Di atas altar yang dipenuhi bunga, Albert dengan gagah mengucapkan janji suci, menatap lurus ke arah Dilara yang masih terisak. Air mata Dilara mengalir deras, jantungnya berdebar keras, mencintai David tapi merasa terkhianati. Ia tidak percaya bahwa David, suaminya, bisa menjualnya demi uang. Bagi Dilara, itu adalah hal yang mustahil karena cinta David yang selalu hangat dan tulus. Bahkan untuk masalah harta, sungguh sebuah alasan yang tidak masuk diakal juga. Dilara mencoba menenangkan diri, berusaha menguasai emosi yang bergejolak. Ia yang duduk di kursi roda, tangan gemetar memegang buket bunga. Tiba-tiba, suara ledakan bom terdengar memecah keheningan, membuat kursi roda yang membawanya sedikit bergoyang. Mata Dilara memandang sekitar, penuh harap, "Apakah itu David?" Suara itu membangkitkan keberanian dalam diri Dilara. Sekalipun tubuhnya tidak bisa bergerak bebas, hatinya menggebu. Ledakan itu seperti memberinya isyarat bahwa David belum menyera
Last Updated : 2025-03-18 Read more