Semua Bab Ibu Susu Bayi Mafia Kejam: Bab 101 - Bab 110

122 Bab

bab 101

Cahaya pagi yang menyelinap lewat tirai kamar pengantin menerangi wajah Dilara yang kelelahan namun tetap memancarkan kecantikan yang tak terbantahkan. David dengan lembut mengelus rambut panjang Dilara, matanya menatap dalam ke dalam mata istrinya yang sembab. "Dilara, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu kelelahan," kata David dengan suara rendah penuh penyesalan. Dilara menghela napas, mencoba tersenyum meski tubuhnya terasa remuk. "David, aku tahu kamu telah menantikan malam ini sejak lama," Dilara berbisik, tangannya yang halus menyentuh wajah David. "Tapi, tolong ingat tentang kehadiran kecil di dalam perutku. Dia juga merasakan apa yang aku rasakan." David mengangguk, rasa bersalah menggelayuti hatinya. Dia duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Dilara. "Aku berjanji akan lebih berhati-hati, cinta. Kesehatanmu dan bayi kita adalah prioritasku," ucapnya, mencium kening Dilara dengan penuh kasih. Dilara menggenggam balik tangan David, matanya berk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

bab 102

Satu jam pun berlalu, Ditya masih mondar-mandir didepan kamar Dilara. "Kenapa Dilara gak buruan keluar?" gerutu Ditya dengan wajah kesal. Lantas dengan ekspresi wajah tidak sabar, Ditya terlihat mengetuk pintu lagi. Sementara itu didalam kamar, Dilara yang sudah memakai dress-nya, berajalan ke arah pintu. Dia terlihat buru-buru karena sedari tadi, kakeknya nampak tidak sabar dan terus menerus mengetuk pintu kamarnya. Dilara memutar kedua bola matanya keatas, saat melihat ke arah kakinya. David masih memegang kaki Dilara, matanya memandang Dilara dengan pandangan yang memelas, seolah mengemis agar Dilara tidak pergi. Wajahnya yang biasanya tegar dan penuh wibawa, kini terlihat lemah dan hampir seperti anak kecil yang takut kehilangan mainannya. Dilara menatap suaminya itu, sejenak merasa bingung dengan perubahan sikap David yang drastis. Dari mafia yang dikenal kejam dan tak tergoyahkan, kini berubah menjadi suami yang terlihat rapuh hanya karena tak ingin mak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

bab 103

Ruang kerja kakek Dilara berubah menjadi lautan bunga mawar merah yang menyegarkan mata. Meja kayu antik yang biasanya berantakan dengan dokumen dan pena sekarang telah ditata dengan set meja makan lengkap untuk dua orang. Lilin beraroma vanila menyala lembut di tengah meja, menambah suasana yang hangat dan romantis. Dilara tercengang memandang sekeliling, matanya membulat tak percaya. "Kakek, kenapa kita akan makan siang romantis? Katanya mau bahas perusahaan," keluhnya, suaranya terdengar kecewa dan bingung. Kakek Dilara tersenyum lembut, matanya menatap Dilara dengan kasih sayang yang mendalam. "Dilara, kita baru beberapa bulan bertemu lagi setelah sangat lama terpisah. Setelah meninggalnya kedua orang tuamu, hanya kamu yang kakek punya. Kakek sekali-kali ingin makan siang denganmu, meluangkan waktu berdua, seperti dulu ketika kamu masih kecil," ujarnya, suaranya bergetar sedikit karena emosi. Dilara merasa hatinya hangat, mengingat kembali masa-masa ketika dia ser
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

