Share

Berburu

Author: minipau
last update Huling Na-update: 2025-01-19 17:43:05
Prasetyo mondar-mandir di ruang tamu, ponselnya digenggam erat di tangan. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Nathalia, tetapi tidak ada jawaban. Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi seiring berjalannya waktu. Ia merasa ada sesuatu yang sangat salah.

Akbar, yang telah berada di sisi Prasetyo sejak ia menyadari Nathalia tidak bisa dihubungi, mencoba menenangkan temannya. "Pras, kita harus tetap tenang. Panik tidak akan membantu Nathalia. Kita harus berpikir jernih dan mencari tahu di mana dia."

Prasetyo berhenti sejenak, menatap Akbar dengan mata penuh kegelisahan. "Aku tidak bisa tenang, Akbar. Nathalia tidak seperti ini. Dia selalu memberi tahu aku jika ada sesuatu. Aku... aku takut sesuatu yang buruk telah terjadi."

Akbar mengangguk pelan. "Baik, kalau begitu kita mulai dengan mencari tahu siapa orang terakhir yang dia temui. Aku bisa melacak riwayat komunikasinya jika kau memberiku akses ke ponselnya."

Tanpa ragu, Prasetyo menyerahkan ponsel Nathalia yang ia temukan di kamar
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Mendapatkan buruan

    Di ruangan gelap itu, Nathalia memutar otaknya mencari celah untuk melarikan diri. Jantungnya berdegup kencang, tetapi ia memaksa dirinya tetap tenang. Ia tahu bahwa melawan Arman secara langsung hanya akan memperburuk keadaan. Perlahan, ia memperhatikan sekelilingnya. Cahaya redup dari lampu gantung menyoroti sebuah meja kecil dengan pisau buah di atasnya, tidak terlalu jauh dari tempatnya duduk.Arman sibuk dengan ponselnya, membelakangi Nathalia. "Kau tahu, Nathalia," katanya sambil mengetik sesuatu, "ini semua salahmu. Jika saja kau tidak ikut campur, aku tidak perlu sejauh ini.""Ikut campur?" Nathalia mendesis, mencoba membuat percakapan berjalan untuk mengalihkan perhatiannya. "Kau menculikku hanya karena aku tidak setuju dengan caramu, Arman. Kau pengecut."Arman tertawa kecil tanpa berbalik. "Kau menyebutku pengecut? Menarik, mengingat posisimu sekarang. Aku hanya melakukan apa yang perlu untuk melindungi diriku sendiri."Sementara itu, Prasetyo dan Akbar akhirnya menemukan p

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Awan gelap

    Pagi yang tenang di rumah sakit menjadi saksi atas rasa lega dan syukur Nathalia. Ia duduk di sisi tempat tidur Prasetyo, menggenggam tangannya yang dingin tetapi masih terasa hangat oleh kehidupan. Wajah lelaki itu terlihat tenang, meskipun monitor di samping tempat tidur menunjukkan tanda-tanda vital yang lemah. Ia belum sadarkan diri sejak insiden malam itu.Kilasan kejadian tersebut terus menghantui Nathalia. Arman, yang seharusnya sudah di bawah pengawasan polisi, entah bagaimana berhasil meloloskan diri. Dalam kekacauan itu, ia menyerang Prasetyo dengan brutal, memukul kepalanya dengan benda tumpul. Nathalia hanya bisa berteriak histeris saat melihat pria yang ia cintai terjatuh, darah mengalir dari luka di kepalanya.Polisi akhirnya menangkap Arman kembali, tetapi kerusakan telah terjadi. Prasetyo dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis, dan dokter segera memutuskan untuk melakukan operasi darurat guna mengurangi tekanan pada otaknya. Operasi itu berhasil menyelamatkan ny

