All Chapters of Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal: Chapter 111 - Chapter 120

145 Chapters

Awan gelap

Pagi yang tenang di rumah sakit menjadi saksi atas rasa lega dan syukur Nathalia. Ia duduk di sisi tempat tidur Prasetyo, menggenggam tangannya yang dingin tetapi masih terasa hangat oleh kehidupan. Wajah lelaki itu terlihat tenang, meskipun monitor di samping tempat tidur menunjukkan tanda-tanda vital yang lemah. Ia belum sadarkan diri sejak insiden malam itu.Kilasan kejadian tersebut terus menghantui Nathalia. Arman, yang seharusnya sudah di bawah pengawasan polisi, entah bagaimana berhasil meloloskan diri. Dalam kekacauan itu, ia menyerang Prasetyo dengan brutal, memukul kepalanya dengan benda tumpul. Nathalia hanya bisa berteriak histeris saat melihat pria yang ia cintai terjatuh, darah mengalir dari luka di kepalanya.Polisi akhirnya menangkap Arman kembali, tetapi kerusakan telah terjadi. Prasetyo dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis, dan dokter segera memutuskan untuk melakukan operasi darurat guna mengurangi tekanan pada otaknya. Operasi itu berhasil menyelamatkan ny
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Perpisahan yang dipaksakan

Hari itu terasa lebih kelabu dari biasanya. Nathalia baru saja keluar dari ruangan Prasetyo ketika ia mendapati seseorang menunggunya di lorong rumah sakit. Ibu Arman berdiri di sana, dengan tatapan penuh amarah yang hanya bisa digambarkan sebagai dendam yang mengakar. Rambutnya tertata sempurna, tetapi wajahnya menunjukkan kelelahan emosional yang mendalam."Nathalia," suara Ibu Arman tajam seperti pisau, menusuk ketenangan tipis yang Nathalia coba pertahankan. "Kita perlu bicara."Nathalia menghela napas, mencoba tetap tenang meskipun hatinya mulai bergemuruh. "Ini bukan waktu yang tepat, Bu. Saya sedang—""Tidak ada waktu yang lebih tepat dari sekarang!" potong wanita itu. "Anak saya, Arman, berada dalam situasi ini karena kau! Hidupnya kacau sejak kau muncul dalam hidupnya."Nathalia menatap wanita itu, matanya mulai memanas oleh kemarahan yang ia tekan. "Bu, saya tahu Anda tidak pernah menyukai saya. Tapi apa yang terjadi pada Arman adalah hasil dari keputusan dan tindakannya sen
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Kehilangan yang tidak terduga

Malam itu, Nathalia kembali ke apartemennya dengan tubuh yang terasa seperti dipenuhi beban berlapis-lapis. Pertemuan dengan Ibu Arman terus berputar di kepalanya, seperti rekaman rusak yang enggan berhenti. Kata-kata wanita itu tidak hanya menusuk hatinya, tetapi juga mengguncang keyakinan Nathalia akan pilihannya sendiri. Namun, suara dering ponsel memecah lamunannya. Nama Akbar muncul di layar, dan Nathalia segera mengangkatnya. "Nathalia, Prasetyo sadar," kata Akbar di seberang dengan nada mendesak. Nathalia terdiam sesaat, tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. "Dia sadar? Aku akan ke sana sekarang!" Tanpa berpikir panjang, Nathalia langsung melesat ke rumah sakit. Saat ia tiba di kamar ICU, ia mendapati seorang perawat memeriksa kondisi Prasetyo, sementara dokter berbicara pelan dengan Akbar di sudut ruangan. "Pras..." Nathalia mendekat dengan langkah ragu. Ia melihat Prasetyo membuka matanya perlahan, matanya yang biasanya penuh kelembutan kini terlihat kosong. Ket
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