bab 104

Laras memang sengaja datang ke perusahaan milik David, untuk mengantar kakak kandung Keira. Laras sudah bersumpah, tidak akan pernah membiarkan David maupun Dilara bahagia. "Lihatlah Dilara! Aku jamin, kebahagiaan mu itu tidak akan pernah bertahan lama," gumam Laras, kedua sudut bibirnya terangkat. Laras malah memikirkan satu ide, ide untuk mendekati Ditya. "Walaupun tua gak masalah, yang penting kaya dan juga masih tampan." Laras akui, sekarang cintanya untuk Daniel masih dalam. Tapi, dia lebih mencintai nyawanya sendiri. Jika Ditya berhasil masuk ke dalam perangkapnya, dia bisa pensiun menjadi seorang pembantu. Karena bekerja sebagai pembantu itu sangat melelahkan. Sementara kakak Keira yaitu Kinan sedang berbicara dengan asisten pribadi Daniel dengan intens. "Nona, saya benar-benar minta maaf! Atasan saya sedang cuti, sekarang tidak bisa membantu Anda ... Besok Anda bisa datang kembali kalau ingin menemui atasan saya," jelas asisten pribadi Daniel dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

bab 105

Wajah David terlihat sangat masam. Hasratnya yang sebelumnya bangkit sekarang lenyap begitu saja. "David, tenanglah! Kakek hanya meminta kita untuk keluar makan malam bersama," kata Dilara mencoba merayu suaminya. Dia berharap amarah suaminya bisa mereda. Dilara menggigit bibir bawahnya. Dia yang hamil sebenarnya lebih senang melakukan hubungan seksual. Tapi kalau sudah begini apakah David masih mau untuk melanjutkan. David terlihat seperti anak kecil yang merajuk. Dia menghentak- hentakkan kakinya lalu memakai bajunya yang sempat terlepas. "David jangan marah okey, nanti aku akan bilang ke kakek, agar kita pindah saja ke rumah mu," kata Dilara. Dia juga memakai bajunya itu terburu-buru. Sebuah senyuman bahagia nampak tersungging di bibir David. "Benarkah?" Tanya David dengan wajah senang, dia bertanya lagi untuk memastikan. Dilara mengangguk, namun sorot mata keraguan tidak bisa dihilangkan begitu saja. David yang bisa melihat keraguan dari kedua b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

bab 106

Di ruang makan sekarang ini, David hanya bisa memutar bola matanya dengan jengah. Di ruang makan yang dipenuhi aroma masakan hangat, suasana menjadi tegang. David, yang duduk di ujung meja, merasakan iri yang mendalam melihat Dilara melayani kakek Ditya dengan penuh perhatian. Rasa kesalnya semakin memuncak saat melihat senyum manja yang Dilara berikan pada kakek tua itu. Tapi justru dirinya malah diabaikan oleh Dilara. "Dilara, aku juga ingin kamu layani. Bagaimana pun juga, sekarang ini aku juga suamimu. Bukan hanya kakek Ditya saja yang kamu ambilkan lauk. Aku juga ingin," ucap David dengan nada suara yang terdengar memelas namun kesal. Matanya menatap tajam ke arah Ditya, yang hanya membalas dengan senyuman mengejek. Sementara itu, Dilara yang mendengar keluhan David, menoleh dengan wajah kesal. "Apa kamu hak punya tangan dan kaki? Harusnya kamu itu bisa mengambil lauk mu sendiri," kata Dilara. "Lah kakek Ditya juga punya tangan dan kaki, kenapa dia gak meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

bab 107

David berjalan mondar-mandir di dalam kamar, matanya tak lepas dari jarum jam yang terus bergerak. Bibirnya mengatup, tanda kekesalannya tak tertahankan lagi. “Sudah dua jam lebih Dilara di ruang kerja kakeknya. Apa sih yang sebenarnya ingin dikatakan kakek tua itu? Selalu saja mengganggu!” gumamnya dengan nada kesal yang terbungkus kegelisahan. Detik berganti menit, David terus melangkah gelisah, hingga suara pintu terbuka memecah kesunyian. Dengan gerak cepat, dia langsung merebahkan dirinya ke kasur, memalingkan muka ke arah dinding, berpura-pura tenggelam dalam tidur yang dalam. Dilara memasuki kamar, napasnya terengah-engah, “David, jangan marah ya. Kakek sudah aku bilangin!” ucapnya dengan suara lembut, berusaha menenangkan. Namun, David tetap diam, tak bergeming, mempertahankan pura-pura tidurnya sambil menahan rasa frustrasi yang mendalam. Dilara mendekat, duduk di tepi kasur, mengusap lembut punggung David yang menghadap darinya, berharap dapat meredakan ket
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

