All Chapters of Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal: Chapter 101 - Chapter 110

145 Chapters

One fine day

Prasetyo duduk di meja makan dengan ekspresi yang sulit dibaca, sesekali melirik Nathalia yang diam di sampingnya. Pagi itu, suasana rumah terasa lebih tegang dari biasanya. Samantha masih belum muncul dari kamarnya sejak pertengkaran tadi, sementara Kareena tampak sibuk dengan koran pagi, meskipun Prasetyo tahu pikirannya jauh dari berita yang dibacanya."Nathalia, aku harus pergi ke kantor pagi ini," Prasetyo akhirnya berkata, suaranya terdengar tenang tetapi penuh maksud. Ia melirik Nathalia sejenak sebelum beralih ke Kareena. "Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan."Kareena menurunkan korannya, menatap Prasetyo dengan alis terangkat. "Bukankah kau bilang akan bekerja dari rumah hari ini?"Prasetyo tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa bersalahnya. "Ada rapat mendadak yang harus kuhadiri. Tidak bisa dihindari."Kareena menatapnya beberapa detik, seolah mencoba membaca sesuatu di balik wajahnya, tetapi akhirnya mengangguk. "Baiklah. Pastikan kau tidak terlalu lelah."
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Retak baru

Samantha duduk di sofa ruang tamu, matanya terpaku pada layar ponselnya. Sekali lagi, foto mesra antara Prasetyo dan Nathalia muncul di beranda media sosialnya. Foto itu menunjukkan mereka berdua sedang duduk berdampingan di sebuah taman, dengan senyum lebar yang tak bisa disembunyikan. Nathalia tampak begitu bahagia, sementara Prasetyo, yang biasanya tampak lebih serius, kini tersenyum lembut dengan mata penuh cinta yang memancarkan perasaan yang dalam.Wajah Samantha berubah merah, hatinya dipenuhi amarah. "Brengsek!" katanya pelan, namun dengan suara yang menggigit. Ponselnya dibanting ke meja, lalu ia bangkit dan berjalan mondar-mandir, mencoba meredakan kemarahan yang mulai meluap. "Ini sudah keterlaluan! Prasetyo, kau pikir bisa bermain-main dengan perasaanku begitu saja?!"Dengan gerakan terburu-buru, Samantha menghubungi Kareena, ibu dari Prasetyo, yang selama ini ia anggap sebagai sosok yang bisa menanggapi segala permasalahan dengan cepat."Bu Kareena, ada yang perlu saya bi
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Kubu yang bersebrangan

Kareena menatap Nathalia dengan tatapan penuh penghinaan, bibirnya melengkung dalam senyum sinis yang tidak menyembunyikan rasa tidak sukanya. Di balik wajah angkuhnya, tersirat jelas keengganan untuk menerima Nathalia sebagai bagian dari keluarganya. Ruang tamu yang luas terasa semakin sempit oleh ketegangan yang kian memuncak.“Nathalia,” kata Kareena dengan nada meremehkan, “kau sungguh percaya bahwa kau pantas berdiri di sini sebagai istri Prasetyo? Kau pikir sedikit waktu yang kau habiskan bersamanya cukup untuk membuatmu bagian dari keluarga ini? Kau tak lebih dari seorang penyusup.”Nathalia menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya meski hatinya bergolak. Ia tahu, sejak awal pernikahannya dengan Prasetyo, Kareena tidak pernah menyetujuinya. Tapi kali ini, kata-kata ibunya terlalu menusuk, menyayat setiap bagian dari dirinya. “Bu, saya mencintai Prasetyo dan saya berusaha yang terbaik untuk menjadi istri yang baik. Apapun yang Anda pikirkan tentang saya, saya tetap istri sahn
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Percikan api

