12-05
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   101. Masih Istri Sah

    Pertemuan itu terasa mengharukan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Yara merasa senang adik kembarnya masih hidup. Apalagi setelah ia mendengar kronologis Zara di negara berkonflik itu sangat mengenaskan, Yara merasa iba dan memeluk Zara dengan penuh kasih sayang. Begitu pula dengan Rianti, yang tak berhenti menangis bahagia karena Zara telah kembali. Melihat kondisi Rianti yang sakit dan bertubuh kurus kering, Zara pun tak sanggup untuk tidak meneteskan air matanya. Kini ketiganya berkumpul di ruang tamu. Mendengarkan cerita tentang perjuangan Zara untuk kembali ke tanah air setelah sembuh dari amnesia. “Sekarang kamu tinggal di mana, Nak?” tanya Rianti. “Aku tinggal di rumah kontrakan, Bu.” Zara tersenyum lembut. “Aku nggak berani datang ke rumah Oliver, walau status aku masih istri dia.” Mendengar jawaban Zara tersebut, Yara dan Rianti sama-sama menahan napas. Zara menunduk. Rianti dan Yara saling tatap satu sama lain sesaat, seolah-olah keduanya memiliki pikiran yang sama. Yara me

    Last Updated : 2024-12-05
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   102. Sebelum Semuanya Menjadi Rumit

    Langit yang berwarna jingga keemasan sudah berganti dengan langit gelap saat Yara duduk di atas rooftop gedung SMA, tempat ia dulu sering melarikan diri dari keramaian.Angin sepoi-sepoi menyapa wajahnya, tapi tak mampu menenangkan gelombang emosi yang bergemuruh di hatinya. Ia memandang ke kejauhan, menatap tanpa fokus pada panorama kota yang terlihat dari ketinggian itu.Di tangannya, tergenggam ponselnya yang sudah dimatikan sejak ia meninggalkan rumah ibunya. Ia tidak ingin diganggu. Tidak oleh pesan, panggilan, atau bahkan keberadaan orang lain. Hanya di sini ia merasa bisa sendiri dan jujur pada perasaannya.Air mata mengalir perlahan dari sudut matanya, menetes ke pipinya. Yara menggigit bibir bawah, mencoba menahan suara isakan yang mulai keluar. Tapi sia-sia. Segala emosi yang selama ini ia pendam mulai menyeruak, menyesaki dadanya hingga terasa sesak.“Kenapa, Tuhan? Kenapa semuanya harus serumit ini?” bisiknya, hampir tak terdengar.Ia mengusap wajahnya dengan kasar, seolah

    Last Updated : 2024-12-06
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   103. Ingin Jujur

    Ponsel yang berdering mengeluarkan Oliver dari lamunannya. Pria itu mengusap wajah dengan kasar, lalu meraih ponselnya dari dashboard. Saat mendapati nama Lucas, ia segera mengangkat panggilan tersebut. “Kamu sudah menemukan posisi Yara?” tanya Oliver tanpa basa-basi. “Sudah, Tuan. Saya kirimkan lokasi Nona Yara melalui pesan.” “Baik.” Oliver segera memeriksa pesan yang masuk, lalu mengecek posisi Yara yang tidak terlalu jauh dari posisi Oliver saat ini yang masih berada di depan rumah Rianti. Tanpa tunggu lama, Oliver segera melajukan kendaraannya dan berusaha fokus pada jalanan, meski pikirannya terasa penuh. Ucapan Rianti beberapa saat yang lalu menambah beban di pundak Oliver. Pasalnya, Oliver sendiri tidak tahu keputusan apa yang harus ia ambil. Entah siapa yang harus ia pilih. Oliver bimbang, terasa seperti berada di pinggir jurang. Setibanya Oliver di lokasi Yara beberapa saat kemudian, ia menepikan mobil ke pinggir jalan. Di hadapannya berjajar tenda-tenda pedagang ka

    Last Updated : 2024-12-06
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   104. Yara Tahu

