Semua Bab SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO: Bab 301 - Bab 310

357 Bab

Mengabulkan Permintaan Istri

Davin menyandarkan tubuhnya di kursi, tatapannya tidak lepas dari wajah istrinya. Senyum lembut menghiasi bibirnya, penuh dengan kasih sayang dan ketulusan. Hari ini adalah hari yang spesial—ulang tahun pernikahan mereka yang ke sekian. Sudah menjadi tradisi setiap tahunnya, Davin selalu memberikan satu janji kepada Naura, janji yang akan ia tepati tanpa syarat, apa pun permintaannya.Restoran tempat mereka berada memiliki suasana yang nyaman. Tidak ada dekorasi berlebihan, hanya kebersamaan yang hangat. Raka dan Rania duduk di sisi mereka, menikmati makanan sambil sesekali bercanda satu sama lain. Beberapa anggota tim Abimanyu Group juga ikut dalam makan siang ini, tetapi mereka sibuk dengan percakapan sendiri, memberi ruang bagi keluarga kecil ini untuk menikmati momen mereka.Davin menggenggam tangan Naura dengan lembut, ibu jarinya mengusap punggung tangan istrinya dengan penuh perhatian. Ia bisa merasakan betapa tangan itu sedikit dingin, pertanda bahwa Naura sedang gugup."Katak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Haru

Suasana makan siang terasa hangat dan penuh canda tawa. Raka menyuap makanannya dengan santai sebelum akhirnya menoleh ke arah Bram dan bertanya, "Emangnya kamu sudah bosan belajar dari rumah?"Bram tertawa kecil melihat ekspresi keponakannya yang tampak bosan. "Hmmm, bener banget, Uncle. Aka bosan belajar dari rumah, tapi Aka dan Nia gak mau jauh dari Mommy," jawabnya polos.Naura tersenyum mendengar jawaban itu. Ia menatap kedua anaknya dengan penuh kasih sayang sebelum menggoda mereka, "Berarti kalian tidak ikhlas temenin Mommy di sini."Raka dan Rania spontan bangkit dari kursinya, lalu memeluk sang Mommy dengan erat. "Kami sayang banget sama Mommy! Pokoknya semuanya, Mommy yang utama!" ujar mereka serempak, lalu mencium pipi Naura secara bersamaan—Raka dari sisi kanan, Rania dari sisi kiri.Davin, yang sejak tadi menikmati kebersamaan mereka, langsung menggeleng sambil tertawa. "Udah, udah! Ih, kalian ganggu aja. Sana duduk di meja kalian! Daddy masih mau sayang-sayangan dengan i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Pembeli

Malam semakin larut, tetapi suasana di tempat hiburan malam milik Bram justru semakin ramai. Dari lantai dua, melalui dinding kaca yang membentang luas, Bram bisa melihat kerumunan pengunjung yang menikmati malam mereka di lantai dansa. Musik berdentum keras, memantul di setiap sudut ruangan, berpadu dengan gemerlap lampu warna-warni yang berputar mengikuti irama. Beberapa orang terlihat bercengkerama di bar, menikmati minuman mereka sambil tertawa lepas.Namun, Bram tidak tertarik dengan semua itu malam ini. Fokusnya sepenuhnya tertuju pada layar laptop di depannya. Ia sudah seharian mengurus permintaan Davin untuk menjual rumah yang mereka tempati sementara. Beberapa agen properti telah ia hubungi, begitu juga dengan beberapa klien potensial yang mungkin tertarik. Namun, sejauh ini belum ada yang memberikan penawaran serius.Ia menghela napas, meregangkan bahunya yang sedikit tegang. Di tangannya, sebuah gelas kristal berisi bourbon tergenggam erat. Ia mengangkatnya, menyesap sediki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Berkemas

