Semua Bab SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO: Bab 321 - Bab 330

357 Bab

Jantung Berdebar

Edward berusaha menampilkan ekspresi setenang mungkin meskipun dalam hatinya ia sudah mulai menyesali keputusannya datang ke apartemen ini. Seandainya ia tahu bahwa keluarga Rania akan ada di sini, ia pasti akan berpikir seribu kali sebelum melangkahkan kakinya ke tempat ini.“Iya, Pak Davin. Saya kebetulan bawakan makanan untuk Aurora,” jawab Edward dengan suara setenang mungkin.Aurora langsung mendelik ke arahnya dengan tatapan penuh peringatan. Seolah-olah memberi sinyal agar Edward tidak berani macam-macam atau menyebutkan alasan sebenarnya. Namun, Edward pura-pura tidak peduli. Jika Davin sampai tahu bahwa sebenarnya ia datang untuk menemui Rania, wajahnya bisa bonyok dalam hitungan detik.Ia melirik sekilas ke arah Davin yang sedang berdiri tegap di depannya. Pria itu memang sudah tidak muda lagi, tetapi tubuhnya masih kekar dan berisi, menunjukkan bahwa ia tetap menjaga kebugarannya. Bahkan di usia matang seperti sekarang, Davin tetap terlihat karismatik, sosok yang jelas tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Pembalasan Awal sang Sahabat

Langkah kaki gadis itu terdengar ringan saat ia berjalan menuju ruang tamu. Rania muncul dengan piyama tidur berbahan satin berwarna lembut yang membalut tubuhnya dengan nyaman. Rambut panjangnya yang biasanya terurai kini dikuncir tinggi dengan gaya bun yang membuat wajahnya tampak semakin segar dan manis.Dia sama sekali tidak heran kalau Edward terlihat dekat dengan sang Daddy. Beberapa hari sebelum ini Edward pernah cerita kalau dia sering ada pertemuan bisnis ataupun pertemuan sesama pengusaha hebat dan di dalamnya ada Davin dan Bram.Meski Edward memuji kehebatan sang Daddy, tetap saja itu tidak membuat Rania luluh dan memaafkan kesalahan yang pria itu buat.Edward yang tengah duduk dengan ekspresi tegang tanpa sadar mengangkat wajahnya, dan saat itu juga matanya membeku di tempat. Napasnya tercekat begitu saja.Rania terlihat begitu alami, tanpa riasan, tetapi tetap memesona. Tatapan polosnya, cara ia berjalan santai dengan ekspresi sedikit mengantuk—semuanya mengingatkannya pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Kami Tidak Sudi

Malam semakin larut ketika Edward akhirnya memutuskan untuk pamit. Sejujurnya, ia masih ingin berlama-lama, tetapi suasana di apartemen Rania terlalu menegangkan baginya. Terutama karena keberadaan Davin, Raka, dan Bram yang dari tadi terus mengamatinya dengan tatapan sulit ditebak. Ditambah lagi, Aurora yang berhasil mempermainkannya dengan jamu asin tadi semakin membuatnya ingin segera keluar dari tempat ini.Ia berdiri dari kursinya, membenahi jasnya, lalu tersenyum tipis. “Baiklah, saya pamit dulu. Terima kasih atas makan malamnya, Pak Davin, Bu Naura.”Naura tersenyum lembut. “Hati-hati di jalan, Pak Edward.”Davin yang duduk dengan Rania di pangkuannya menepuk bahu pria itu. “Jangan sungkan datang lagi. Kami di sini satu minggu ke depan. Justru bagus kalau sering main ke sini, siapa tahu bisa berbagi pengalaman bisnis dengan Rania dan calon pacar Pak Edward. Saya bantu deh biar Aurora mau.” Davin sengaja banget menggoda sahabat dari anaknya, hingga membuat gadis itu memperemut
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Terkhianati