    Yara tercenung melihat kalender di hadapannya. Hari ini seharusnya ia pergi bersama Oliver ke dokter kandungan, akan tetapi Yara sengaja tidak memberitahu pria itu. Entahlah. Sejak tahu bahwa Zara telah kembali, rasanya Yara ingin memberi jarak dari Oliver. Ia merasa seolah-olah Oliver akan membuangnya.“Nggak apa-apa. kamu sudah terbiasa melakukan apapun sendirian, Yara,” gumam Yara pada dirinya sendiri.Menghela napas panjang, Yara lantas mengenakan sepatu kets dan keluar dari kamar.Saat ia akan menaiki mobil yang dikemudikan Pak Imam, sebuah mobil sport merah tiba-tiba berhenti di depan rumah. Dan Yara tahu siapa pemilik mobil merah tersebut. Senyuman lebar tersungging di bibir Yara, kala ia melihat idolanya turun dari mobil itu.“Mau pergi, ya?” Marshall menghampiri Yara sambil menenteng sebuah bingkisan di tangannya.Yara mengangguk. “Iya, baru banget mau pergi,” jawabnya, “mau ketemu Oliver?”Marshall berdecak lidah dengan mata dipicingkan. “Aku tahu ini hari kerja, Yara. Kalau

    Last Updated : 2024-12-07
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   105. Aku Ada Di Sini Untukmu

    Marshall membawa caramel macchiato untuk Yara dan americano untuknya, ke arah meja yang ada di paling ujung. Ia menghela napas berat kala melihat raut muka Yara yang tampak sendu, tak seperti biasanya Yara yang selalu ceria.“Caramel macchiato,” gumam Marshall dengan pelan seolah-olah tidak ingin membuat Yara terkejut dengan kedatangannya. Ia menaruh hot caramel macchiato tepat di depan Yara, lalu duduk di hadapannya.Yara mengerjapkan matanya dan menatap minumannya dengan tatapan menerawang.“Minum dulu, siapa tahu bisa ngembaliin mood kamu yang sepertinya rusak itu,” gurau Marshall sebelum menyeruput americano-nya.Helaan napas Yara terasa berat, seolah-olah dadanya terhimpit dua batu tak kasat mata. Ia lantas menyeruput minumannya dan entah mengapa rasa kopi itu terasa hambar di lidah.“Sekarang, boleh aku tanya sesuatu?” tanya Marshall seraya menatap Yara.

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   191. Janji

    Yara keluar dari apartemen Zara, ia menghampiri Oliver yang dengan sabar menunggunya di lobi. Saat menyadari kedatangan Yara, Oliver langsung mengunci ponsel yang sejak tadi ia mainkan, kemudian berdiri. Oliver menghampiri Yara dan merangkulkan lengannya di pinggang wanita itu. “Bagaimana pertemuannya?” tanya Oliver sebelum melabuhkan kecupan mesra di kening Yara, membuat Yara tersipu malu. “Nggak buruk,” jawab Yara, “tapi aku cukup merasa lelah.” Yara merasa lelah secara mental, bukan fisik. Oliver merapatkan pelukannya dengan protektif. “Gimana kalau setelah ini aku buat rasa lelah kamu hilang?” tanyanya dengan nada menggoda. Mata Yara mengerling. “Dengan cara apa?” Sambil berjalan keluar lobi, Oliver berbisik di dekat telinga Yara, “Dengan membawamu ke rangjangku.” “Astaga....” Yara memukul pelan dada Oliver. “Itu, sih, bikin makin lelah, tahu?” Oliver terkekeh-kekeh. “Lelah tapi menyenangkan, bukan?” Yara merotasi matanya dengan malas, lantas keduanya tertawa seolah-olah

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   190. Bertemu Dengannya

    Yara menekan bel berulang kali, tapi tidak ada tanda-tanda seseorang akan membuka pintu dari dalam. Mungkin dirinya datang di waktu yang tidak tepat, pikir Yara. Mungkin saja saat ini Zara sedang pergi.Karena tak kunjung mendapat sahutan, Yara akhirnya berbalik untuk kembali kepada suaminya yang menunggu di lobi.Namun, belum lima langkah Yara berjalan, pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka, membuat langkah kaki Yara seketika terhenti.“Siapa?”Yara tertegun kala mendengar suara yang barusan bertanya kepadanya. Nada suaranya terdengar datar, seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup.Setelah memantapkan hatinya, Yara pun berbalik menghadap orang itu, yang tak lain adalah Zara. Yara bisa melihat Zara terkejut saat menatapnya.“K-Kamu...,” bisik Zara dengan lirih. Matanya membulat, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Hai!” Yara berusaha menampilkan senyumnya dengan canggung. “Apa kabar? Boleh aku masuk?”Zara terdiam sejenak, membuat Yara merasa bahwa adiknya itu ak

