Air mata mengalir deras di koridor rumah sakit, memecah kesunyian yang sesekali terganggu oleh langkah kaki yang tergesa-gesa. Peti mati putih berada di tengah ruangan, di dalamnya terbaring Esti yang wajahnya tampak damai meski pucat. Indira, dengan tangan gemetar, membuka sebuah amplop yang lusuh, bahkan ada noda darah yang mengering. Suara Indira bergetar saat ia mulai membacakan isi surat tersebut, "David, sejak pertama bertemu, hatiku telah memilihmu. Cinta ini tumbuh tanpa ku pinta, mengakar dalam diam, menyubur dalam senyumu yang lembut. Aku tahu, hatimu milik Dilara, dan itu tidak pernah membuatku berharap lebih. Aku mencintaimu dalam diam, mencintaimu dalam doaku, mencintaimu tanpa pernah kau tahu. Sekarang, saat aku tidak lagi bisa bernapas di dunia ini, izinkanlah aku memberikan bagian terakhir dari diriku untukmu, melalui sumbangan organ ini. Semoga ini bisa menjadi bukti cintaku yang murni, cinta yang tidak pernah meminta balasan. Terima kasih telah menjadi cahay
Last Updated : 2025-04-17 Read more