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Perpisahan yang dipaksakan

    Hari itu terasa lebih kelabu dari biasanya. Nathalia baru saja keluar dari ruangan Prasetyo ketika ia mendapati seseorang menunggunya di lorong rumah sakit. Ibu Arman berdiri di sana, dengan tatapan penuh amarah yang hanya bisa digambarkan sebagai dendam yang mengakar. Rambutnya tertata sempurna, tetapi wajahnya menunjukkan kelelahan emosional yang mendalam."Nathalia," suara Ibu Arman tajam seperti pisau, menusuk ketenangan tipis yang Nathalia coba pertahankan. "Kita perlu bicara."Nathalia menghela napas, mencoba tetap tenang meskipun hatinya mulai bergemuruh. "Ini bukan waktu yang tepat, Bu. Saya sedang—""Tidak ada waktu yang lebih tepat dari sekarang!" potong wanita itu. "Anak saya, Arman, berada dalam situasi ini karena kau! Hidupnya kacau sejak kau muncul dalam hidupnya."Nathalia menatap wanita itu, matanya mulai memanas oleh kemarahan yang ia tekan. "Bu, saya tahu Anda tidak pernah menyukai saya. Tapi apa yang terjadi pada Arman adalah hasil dari keputusan dan tindakannya sen

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Kehilangan yang tidak terduga

    Malam itu, Nathalia kembali ke apartemennya dengan tubuh yang terasa seperti dipenuhi beban berlapis-lapis. Pertemuan dengan Ibu Arman terus berputar di kepalanya, seperti rekaman rusak yang enggan berhenti. Kata-kata wanita itu tidak hanya menusuk hatinya, tetapi juga mengguncang keyakinan Nathalia akan pilihannya sendiri. Namun, suara dering ponsel memecah lamunannya. Nama Akbar muncul di layar, dan Nathalia segera mengangkatnya. "Nathalia, Prasetyo sadar," kata Akbar di seberang dengan nada mendesak. Nathalia terdiam sesaat, tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. "Dia sadar? Aku akan ke sana sekarang!" Tanpa berpikir panjang, Nathalia langsung melesat ke rumah sakit. Saat ia tiba di kamar ICU, ia mendapati seorang perawat memeriksa kondisi Prasetyo, sementara dokter berbicara pelan dengan Akbar di sudut ruangan. "Pras..." Nathalia mendekat dengan langkah ragu. Ia melihat Prasetyo membuka matanya perlahan, matanya yang biasanya penuh kelembutan kini terlihat kosong. Ket

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   rencana baru

    Kareena berdiri di sisi tempat tidur Prasetyo, menatap putranya yang terbaring dengan mata tertutup. Wajahnya yang tampak pucat kini terlihat sedikit lebih hidup, meski masih ada banyak hal yang harus diperjuangkan. Dia tahu, meskipun Prasetyo sudah sadar, masih banyak yang harus dihadapi, terutama setelah kejadian yang mengubah segalanya.Namun, di balik perasaan lega itu, ada rasa puas yang muncul. Prasetyo yang lupa ingatan berarti sebuah peluang. Sebuah kesempatan untuk mengatur ulang kehidupan yang telah kacau ini. Jika Prasetyo tidak ingat Nathalia—dan sepertinya ingatan itu tidak akan kembali dalam waktu dekat—maka ini adalah kesempatan bagi Kareena untuk memanipulasi situasi sesuai dengan keinginannya.Ponsel di tangan Kareena bergetar, menarik perhatiannya dari pemikiran yang mengganggu. Nama yang muncul di layar adalah Samantha."Sam," jawab Kareena, suaranya penuh dengan ketegasan. "Kamu harus datang ke rumah sakit sekarang. Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan."Samantha