Pagi itu, tepat pukul 09.00, deru mesin mobil terdengar mendekat ke halaman rumah yang akan segera dijual. Davin dan Bram berdiri di teras, menunggu kedatangan calon pembeli yang telah mereka sepakati sejak malam sebelumnya. Beberapa mobil mewah berhenti rapi di depan rumah, menandakan bahwa tamu mereka bukanlah orang sembarangan.Pintu mobil utama terbuka, dan Antonio melangkah keluar dengan penuh percaya diri. Ia mengenakan setelan jas hitam yang rapi, seolah mencerminkan statusnya sebagai pengusaha sukses. Di belakangnya, dua pria bertubuh tegap mengikuti dengan sikap waspada—jelas mereka adalah pengawal pribadinya.Davin tersenyum tipis dan melangkah maju untuk menyambut tamunya. "Antonio, selamat datang," sapanya dengan nada ramah, namun tetap profesional.Antonio membalas senyuman itu sambil mengulurkan tangan. "Senang akhirnya bisa melihat rumah ini secara langsung. Dari foto-foto yang dikirimkan Bram, kelihatannya cukup menarik."Bram, yang berdiri di samping Davin, ikut menya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Terkejut

Dua hari berlalu dengan cepat. Rumah yang selama ini mereka tempati kini tak lagi terasa sama. Sejak pagi, semua orang disibukkan dengan persiapan akhir sebelum benar-benar meninggalkan tempat itu.Di ruang tengah, koper-koper besar berjejer rapi, menunggu untuk dimasukkan ke dalam mobil. Beberapa kardus berisi barang pribadi masih terbuka, menunggu pengecekan terakhir. Raka dan Rania berlarian ke sana kemari, memastikan tidak ada barang yang tertinggal.Naura duduk di kursi roda di dekat sofa, mengawasi mereka semua dengan perasaan campur aduk. Baginya, tempat ini menyimpan banyak kenangan, meskipun ia tak ingin tinggal lebih lama. Keinginannya untuk pulang ke Sun City jauh lebih besar dibandingkan perasaan nostalgia yang muncul sesaat.Raka menghampiri adiknya sambil membawa tas ranselnya. “Rania, kamu sudah periksa kamar kita?” tanyanya.Rania mengangguk, tetapi raut wajahnya terlihat ragu. “Sudah, Kak. Tapi aku masih merasa seperti ada yang kurang. Aku takut ada yang ketinggalan.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

24 Jam

Suasana di ruang tamu mendadak berubah mencekam. Antonio berdiri dengan ekspresi dingin, matanya menatap lurus ke arah Penelope yang masih berusaha menyembunyikan kegugupannya. Namun, Antonio bukan pria bodoh. Dia bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah Penelope yang semula angkuh kini sedikit berubah tegang.“Aku punya semua bukti, Penelope.” Suara Antonio terdengar tajam dan penuh tekanan. “Bukti bahwa kamulah dalang dari kematian kakakku. Kamu juga yang merancang pembunuhanku.”Penelope yang semula tegang, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Tawanya terdengar nyaring, memenuhi ruangan yang kini terasa semakin pengap. Ia menatap Antonio dengan sinis, seolah menertawakan tuduhan pria itu.“Kamu pikir aku akan ketakutan hanya karena omong kosongmu itu?” ejeknya. “Antonio, kamu itu sudah mati! Aku sendiri yang memastikan kematianmu. Jadi, bagaimana mungkin kamu bisa ada di sini dan menuduhku?”Antonio tidak bereaksi terhadap tawa atau ejekan Penelope. Ia tetap berdiri tegak, mengamati
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Karma

Di dalam kamar mewahnya di lantai dua, Penelope berjalan mondar-mandir dengan wajah penuh amarah. Tangannya mengepal erat, kukunya yang tajam hampir menembus telapak tangannya sendiri. Nafasnya tersengal, dadanya naik-turun dengan emosi yang meluap-luap.Fernando dan beberapa anak buahnya masih berada di bawah, menyusun rencana untuk menyingkirkan Antonio. Namun, Penelope tak bisa duduk diam. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut, tapi karena kemarahan yang membara."Bagaimana bisa dia masih hidup?" gumamnya geram. "Dan sekarang dia punya bukti? Omong kosong! Aku harus bertindak sebelum dia menjebakku!"Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa dekat jendela besar, mengatur napasnya yang memburu. Matanya menatap tajam ke luar jendela, mengamati lingkungan sekitar rumahnya dengan curiga. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres.Tiba-tiba—Suara deru kendaraan terdengar dari kejauhan. Bukan hanya satu atau dua, tapi banyak.BRMMM! BRMMM!Tatapan Penelope langsung tajam. Ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Minta Dijemput