Samantha duduk di sudut kamarnya, tangannya mengepal erat ponsel yang ia genggam. Amarah dan frustrasi bercampur aduk dalam dirinya. Nathalia dan Prasetyo, bukannya semakin menjauh, malah terlihat lebih dekat dari sebelumnya. Dengan bibir mengerucut penuh kebencian, ia mengetik pesan singkat kepada Arman.Samantha: Kita perlu bicara sekarang. Hubungi aku segera.Tak lama kemudian, ponselnya bergetar. Nama Arman muncul di layar. Samantha langsung menjawab panggilan itu dengan nada tajam. "Arman, apa yang sedang kau lakukan? Bukannya Nathalia menjauh, dia malah semakin dekat dengan Prasetyo. Aku tidak mengerti, kau bilang rencanamu akan membuatnya berpikir ulang tentang suaminya!"Di ujung telepon, Arman terdengar tenang, namun ada nada serius dalam suaranya. "Tenang, Samantha. Rencana ini butuh waktu. Aku sudah memulai langkah-langkahnya, tapi kita tidak bisa terburu-buru. Nathalia bukan wanita yang mudah terpengaruh begitu saja."Samantha menggeram kesal. "Kau bilang kau akan mendekat
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Pesan misterius

Nathalia duduk termenung di sudut kamar, pesan suara yang baru saja ia dengar masih terngiang-ngiang di telinganya. Rasa terkejut dan sakit hati bercampur aduk dalam dirinya. Namun, ia tahu bahwa panik tidak akan membawanya ke mana-mana. Ia perlu tetap tenang dan mencari tahu siapa yang mengirim pesan suara itu. Prasetyo mungkin telah merencanakan sesuatu yang keji, tetapi Nathalia tidak akan menyerah begitu saja tanpa perlawanan.Dengan napas yang teratur, Nathalia mengambil ponselnya dan mulai mencari-cari cara untuk melacak nomor asing tersebut. Setelah beberapa saat, ia menyadari bahwa ia membutuhkan bantuan seseorang yang lebih berpengalaman. Nama Arman muncul di benaknya. Arman adalah seseorang yang selalu dapat diandalkan dalam situasi sulit, dan Nathalia merasa bahwa ia bisa mempercayainya untuk membantu menyelesaikan misteri ini.Nathalia mengetik pesan cepat ke Arman: "Arman, aku butuh bantuanmu. Ada sesuatu yang sangat penting. Bisakah kita bertemu secepatnya?"Tak lama kem
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Penjelasan

Chapter SelanjutnyaMalam itu, Nathalia mencoba tidur, tetapi pikirannya tidak bisa tenang. Pesan suara yang diterimanya terus berputar di kepalanya, mengguncang kepercayaannya terhadap Prasetyo. Suara itu terdengar sangat meyakinkan, membuatnya percaya bahwa Prasetyo telah menyembunyikan sesuatu. Meskipun hatinya enggan, logikanya terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.Pagi berikutnya, Nathalia memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh. Ia tidak bisa membiarkan ketidakpastian ini menguasai pikirannya. Setelah Prasetyo berangkat kerja, Nathalia mengambil jaketnya dan keluar dari rumah. Ia tahu ini berisiko, tetapi ia merasa perlu untuk mencari tahu sendiri. Dengan langkah mantap, ia menuju ke kantor Prasetyo.Saat tiba di gedung kantor, Nathalia merasa gugup. Tangannya sedikit gemetar saat ia menekan tombol lift ke lantai di mana Prasetyo bekerja. Ia tidak memiliki rencana yang jelas, hanya tekad kuat untuk menemukan jawaban. Ketika pintu lift terbuka, Nathalia melangk
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Celah yang terbuka

Chapter SelanjutnyaPrasetyo menyusuri koridor kantor dengan langkah tergesa. Pikiran tentang Nathalia yang tidak menjawab telepon terus mengganggu pikirannya. Ia merasa ada yang tidak beres. Ponselnya kembali bergetar di tangan, tetapi saat melihat layar, nama Nathalia masih belum muncul. Dengan rasa kecewa, ia menekan nomor Nathalia lagi, berharap kali ini ia akan mendapatkan jawaban.Namun sebelum panggilan tersambung, sebuah suara memanggilnya. "Pras, tunggu sebentar!" Akbar berdiri di dekat pintu ruangannya, wajahnya serius dan penuh kekhawatiran.Prasetyo menghentikan langkahnya dan menoleh. "Ada apa, Akbar?" tanyanya, berusaha menghapus kecemasan dari suaranya.Akbar melambaikan tangan, mengisyaratkan agar mereka berbicara di ruang kerjanya. "Masuklah. Ada sesuatu yang penting yang perlu kita bicarakan. Ini tentang Arman dan Samantha."Nama itu—Samantha—membuat Prasetyo mengernyit. Ia mengikuti Akbar masuk ke dalam ruangan, menutup pintu di belakang mereka untuk memastikan tida
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Ekseskusi pertama