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Simpul ingatan

    Prasetyo membuka matanya perlahan, cahaya terang yang masuk ke ruangan rumah sakit membuatnya sedikit terkejut. Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya masih lemas, namun ada satu hal yang jelas—di hadapannya kini ada dua sosok yang memandangnya dengan intens.Yang pertama adalah seorang wanita yang ia kenal sebagai ibunya, Kareena, yang tampak cemas namun penuh perhatian. Di sampingnya, seorang wanita asing—bermuka tenang, dengan senyum yang agak dipaksakan, dan aura yang tidak bisa dijelaskan—berdiri dengan penuh percaya diri."Prasetyo, ini Samantha, istrimu," kata Kareena dengan suara lembut namun penuh makna. "Dia sedang mengandung anakmu."Samantha melangkah lebih dekat, menatap Prasetyo dengan senyum ramah, mencoba terlihat seolah-olah mereka sudah saling kenal lama. Namun, meski wajahnya terlihat ramah, ada sesuatu dalam matanya yang terasa asing bagi Prasetyo.Prasetyo mengerutkan kening, matanya bingung memandang wanita itu. Nama "Samantha" terdengar familiar di telinganya, tet

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Memanipulasi ingatan

    Malam itu, di kamar rumah sakit yang kini senyap, Prasetyo berbaring dengan mata terbuka, menatap langit-langit. Samar-samar, ia mendengar suara detak mesin medis di sebelah tempat tidurnya. Kepalanya berdenyut pelan, bukan hanya karena rasa sakit akibat luka fisiknya, tetapi juga karena kekacauan pikirannya.Di sudut ruangan, Kareena dan Samantha berbicara pelan, tetapi tetap dalam jangkauan pendengaran Prasetyo. Meskipun ia berpura-pura tidak peduli, telinganya mendengar setiap kata.“Kita tidak punya banyak waktu,” bisik Samantha dengan nada tegas. “Dia harus percaya bahwa aku adalah istrinya sebelum dia mulai mempertanyakan segalanya lebih jauh.”“Aku mengerti,” jawab Kareena, suaranya terdengar ragu. “Tapi kamu harus bersabar. Prasetyo selalu keras kepala. Jika kamu terlalu memaksanya, dia akan semakin curiga.”Prasetyo menutup matanya rapat-rapat, berpura-pura tidur. Namun, kata-kata mereka menggema di kepalanya. Mengapa mereka begitu ngotot membuktikan sesuatu yang tidak terasa

    Huling Na-update : 2025-01-26
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Perang dimulai

    Malam itu, angin dingin menyusup ke lorong rumah sakit yang sunyi. Nathalia berhasil menyelinap masuk ke kamar Prasetyo, tapi perjuangan untuk menemui suaminya tidaklah mudah. Sebelumnya, Kareena, sang ibu mertua yang kini berubah menjadi duri dalam daging, selalu menemukan cara untuk menggagalkan setiap langkah Nathalia.Sejak awal Prasetyo dirawat, Nathalia tahu ia harus berjuang keras. Setiap kali ia datang ke rumah sakit, Kareena selalu hadir lebih dulu, seperti penjaga gerbang yang mustahil dilewati.“Kamu tidak berhak menemui Prasetyo,” kata Kareena suatu siang dengan nada dingin, saat Nathalia memohon untuk diizinkan bertemu suaminya.“Ibu, saya istrinya! Tolong, izinkan saya menemui dia. Dia butuh saya sekarang!” Nathalia menahan air matanya, mencoba menunjukkan keberaniannya.Namun Kareena hanya tersenyum tipis, tatapan matanya dingin. “Istri? Sejak kapan kamu benar-benar layak menjadi istrinya? Lihat dirimu sekarang—hanya penghalang untuk masa depan Pras. Samantha adalah pil