rencana baru

Kareena berdiri di sisi tempat tidur Prasetyo, menatap putranya yang terbaring dengan mata tertutup. Wajahnya yang tampak pucat kini terlihat sedikit lebih hidup, meski masih ada banyak hal yang harus diperjuangkan. Dia tahu, meskipun Prasetyo sudah sadar, masih banyak yang harus dihadapi, terutama setelah kejadian yang mengubah segalanya.Namun, di balik perasaan lega itu, ada rasa puas yang muncul. Prasetyo yang lupa ingatan berarti sebuah peluang. Sebuah kesempatan untuk mengatur ulang kehidupan yang telah kacau ini. Jika Prasetyo tidak ingat Nathalia—dan sepertinya ingatan itu tidak akan kembali dalam waktu dekat—maka ini adalah kesempatan bagi Kareena untuk memanipulasi situasi sesuai dengan keinginannya.Ponsel di tangan Kareena bergetar, menarik perhatiannya dari pemikiran yang mengganggu. Nama yang muncul di layar adalah Samantha."Sam," jawab Kareena, suaranya penuh dengan ketegasan. "Kamu harus datang ke rumah sakit sekarang. Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan."Samantha
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Simpul ingatan

Prasetyo membuka matanya perlahan, cahaya terang yang masuk ke ruangan rumah sakit membuatnya sedikit terkejut. Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya masih lemas, namun ada satu hal yang jelas—di hadapannya kini ada dua sosok yang memandangnya dengan intens.Yang pertama adalah seorang wanita yang ia kenal sebagai ibunya, Kareena, yang tampak cemas namun penuh perhatian. Di sampingnya, seorang wanita asing—bermuka tenang, dengan senyum yang agak dipaksakan, dan aura yang tidak bisa dijelaskan—berdiri dengan penuh percaya diri."Prasetyo, ini Samantha, istrimu," kata Kareena dengan suara lembut namun penuh makna. "Dia sedang mengandung anakmu."Samantha melangkah lebih dekat, menatap Prasetyo dengan senyum ramah, mencoba terlihat seolah-olah mereka sudah saling kenal lama. Namun, meski wajahnya terlihat ramah, ada sesuatu dalam matanya yang terasa asing bagi Prasetyo.Prasetyo mengerutkan kening, matanya bingung memandang wanita itu. Nama "Samantha" terdengar familiar di telinganya, tet
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Memanipulasi ingatan

Malam itu, di kamar rumah sakit yang kini senyap, Prasetyo berbaring dengan mata terbuka, menatap langit-langit. Samar-samar, ia mendengar suara detak mesin medis di sebelah tempat tidurnya. Kepalanya berdenyut pelan, bukan hanya karena rasa sakit akibat luka fisiknya, tetapi juga karena kekacauan pikirannya.Di sudut ruangan, Kareena dan Samantha berbicara pelan, tetapi tetap dalam jangkauan pendengaran Prasetyo. Meskipun ia berpura-pura tidak peduli, telinganya mendengar setiap kata.“Kita tidak punya banyak waktu,” bisik Samantha dengan nada tegas. “Dia harus percaya bahwa aku adalah istrinya sebelum dia mulai mempertanyakan segalanya lebih jauh.”“Aku mengerti,” jawab Kareena, suaranya terdengar ragu. “Tapi kamu harus bersabar. Prasetyo selalu keras kepala. Jika kamu terlalu memaksanya, dia akan semakin curiga.”Prasetyo menutup matanya rapat-rapat, berpura-pura tidur. Namun, kata-kata mereka menggema di kepalanya. Mengapa mereka begitu ngotot membuktikan sesuatu yang tidak terasa
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Perang dimulai

Malam itu, angin dingin menyusup ke lorong rumah sakit yang sunyi. Nathalia berhasil menyelinap masuk ke kamar Prasetyo, tapi perjuangan untuk menemui suaminya tidaklah mudah. Sebelumnya, Kareena, sang ibu mertua yang kini berubah menjadi duri dalam daging, selalu menemukan cara untuk menggagalkan setiap langkah Nathalia.Sejak awal Prasetyo dirawat, Nathalia tahu ia harus berjuang keras. Setiap kali ia datang ke rumah sakit, Kareena selalu hadir lebih dulu, seperti penjaga gerbang yang mustahil dilewati.“Kamu tidak berhak menemui Prasetyo,” kata Kareena suatu siang dengan nada dingin, saat Nathalia memohon untuk diizinkan bertemu suaminya.“Ibu, saya istrinya! Tolong, izinkan saya menemui dia. Dia butuh saya sekarang!” Nathalia menahan air matanya, mencoba menunjukkan keberaniannya.Namun Kareena hanya tersenyum tipis, tatapan matanya dingin. “Istri? Sejak kapan kamu benar-benar layak menjadi istrinya? Lihat dirimu sekarang—hanya penghalang untuk masa depan Pras. Samantha adalah pil
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Strategi prasetyo