Arman menatap layar ponselnya dengan senyum yang nyaris tak terlihat. Pesan dari Nathalia, singkat namun penuh makna, berbunyi: "Kita perlu bicara. Bisa bertemu malam ini?"Ia tahu bahwa Nathalia sudah mencium kebusukannya. Rencana yang selama ini ia susun perlahan mulai berantakan, dan ia harus bertindak cepat. Ia mengetik balasan dengan santai, meskipun hatinya berdegup kencang dengan rencana baru yang lebih berbahaya. "Tentu, Nathalia. Katakan saja di mana dan kapan."Pertemuan itu diatur di sebuah kafe kecil yang sepi di pinggir kota. Nathalia memilih tempat itu karena berharap bisa berbicara dengan Arman tanpa gangguan. Namun, yang tidak ia sadari, Arman datang dengan niat berbeda.Nathalia duduk di salah satu sudut kafe, jemarinya mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah. Kepalanya dipenuhi dengan kecurigaan dan kekhawatiran, tetapi ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan jawaban. Pintu kafe berderit pelan ketika Arman masuk, matanya langsung mencari sosok Nathal
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Berburu

Prasetyo mondar-mandir di ruang tamu, ponselnya digenggam erat di tangan. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Nathalia, tetapi tidak ada jawaban. Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi seiring berjalannya waktu. Ia merasa ada sesuatu yang sangat salah. Akbar, yang telah berada di sisi Prasetyo sejak ia menyadari Nathalia tidak bisa dihubungi, mencoba menenangkan temannya. "Pras, kita harus tetap tenang. Panik tidak akan membantu Nathalia. Kita harus berpikir jernih dan mencari tahu di mana dia." Prasetyo berhenti sejenak, menatap Akbar dengan mata penuh kegelisahan. "Aku tidak bisa tenang, Akbar. Nathalia tidak seperti ini. Dia selalu memberi tahu aku jika ada sesuatu. Aku... aku takut sesuatu yang buruk telah terjadi." Akbar mengangguk pelan. "Baik, kalau begitu kita mulai dengan mencari tahu siapa orang terakhir yang dia temui. Aku bisa melacak riwayat komunikasinya jika kau memberiku akses ke ponselnya." Tanpa ragu, Prasetyo menyerahkan ponsel Nathalia yang ia temukan di kamar
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Mendapatkan buruan

Di ruangan gelap itu, Nathalia memutar otaknya mencari celah untuk melarikan diri. Jantungnya berdegup kencang, tetapi ia memaksa dirinya tetap tenang. Ia tahu bahwa melawan Arman secara langsung hanya akan memperburuk keadaan. Perlahan, ia memperhatikan sekelilingnya. Cahaya redup dari lampu gantung menyoroti sebuah meja kecil dengan pisau buah di atasnya, tidak terlalu jauh dari tempatnya duduk.Arman sibuk dengan ponselnya, membelakangi Nathalia. "Kau tahu, Nathalia," katanya sambil mengetik sesuatu, "ini semua salahmu. Jika saja kau tidak ikut campur, aku tidak perlu sejauh ini.""Ikut campur?" Nathalia mendesis, mencoba membuat percakapan berjalan untuk mengalihkan perhatiannya. "Kau menculikku hanya karena aku tidak setuju dengan caramu, Arman. Kau pengecut."Arman tertawa kecil tanpa berbalik. "Kau menyebutku pengecut? Menarik, mengingat posisimu sekarang. Aku hanya melakukan apa yang perlu untuk melindungi diriku sendiri."Sementara itu, Prasetyo dan Akbar akhirnya menemukan p
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status