    Huling Na-update : 2025-01-26

Pinakabagong kabanata

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Final Chapter

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Rekonsiliasi

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Fear adn tears

    Di dalam mobil yang melaju cepat, Prasetyo menatap Arman dengan tajam. Napasnya berat, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Kebenaran yang baru saja diucapkan Arman masih menggema di kepalanya.“Aku mengkhianatimu,” ulang Arman, kali ini dengan suara lebih mantap. “Aku yang memberi informasi tentangmu kepada mereka.”Prasetyo mengepalkan tangan, menahan diri agar tidak melayangkan pukulan ke wajah pria di sebelahnya. Namun, bukan itu yang paling mengusiknya—melainkan kata ‘mereka’ yang diucapkan Arman.“Siapa ‘mereka’?”Arman mengalihkan pandangannya keluar jendela, lalu menghela napas. “Orang yang ingin kau lenyap dari garis keturunan Rahardjo. Mereka tidak mau kau kembali dan mengambil hak warismu.”Dira dan Rendra bertukar pandang. Sejak awal, mereka merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perebutan harta dalam kasus ini.“Apa ini ada hubungannya dengan keluargamu, Pras?” tanya Dira.Prasetyo mengangguk. “Aku meninggalkan semuanya bertahun-tahun lalu. Aku tidak peduli

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Bersatu kembali

    Di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota, Nathalia duduk di dekat jendela, menatap layar ponselnya dengan gelisah. Sudah lebih dari enam jam sejak terakhir kali Prasetyo mengirim pesan. Ia tahu pekerjaan suaminya penuh risiko, sering kali membuatnya terjaga semalaman. Tapi kali ini, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang lebih berbahaya dari sebelumnya.Ponselnya bergetar, membuatnya tersentak. Dengan cepat, ia meraihnya, berharap ada kabar dari Prasetyo. Namun, pesan yang muncul justru dari nomor tidak dikenal:"Dia dalam bahaya. Jika kau ingin menyelamatkannya, bersiaplah."Nathalia merasakan jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar saat membaca pesan itu berulang kali, mencoba mencari makna tersembunyi di baliknya. Ia ingin mengabaikannya, berpikir mungkin ini hanya trik seseorang yang ingin mempermainkannya. Namun, instingnya berkata lain.Ia mencoba menghubungi Prasetyo, tapi tak ada jawaban. Makin gelisah, Nathalia berdiri dan melangkah ke meja kec

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Genctatan senjata

    Prasetyo, Rendra, dan Dira duduk di dalam ruangan sempit dengan dinding bata yang mulai lapuk. Lampu redup dari ponsel mereka menjadi satu-satunya penerangan. Napas mereka masih tersengal setelah pelarian tadi."Apa yang kita dapatkan?" tanya Prasetyo, mencoba menenangkan diri.Dira menatap layar ponselnya dengan saksama. "File ini... sepertinya bukan hanya dokumen biasa. Ada video dan beberapa catatan transaksi mencurigakan. Ini bukan hanya tentang kita. Ini lebih besar dari yang kita kira."Rendra meremas rambutnya dengan frustrasi. "Sial. Ini bisa berarti kita mengejar sesuatu yang jauh lebih berbahaya."Sebelum mereka bisa membahas lebih lanjut, suara deru mobil mendekat. Prasetyo segera mematikan lampu ponselnya, memberi isyarat pada yang lain untuk diam. Mereka mengintip dari celah jendela yang tertutup tirai usang.Di luar, sebuah sedan hitam berhenti. Arman keluar dari dalam mobil, tangannya mengepal erat. Matanya menatap lurus ke arah bangunan tempat mereka bersembunyi."Arma

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Simpang jalan

    Prasetyo dan Rendra berjalan cepat di dalam terowongan sempit yang lembap. Cahaya remang-remang dari ponsel mereka menjadi satu-satunya sumber penerangan. Langkah kaki mereka menggema, menciptakan suasana yang semakin mencekam."Kita harus keluar dari sini secepatnya," bisik Rendra, suaranya terdengar tegang."Aku tahu. Tapi kita juga harus memastikan Dira bisa lolos," jawab Prasetyo, matanya terus mencari jalan keluar di ujung terowongan.Sementara itu, di dalam gudang, Dira terus mengetik dengan cepat, mencari celah dalam enkripsi flash drive tersebut. Wajahnya menegang saat mendengar suara pintu didobrak. Beberapa pria bersenjata masuk dengan langkah waspada."Di mana mereka?" bentak pria berkacamata hitam yang memimpin kelompok itu.Dira tetap tenang, meski jantungnya berdebar kencang. Ia berpura-pura tidak tahu apa-apa, mengangkat tangan seolah menyerah. "Aku sendirian. Mereka meninggalkan aku begitu saja."Pria berkacamata hitam itu menyipitkan mata, seakan menilai apakah Dira b