Begitu Edward melangkah keluar dari apartemen, suasana kembali cair. Semua orang tampak lebih rileks, terutama Rania yang akhirnya bisa sepenuhnya menikmati waktu bersama keluarganya tanpa beban pikiran.Namun, tak butuh waktu lama sebelum kehebohan lain dimulai. Angelica, yang sejak tadi duduk manis di sofa, tiba-tiba melompat dan dengan nyaman mendudukkan diri di atas pangkuan Davin. Gadis remaja itu melingkarkan tangannya di leher sang Uncle dan menyandarkan kepalanya dengan manja.Rania yang melihatnya langsung berdecak sebal. Dengan cepat, ia menarik tangan Angelica, berniat menarik gadis itu dari pangkuan ayahnya. “Hei! Ngapain kamu ambil Daddy aku?” tanyanya dengan ekspresi pura-pura marah.Namun, Angelica tak kalah sigap. Ia malah mengeratkan pelukannya dan bersikap seakan tak mau berpisah dari sang Uncle kesayangan. Dengan wajah polosnya, ia menjawab, “Ini Daddy aku.”Davin tertawa kecil melihat interaksi kedua gadis yang sangat ia sayangi itu. Ia tahu Angelica memang memilik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Pria berduit

Begitu keluar dari apartemen Edward, Maria berjalan cepat menuju area parkir dengan wajah yang masih dipenuhi amarah. Napasnya memburu, dadanya naik turun menahan gejolak emosi yang masih membakar dalam dirinya. Langkahnya cepat, hampir berlari, dengan tumit sepatu yang beradu keras dengan lantai semen parkiran. Kepalanya penuh dengan kemarahan dan kekecewaan yang berputar-putar seperti pusaran angin.Begitu melihat mobil yang dikendarai Jeckie terparkir tidak jauh dari lobby, Maria segera membuka pintu dan masuk ke dalam tanpa berkata-kata. Tangannya mencengkeram gagang pintu dengan kuat, seakan melampiaskan emosinya pada benda mati itu. Pintu tertutup dengan suara keras, memantul di ruang sempit mobil, membuat Jeckie yang tengah menunggu di balik kemudi menoleh dengan alis terangkat."Kamu baik-baik saja, sayang?" tanyanya, meski jelas-jelas melihat wajah Maria yang merah karena emosi.Maria tidak langsung menjawab. Tangannya masih gemetar karena marah, dan napasnya masih tidak tera
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Hamil?

Maria menatap layar ponselnya dengan kening berkerut. Beberapa kali ia mencoba menghubungi Jackie, tetapi panggilan itu selalu berujung pada suara operator yang mengatakan bahwa ponsel pria itu tidak aktif.“Sial,” gumamnya pelan.Setelah percakapannya dengan Michella yang berjalan sesuai rencana, Maria sebenarnya ingin kembali ke vila untuk menemui Jackie. Namun, kenyataan bahwa pria itu sulit dihubungi membuatnya merasa tidak tenang.Tanpa pikir panjang, Maria mengambil kunci mobilnya dan melesat keluar rumah. Jalanan malam cukup lengang, membuatnya bisa melaju dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan tentang keberadaan Jackie.Sesampainya di vila, ia langsung turun dari mobil dan berjalan cepat menuju penjaga yang sedang berjaga di depan pintu gerbang.“Jackie sudah pulang?” tanyanya langsung, suaranya terdengar tegas.Penjaga itu tampak sedikit ragu sebelum menjawab. “Maaf, Nona, Tuan Jackie belum kembali ke vila sejak tadi malam.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Dokter Kandungan

Napasnya memburu. Tangannya mencengkeram ponsel begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Hamil? Tidak mungkin. Itu pasti hanya dugaan Aurora. Tapi bagaimana kalau benar?Edward menelan ludah, matanya terpaku pada layar ponselnya seakan berharap pesan itu akan berubah atau menghilang begitu saja. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya, meskipun AC di ruangannya menyala cukup dingin. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya, menyesakkan dadanya dengan gelombang kecemasan yang tak bisa ia kendalikan.Tidak. Ini tidak boleh terjadi.Bayangan malam itu kembali berputar di kepalanya—tatapan kosong Rania, tubuh lemasnya yang tak berdaya, dan kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Rasa sesal yang selama ini menghantuinya kini menjelma menjadi ketakutan nyata. Jika Rania benar-benar hamil... maka hidupnya tidak akan pernah sama lagi.Sebuah ketukan di pintu membuyarkan pikirannya. Tanpa menunggu jawaban, pintu terbuka, dan William, asistennya, masuk dengan be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Kenapa Rasanya Sesakit Ini