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   189. Hari-Hari Yang Romantis

    Oliver menatap Yara yang tengah terlelap dengan damai. Senyuman Oliver mengembang lebar melihat betapa cantik dan polos wanitanya itu, seperti bayi yang tidak berdosa. Deru napas Yara terasa halus, membuat Oliver merasakan ketenangan yang hanya didapatkan di kala sedang bersama Yara. “Sayang, bangun,” bisik Oliver nyaris tak terdengar, seolah enggan mengganggu tidur sang istri. Ia menyapukan jemarinya di pipi yang terasa halus di bawah sentuhannya itu. Mata Yara perlahan bergetar, lalu terbuka hingga Oliver bisa menatap mata coklatnya yang indah. Tatapan mata Yara selalu membius Oliver, hingga ia merasa jatuh cinta lagi dan lagi pada orang yang sama setiap waktu. “Sudah siang? Jam berapa sekarang?” tanya Yara dengan suara serak sembari menggeliatkan tangannya ke atas. “Baru jam tujuh, Sayang,” jawab Oliver sambil tersenyum. Sontak, mata Yara terbelalak. “Jam tujuh? Astaga... kenapa kamu nggak bangunin aku? Aku harus pergi ke kantor! Ini gara-gara kamu nggak ngebiarin aku tidur t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   188. Pacaran Setelah Menikah

    “Sayang, hari ini aku mau ngajak kamu pacaran dulu ,” kata Oliver setelah kendaraan yang mereka tumpangi berlalu dari rumah Rianti.Tampak kerutan di kening Yara. “Pacaran?” tanyanya tak percaya.“Mm-hm.” Oliver mengangguk, ia meraih tangan Yara dan menggenggamnya, sementara tangan yang lain memegangi stir. “Banyak waktu kita yang terbuang di masa lalu, Sayang. Kita bahkan nggak sempat pacaran dulu. Jadi mulai sekarang, kita harus sering meluangkan waktu untuk berkencan berdua, tanpa anak-anak.”Mendengarnya, Yara pun terkekeh kecil. ia beringsut mendekati suaminya, menyandarkan kepala di bahu bidang pria itu. “Bukankah sekarang kita sedang pacaran?”“Iya, tapi kayak gini saja nggak cukup.”“Lalu? Memangnya kamu mau apa lagi?”“Yaa pacaran seperti orang kebanyakan, lah.” Oliver melabuhkan kecupan mesra di puncak kepala Yara. “Aku mau mengajakmu pergi ke suatu t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   187. Mirip Bapaknya

    Genggaman lembut di tangan mengeluarkan Yara dari lamunannya. Yara menoleh dan mendapati suaminya tengah menatapnya sambil tersenyum manis. Senyuman yang membuat Yara lupa bagaimana caranya bernapas.“Kita sudah sampai, Sayang,” ucap Oliver.“Oh?”Yara mengerjap, ia menoleh ke sisi kiri dan baru menyadari bahwa kini mereka berada di halaman rumah ibunya, Rianti.“Sudah sampai ternyata,” gumam Yara sembari hendak melepas sabuk pengaman. Namun, Oliver sudah melakukannya lebih dulu untuknya.“Kamu lagi mikirin apa, hm? Dari tadi aku perhatikan kamu banyak melamun.” Oliver menatap Yara dengan sorot matanya yang dalam dan membius.Tatapan itu membuat jantung Yara berdebar-debar. Yara menghela napas panjang. “Aku cuma lagi mikirin gimana pertemuan aku dan Zara nanti,” ujarnya dengan tatapan menerawang. “Kami saudari kembar, tapi rasanya kami seperti orang asing. Ada

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   186. Asalkan Yara Bahagia

    “Aku masak sup kesukaan kamu,” kata Yara sambil memeluk Oliver dari belakang. Mereka berjalan menuju dapur dengan posisi seperti itu setelah Oliver berhasil lolos dari dua bocah kecil yang sejak tadi mengerumuninya.Oliver mengerutkan kening, sedikit terkejut. Tangannya menggenggam tangan Yara yang melingkar di depan perutnya.“Whoaa serius? Aku nggak sabar mau coba,” kata Oliver sembari tersenyum lebar.Yara terpaksa melepaskan pelukannya saat tiba di meja makan. Si kembar berlarian menuju meja makan sambil tertawa, lalu sama-sama memeluk kaki ayahnya di kiri dan kanan.Oliver kemudian mendudukkan mereka di kursi berdampingan, lalu Oliver duduk di kursi utama dan menuangkan makanan khusus anak-anak ke piring mereka masing-masing. Sementara itu Yara yang duduk di samping Oliver, berhadapan dengan si kembar, menyiapkan roti panggang dan sup untuk Oliver.Yara menatap Oliver dengan penuh harap saat pria itu mengambil sendok pertama supnya.Oliver memasukannya ke mulut, mengunyah perlaha