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Berakhirnya permainan

    Angin malam semakin menusuk saat Prasetyo dan Rendra menyusuri trotoar menuju lokasi yang disebutkan Dira. Jalanan lengang, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas, serta suara gemerisik daun yang tertiup angin. Keduanya berjalan dengan waspada, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan mereka tidak diikuti."Tempat biasa itu di mana?" tanya Rendra, suaranya sedikit bergetar."Gudang tua di belakang stasiun. Dira sering pakai tempat itu untuk urusan yang nggak mau dilihat banyak orang," jawab Prasetyo dengan nada rendah."Apa kita nggak masuk perangkap?"Prasetyo terdiam sejenak, tapi kemudian menggeleng. "Dira bukan tipe yang berkhianat. Kalau dia setuju untuk ketemu, berarti dia benar-benar mau membantu."Mereka tiba di sebuah gang sempit yang berujung pada bangunan tua dengan dinding kusam. Cahaya lampu neon di atas pintu berkedip lemah. Prasetyo mengetuk pintu besi tiga kali, lalu hening. Tak lama, suara gerendel terdengar, dan pintu terbuka sedikit."Masuk cepat," suara pe

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Berburu

    Hembusan angin malam terasa dingin saat Prasetyo dan Rendra menyusuri gang sempit, napas mereka masih tersengal setelah pelarian mendebarkan dari gudang. Lampu jalan yang temaram hanya memberikan sedikit penerangan, bayangan mereka memanjang di aspal yang basah."Kita harus cari tempat berlindung," ujar Rendra, suaranya rendah namun tegas.Prasetyo mengangguk. Mereka berdua tahu bahwa pria berkacamata hitam tidak akan menyerah begitu saja. Flash drive yang mereka bawa terlalu berharga, berisi sesuatu yang jelas ingin disembunyikan oleh pihak yang mengejar mereka.Mereka terus berlari, menyelinap di antara gang-gang gelap, sebelum akhirnya tiba di sebuah warung kopi 24 jam yang tampak sepi. Prasetyo mendorong pintu kaca, dan lonceng kecil berdenting pelan. Seorang pria paruh baya di balik meja kasir melirik mereka sekilas sebelum kembali menatap layar ponselnya.Mereka memilih meja di sudut ruangan, tempat di mana mereka bisa mengawasi pintu masuk dan keluar."Kita perlu tahu apa isi f

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   pertarungan

    SUV hitam itu berhenti tanpa suara, tapi Prasetyo dan Rendra tahu bahwa ancaman yang ada di dalamnya lebih berisik daripada yang terlihat. Pintu depan mobil terbuka, dan seorang pria berkacamata hitam melangkah keluar dengan tenang. Dari cara berjalannya, ia jelas bukan orang biasa."Mereka tidak akan menunggu lama sebelum masuk," bisik Rendra sambil merapat ke dinding.Prasetyo mengamati sekeliling, mencari kemungkinan jalan keluar lain. Gudang ini hanya memiliki satu pintu utama dan beberapa jendela kecil yang terlalu tinggi untuk dilalui dengan cepat. Jika mereka bertahan di sini, pertarungan tak terhindarkan.Suara pintu mobil lain terbuka. Dua pria berbadan besar keluar, masing-masing membawa sesuatu di balik jaket mereka. Prasetyo dan Rendra tidak perlu menunggu untuk tahu bahwa itu bukan sesuatu yang ramah."Kita harus ambil inisiatif duluan," bisik Prasetyo.Rendra mengangguk. "Aku akan ke sisi kiri, buat pengalihan. Begitu mereka masuk, kita buat mereka sibuk."Langkah kaki s

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status