Semua Bab Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan: Bab 341 - Bab 350

385 Bab

Part 341

Rajendra membeku di tempatnya. Sedangkan tangan dokter masih terulur di udara untuk memberi selamat padanya.Erwin menyikut tangan Rajendra. "Ndra, dokter ngasih selamat tuh."Barulah Rajendra menyambut tangan dokter."Terima kasih, Dok, tapi bagaimana bisa istri saya hamil, Dok?"Dokter tersenyum geli mendengar pertanyaan Rajendra yang terdengar tidak masuk akal. "Tentu saja karena hubungan suami istri, Pak Rajendra".Rajendra masih tampak syok sementara Erwin justru terkekeh. "Masa kamu lupa cara kerja kehamilan?" godanya."Bukan begitu, Pi." Rajendra menghela napas panjang, berusaha memahami situasi ini dengan kondisi Livia sekarang dengan amnesianya. Dokter kemudian menerangkan. "Kehamilan ini mungkin terjadi sebelum ingatannya terganggu, Pak. Dan saya pikir itu juga bisa menjadi faktor tambahan kenapa dia mengalami stres dan pingsan. Perubahan hormon di awal kehamilan seringkali membuat kondisi emosional ibu menjadi lebih sensitif.Rajendra menatap Livia yang masih terbaring di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Part 342

"Kamu istirahat ya, jangan banyak pikiran dulu," kata Rajendra sambil membantu Livia berbaring ketika mereka tiba di rumah.Livia tidak berkata apa-apa tapi air mata terus menetes membasahi pipinya. Tangisan Livia membuat Rajendra jadi khawatir. Ia genggam tangan istrinya sementara tangannya yang lain menghapus air mata Livia. "Coba cerita sama aku apa yang bikin kamu nangis gini?" ujarnya lembut."Aku takut," lirih Livia."Takut apa?"Livia tidak bisa menjelaskannya. Yang ia tahu adalah bahwa ia bingung. Tidak ingat apa-apa tiba-tiba bisa hamil.Apa benar ia mencintai Rajendra? Apa benar mereka melakukannya?"Apa benar aku mencintai kamu, Ndra?"Pertanyaan itu mengguncang Rajendra. "Tentu saja, Sayang," jawabnya cepat. "Bukan hanya kamu yang mencintai aku tapi aku juga mencintai kamu. Kita berdua saling mencintai dan hubungan kita sangat kuat." Rajendra mencoba meyakinkan Livia. "Lagian kalau kita nggak saling cinta nggak mungkin ada Gadis." Ia tersenyum mengakhiri penjelasannya.Li
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Part 343

Orang-orang di rumah belum ada yang tahu kalau Livia sedang hamil. Rajendra belum ingin mengatakannya walau ia sudah tidak sabar mengetahui reaksi Gadis jika tahu dirinya akan memiliki adik. Yang dipikirkan Rajendra saat ini adalah siapa yang akan menjaga Livia di rumah selama ia berada di kantor? Tidak mungkin Tasia karena ia juga butuh perempuan itu untuk membantu pekerjaannya.Hari itu Livia terbangun dengan perasaan mual yang begitu kuat. Perutnya terasa tidak nyaman dan kepalanya sedikit berdenyut. Ia buru-buru berlari ke kamar mandi dan menunduk di depan wastafel, mengeluarkan muntah yang tidak tertahankan.Rajendra yang baru saja selesai mandi mendengar suara dari kamar mandi dan segera menghampiri. "Livia!" panggilnya sambil mengetuk pintu.Livia tidak menjawab. Hanya terdengar suara napasnya yang berat.Rajendra langsung mendorong pintu yang ternyata tidak dikunci. Ia melihat Livia tengah bersandar di wastafel dengan wajah pucat.Rajendra yang khawatir segera mendekati dan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Part 344