bab 108

Keesokan paginya. Cahaya matahari menyelinap masuk melalui celah jendela, menari-nari di atas wajah Etnan yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Tangisan Devandra yang tajam dan terus-menerus sepanjang malam membuat tidurnya yang sudah penuh dengan mimpi buruk menjadi semakin terganggu. Meski tubuhnya penuh dengan selang infus dan Devandra yang baru berumur enam bulan terjaga di box bayi yang dijaga suster, suara tangisan itu seperti jarum yang menusuk-nusuk ke dalam otaknya. "Etnan, bangun. Karena aku sudah menyelamatkanmu, aku ingin membuat kesepakatan denganmu," suara wanita itu terdengar begitu akrab di telinganya. Perlahan, Etnan membuka matanya yang berat. Wajah Laras, wanita yang pernah sangat dekat dengannya, perlahan menguat dalam pandangannya yang masih kabur. "Laras," desahnya dengan suara serak, nama itu terasa asing namun begitu familiar di lidahnya. Tubuh Etnan terasa seperti terikat ketat oleh rasa sakit dan kelelahan, tetapi kedatangan La
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

bab 109

Matahari pagi baru saja memulai sinarnya yang hangat, menyinari ruangan tidur David dan Dilara. Dengan lembut, cahaya pagi itu mengelus-elus wajah mereka yang masih terlelap dalam dekapan. Namun, kenyamanan itu segera terganggu ketika Dilara mulai merasa gerah dengan sikap David yang terlalu posesif. "Dilara, kenapa harus keburu pagi? Aku masih belum puas berduaan denganmu!" keluh David dengan nada kesal, raut wajahnya memperlihatkan kekecewaan yang mendalam. Napasnya terdengar berat, seolah menahan rasa frustrasi yang menggebu. Dilara hanya bisa memutar kedua bola matanya dengan jengah. Merasa sikap David yang dulunya dingin menyeramkan sekarang berubah kekanak-kanakan. "David, semalaman aku sampai tidur hanya sebentar buat nemenin kamu, bahkan menuruti semua yang kamu inginkan. Kok malah bilang begitu," tegur Dilara. David diam dan malah mempererat pelukannya, seakan tak ingin melepaskan Dilara sedetik pun. Tangan besarnya yang hangat itu menyelimuti tubuh ram
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Bab 110

"Kamu yakin?" Tanya Dilara dengan tatapan penuh selidik. David mengangguk patuh. "Kamu mendingan mandi dulu gih, nanti kita sarapan bareng!" titah David, wajah dan suaranya nampak normal. Dilara nampak mengernyit, dia yang ingin bertanya lebih lanjut memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi. Mengingat sekarang jamnya sudah mepet, waktunya berangkat kerja. "Okey," sahut Dilara patuh dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sementara David sendiri buru-buru mengirimkan pesan kepada Esti. Sekarang diruang makan Suasana di ruang makan pagi itu sungguh berbeda dari biasanya. Jika sebelumnya David sering kali merasa cemburu terhadap interaksi hangat antara istrinya, Dilara, dengan kakek Ditya—yang kerap kali memicu pertengkaran di antara mereka—kali ini ia tampak tenang dan terkendali. Sambil menyantap sarapannya, David memperhatikan dengan rasa puas bagaimana Dilara dengan lembut melayani sang kakek, menyuguhkan teh dan roti bakar. Sekarang banyak sekali pikiran
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status