Prasetyo membuka matanya di pagi yang baru, tapi seperti hari-hari sebelumnya, ada kekosongan yang menyelimuti pikirannya. Suara detak jam dinding dan langkah kaki para perawat di lorong rumah sakit terasa asing dan jauh. Di sisinya, Samantha sedang sibuk menyiapkan sarapan. Dengan senyuman yang selalu ia tunjukkan, wanita itu tampak ingin memastikan Prasetyo merasa nyaman.Namun kali ini, Prasetyo tidak lagi pasrah menerima semua yang dikatakan Samantha atau Kareena. Ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang membuatnya merasa harus lebih waspada. Ia memutuskan untuk tidak hanya mendengar, tapi juga mengamati setiap hal yang terjadi di sekitarnya."Sayang, aku bawakan bubur kesukaanmu," ujar Samantha ceria, menaruh mangkuk di meja kecil di samping tempat tidur. "Aku tahu kamu pasti butuh makanan yang lembut dulu."Prasetyo mengangguk, mencoba tersenyum, meski dalam hatinya ia terus mempertanyakan semua ini. "Terima kasih," jawabnya pendek, lalu mulai mengaduk bubur tanpa benar-benar b
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Mencari simpul ingatan

Prasetyo mulai menunjukkan sikap yang lebih kooperatif terhadap Samantha dan Kareena. Ia tidak lagi melontarkan pertanyaan-pertanyaan mencurigakan atau menunjukkan tanda-tanda keraguan yang mencolok. Samantha merasa lega, sementara Kareena bahkan mulai yakin bahwa rencana mereka telah membuahkan hasil. Bagi mereka, Prasetyo sudah mulai menerima kenyataan—atau setidaknya kenyataan yang mereka ciptakan.Namun, di balik sikap kooperatifnya, Prasetyo menyembunyikan rencana sendiri. Ia sadar, untuk mengetahui kebenaran, ia harus bermain dengan hati-hati. Jika terus melawan secara terang-terangan, ia hanya akan membuat Kareena dan Samantha semakin waspada.Beberapa hari menjelang kepulangan Prasetyo dari rumah sakit, Kareena mulai sibuk dengan rencana besar berikutnya. Di ruang kerja rumah mereka, ia berbicara dengan suaminya, Rahardian, sambil membolak-balik dokumen properti.“Kita tidak bisa membiarkan Prasetyo tinggal di rumah lamanya,” kata Kareena, suaranya tegas. “Ada terlalu banyak r
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Tekad akbar

Hari itu, suasana rumah baru Prasetyo terasa sedikit berbeda. Prasetyo duduk di ruang tamu, mencoba menikmati teh hangat yang disiapkan Samantha, tetapi pikirannya melayang-layang, mencoba menghubungkan potongan-potongan ingatan yang terasa seperti puzzle tanpa gambar.Ketika bel rumah berbunyi, Samantha bergegas membuka pintu. Di sana berdiri Akbar, kakak sepupu Samantha. Wajah pria itu tegas, tetapi matanya menunjukkan kelelahan yang mendalam—seolah-olah ia sudah terlalu sering menghadapi konflik yang tidak ada akhirnya."Akbar?" tanya Samantha dengan nada tajam, jelas terkejut melihat kedatangannya. "Kenapa kamu di sini?"“Aku datang untuk melihat Prasetyo,” jawab Akbar tenang, meski suaranya mengandung ketegasan yang sulit diabaikan. Ia melirik ke dalam rumah, mencari keberadaan Prasetyo. "Aku dengar dia sudah pulang dari rumah sakit."Samantha memblokir pintu dengan tubuhnya, memasang ekspresi dingin. “Dia sedang istirahat. Kamu tidak perlu masuk. Kalau ada yang ingin kamu bicara
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more
PREV
1
...
101112131415
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status