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   185. Menyambutnya Pulang

    Yara tersenyum bahagia melihat Airell dan Arthur berlarian di ruang tengah dengan riang. Saat ini mereka sudah berada di rumah baru Oliver setelah pindah beberapa hari yang lalu.Anak-anak terlihat bahagia sekali. Apalagi saat mereka melihat ruangan khusus bermain yang dipenuhi mainan anak laki-laki dan perempuan. Tak hanya itu, bahkan Oliver menyediakan kolam renang dengan fasilitas lengkap seperti perosotan dan ember tumpah.Selain itu ada lapangan bola basket dan sepak bola di halaman belakang. Fasilitas lengkap yang disediakan membuat anak-anak betah bermain di rumah. Yara merasa bersyukur, terharu dan juga bahagia dengan segala fasilitas yang Oliver berikan untuk mereka.Oliver juga membawa Zio pindah ke rumah ini, dan tentu saja Yara tidak keberatan. Bagaimanapun, Zio adalah keponakannya sendiri, ia menyayangi anak itu seperti anaknya. Namun hari ini, Zio sedang tidak ada di rumah. Anak berusia 8 tahun itu kini berada di rumah Jingga. Meski tahu Zio bukan anak kandung Oliver, ta

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   184. Hadiah

    Yara tertegun kala melihat banyaknya bukti yang dikumpulkan Oliver mengenai kepalsuan video yang dikirimkan Leonard. Lantas, Yara menatap Oliver dengan mata berkaca-kaca.“Oliver...,” panggilnya lirih, yang membuat Oliver membuka matanya. Kini mata yang indah dan menghipnotis itu menatap Yara dengan lembut. “Tanpa kamu mengumpulkan semua bukti ini juga aku sudah percaya sama kamu, Oliver. Tapi terima kasih, aku sangat menghargai usaha kamu.” Yara tersenyum penuh haru.Oliver menegakkan punggungnya yang semula bersandar di sofa. Lalu memutar tubuh, menghadap Yara sepenuhnya yang duduk di sampingnya.“Aku tahu kamu mempercayaiku, Sayang,” kata Oliver sembari menangkupkan sebelah tangan di pipi kiri Yara. “Tapi aku juga ingin membuktikan padamu bahwa aku nggak pernah mengkhianati kamu selama kamu pergi.”Yara mengangguk. Ia mendekati Oliver, melingkarkan kedua tangan di pinggang pria itu dan menenggelamkan wajah di dada bidangnya. “Aku makin percaya sama kamu. Sekali lagi, terima kasih.”

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   183. Ancaman Oliver

    “Oliver, ada yang mau aku bicarakan.” Yara berusaha mendorong dada bidang Oliver agar pria itu menghentikan aktifitasnya.Namun, sepertinya Oliver tak ingin berhenti. Ia justru malah memperdalam ciumannya, membuat Yara kewalahan. Oliver mengungkung Yara di kursi penumpang dengan mesin mobil yang masih tetap menyala. Pagi ini ia kembali mengantarkan Yara ke Infinity Events setelah sebelumnya mereka mengantar anak-anak ke sekolah.“Tentang?” tanya Oliver akhirnya setelah beberapa saat kemudian. Pria itu dengan enggan menjauhkan wajah mereka.“Leonard.”“Leonard?” Sontak, Oliver menatap Yara dengan kening berkerut. “Kenapa dengan laki-laki itu? Dia mengganggumu lagi?”Yara menggeleng, ia menangkup rahang suaminya yang kasar di bawah sentuhannya. “Nggak ada, kok,” timpalnya, “tapi semalam, aku dengar dari Airell, kalau Leonard yang memberitahu Airell bahwa kamu nggak sayang dia. Sepertinya Leonard waktu datang ke sekolah, memprovokasi Airell.”“Leonard pernah datang ke sekolah anak-anak?”

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status