"Sekarang, ceritakan padaku apa yang terjadi dengan Rania!” tanya Raka, menatap tajam ke arah sahabat adik kembarnya.Tatapan matanya menusuk, seolah ingin menggali kebenaran dari dalam diri Aurora. Ia berdiri dengan tubuh menegang, menunjukkan betapa seriusnya ia ingin mendapatkan jawaban. Napasnya sedikit memburu, dadanya naik turun menahan emosi yang terus berkecamuk. Ia tidak akan membiarkan siapa pun berbohong atau menyembunyikan sesuatu darinya.Raka sangat yakin Aurora mengetahui sesuatu, dan sakitnya Rania pasti bukan sakit biasa. Meski dirinya seorang laki-laki, ia tahu gerak-gerik Rania sangat berbeda dari biasanya. Itu membuatnya mencurigai bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi pada sang adik kembar selama di London. Setiap detail kecil perubahan sikap Rania terekam jelas dalam ingatannya—sorot mata yang kosong, tubuh yang terlihat lebih lemah, dan seringnya Rania menghindari tatapan orang lain."Jujur, sebenarnya aku tidak tahu apa-apa, dan aku baru mengetahui cerita yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Tak Melawan

Setelah beberapa saat duduk dalam diam di bangku rumah sakit, Davin, Bram, dan Raka masih belum berbicara satu sama lain. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya yang penuh gejolak. Hati mereka masih sulit menerima kenyataan bahwa Rania, gadis yang mereka cintai dan lindungi, kini mengandung di usianya yang masih sangat muda.Davin menunduk dalam, tangannya terkepal di atas pahanya. Perasaan marah, kecewa, dan hancur bercampur menjadi satu. Ia merasa gagal sebagai seorang ayah. Sejak kecil, Rania ia besarkan dengan kasih sayang dan perlindungan penuh. Ia bahkan memberikan kebebasan pada putrinya untuk mengejar impiannya di London karena ia percaya bahwa Rania bisa menjaga dirinya sendiri. Namun, kenyataan yang terjadi justru begitu menyakitkan.Bram, yang duduk di sampingnya, masih berusaha mencerna semua ini. Rahangnya mengatup keras, matanya tajam menatap lantai. Meski ia bukan ayah kandung Rania, tapi ia sudah menganggap gadis itu seperti putrinya sendiri. Dan sekarang, gadis keci
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Tak Diangkat

"Maaf, Tuan. Aurora tidak mengangkat teleponnya," ucap William di samping ranjang pasien sang atasan. Suasana Ruang rumah sakit terasa begitu sunyi. Hanya terdengar suara alat-alat medis yang terus berbunyi monoton, seakan menjadi latar belakang dari percakapan yang tengah berlangsung. Bau antiseptik memenuhi ruangan, memberikan kesan dingin dan kaku. William menatap Edward dengan raut wajah khawatir. Pria itu terbaring lemah, wajahnya penuh luka lebam dengan beberapa bagian bengkak, terutama di sekitar mata dan pipi. Jahitan di dahinya masih baru, sedikit merah dan tampak masih nyeri jika tersentuh. Sementara itu, kaki kirinya digips, menjadi bukti bahwa luka yang ia derita tidaklah ringan. Meski dalam kondisi mengenaskan seperti ini, Edward justru tersenyum kecil. Matanya berbinar meski tampak kelelahan. William dapat melihat kilatan kebahagiaan yang jelas di sorot mata majikannya, seakan rasa sakit yang dirasakan tidak ada artinya dibandingkan dengan kabar yang baru saja ia terima
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
313233343536
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status