Davin sedang duduk di kursi kebesarannya di ruang kerja yang megah. Cahaya matahari siang menuju sore masuk melalui jendela besar di belakangnya, menerangi meja kerja yang penuh dengan dokumen dan laptop yang masih menyala. Di tangannya masih tergenggam ponsel, panggilan dari orang kepercayaan Antonio baru saja berakhir.Wajahnya tenang, tetapi pikirannya masih mencerna kabar yang baru saja diterimanya. Penelope, wanita yang pernah menjadi klien bisnisnya, akhirnya dijatuhi hukuman seumur hidup. Berita itu seharusnya sudah bisa diprediksi sejak lama, mengingat semua bukti yang dikumpulkan Antonio sangat kuat. Namun, tetap saja, mendengar vonis itu secara langsung memberi kesan tersendiri.Di seberangnya, Bram duduk dengan santai di sofa, satu kaki disilangkan di atas kaki lainnya. Tangannya memegang secangkir kopi yang sudah mulai mendingin. Melihat ekspresi Davin, ia tahu sesuatu yang besar baru saja terjadi."Jadi gimana?" tanya Bram, menurunkan cangkirnya ke meja.Bram bener-bener
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Kejutan Terindah

Davin menghela napas panjang sebelum meraih pena di tangannya. Beberapa dokumen masih menunggu tanda tangannya. Sejak pagi, ia sudah disibukkan dengan rapat dan diskusi proyek, tetapi pekerjaannya belum selesai.Hari ini terasa lebih melelahkan dari biasanya. Ada rasa lelah yang aneh, tapi ia tak tahu penyebabnya. Ia hanya ingin segera menyelesaikan semuanya dan menjemput Raka serta Rania.Ponselnya bergetar lagi. Sebuah pesan masuk."Daddy harus jemput sendiri! Harus! Jangan pakai sopir!"Davin tersenyum tipis. Kedua anaknya sedang manja hari ini. Biasanya, mereka tidak sekeras ini meminta diantar-jemput, tapi kalau sudah punya kemauan, tidak ada yang bisa mengubahnya.Dengan semangat menggebu, Davin menyelesaikan tanda tangan terakhirnya. Ia merapikan dokumen, lalu berdiri. Begitu keluar dari ruangannya, ia melirik ke arah meja kerja Bram. Kosong.Tumben, Bram nggak pamit…Biasanya, Bram selalu berpamitan sebelum pulang lebih dulu. Tapi mungkin ada urusan lain. Tanpa berpikir lebih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Perawan

Beberapa tahun kemudian, Raka dan Rania telah berusia 20 tahun. Raka memilih menempuh pendidikan di Amerika Serikat dengan jurusan bisnis, karena sebagai satu-satunya ahli waris Davin, ia harus mempersiapkan diri untuk menggantikan sang ayah kelak. Lidya dan Bagas juga sudah memiliki anak berusia 10 tahun. Namun Lidya tetap menjadi pengasuh Angelica meski gadis itu sudah memasuki remaja. Bram memutuskan untuk tidak menikah lagi. Dia sudah cukup bahagia hidup berdua bersama buah hatinya. Sementara Bagas dan Lidya masih tinggal di kediaman Bram, karena Lidya sendiri pun tidak bisa berjauhan dari Angelica yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri.Sementara itu, Rania memilih bersekolah di London, mengambil jurusan desain. Cita-citanya jelas—ia ingin memiliki butik sendiri dengan desain hasil karyanya sendiri.Awalnya, keputusan ini sempat ditentang oleh kedua orang tua mereka. Davin dan Naura merasa berat hati membiarkan anak kembar mereka hidup terpisah di luar negeri. Namun, keing
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2930313233
...
36
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status