"Ndra, kenapa nggak dijawab?" suara Livia mengagetkan Rajendra."Liv ..." Rajendra menatap Livia penuh arti. "Kamu pasti akan tahu ceritanya. Aku akan ceritakan semuanya tapi nggak sekarang. Dokter bilang kamu dilarang berpikir terlalu keras. Apalagi kamu sedang hamil.""Ayolah, Ndra. Aku hanya ingin tahu. Aku janji nggak akan berpikir terlalu keras. Aku hanya ingin tahu." Livia terus membujuk."Kalau nanti kepalamu sakit lagi, gimana, Liv?""Nggak akan. Aku janji," desak Livia lagi.Rajendra menatap Livia yang tampak begitu penasaran. Akhirnya ia memutuskan untuk bercerita sekadarnya mengenai dua wanita di masa lalunya."Lunetta lahir sebelum Randu, nama ibunya Sharon. Sharon sudah meninggal, Liv.""Kenapa?""Kanker otak."Livia terdiam memproses informasi itu. Ia mencoba mengingat tapi seperti sebelumnya ingatannya tetap kosong."Jadi Lunetta anak wanita yang bernama Sharon?" Rajendra mengangguk. "Iya. Dulu Sharon sangat menyayangi Lunetta, tapi Tuhan lebih dulu mengambilnya. Aku y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Part 345

Malamnya Tasia iseng masuk ke kamar Livia. Ia mengetuk pintu dan mendapat sahutan. "Bu Livia, boleh saya masuk?""Masuk aja, nggak dikunci."Daun pintu terkuak, memperlihatkan sosok Livia yang tengah duduk di pinggir ranjang sambil membelai baby breath yang ada di tangannya. Senyum tipis tersungging di bibirnya. Ada perasaan hangat yang menyelimuti dadanya."Wah, bunganya cantik ya, Bu," komentar Tasia dengan nada antusias. "Dari Pak Rajendra ya?"Livia mengiakan dengan anggukan. "Iya, dia juga mengirim Makanan favoritku."Mata Tasia tampak berkilat sekilas sebelum ia memasang senyum lembut. Ia duduk di sebelah Livia pura-pura mengamati bunga itu dengan penuh minat. "Baby breath ya, Bu? Pak Rajendra memang tahu cara menyenangkan hati perempuan."Livia tertawa kecil. "Iya, aku suka."Tasia menatapnya dengan ekspresi sedikit ragu seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. "Bu Livia, saya nggak tahu sebaiknya ngomong atau nggak. Tapi ..."Livia mengernyit. "Kenapa?"Tasia menggigit bibirny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Part 346

Malam itu Livia tidak bisa tidur. Ia hanya membolak-balikkan badan di tempat tidur. Semua kata-kata Tasia tadi terngiang-ngiang di benaknya. Lelah hanya berguling-guling di kasur, Livia keluar dari kamar. Ia melihat ruang kerja Rajendra yang terang benderang lalu dilangkahkannya kaki ke sana. "Kamu belum tidur?" sapa Livia.Rajendra menoleh sedikit terkejut. "Eh kamu, Liv.Livia tersenyum samar. "Kamu lagi ngobrol sama siapa?" tanyanya dengan suara santai meski di hatinya ada kegelisahan memerhatikan ponsel di tangan Rajendra. Rajendra meletakkan ponselnya ke meja. "Nggak ada. Aku cuma baca laporan kerja.""Oh," ujar Livia pendek. Meski berkata begitu seakan-akan tidak masalah tapi pikirannya masih dipenuhi kata-kata Tasia.Ia lalu duduk di kursi di dekat Rajendra dan mencoba menggali kebenaran. "Rajendra," panggilnya pelan."Ya, Liv. Kamu butuh sesuatu?""Kamu pernah ngerasa kesepian nggak selama aku sakit?"Rajendra tidak tahu kenapa Livia bertanya seperti itu. Ditatapnya perempu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Part 347

Sore itu Rajendra mengetuk pintu kamar Livia dengan pelan. Setelah mendengar sahutan dari dalam ia membuka pintu dan menemukan Livia sedang duduk membaca buku di atas tempat tidur."Liv," panggil Rajendra lembut.Livia menoleh. "Iya, kenapa?"Rajendra menyandarkan bahunya ke kusen pintu. "Aku mau ajak kamu dinner malam ini.""Dinner?" ulang Livia sambil mengerutkan keningnya.Rajendra menggangguk. "Aku pikir kita belum pernah makan malam berdua sejak semua kejadian itu."Livia terdiam sejenak. Sejujurnya ia tidak tahu bagaimana harus merespon. Setelah semua yang terjadi mereka masih berusaha mencari pijakan untuk kembali dekat. Dan sekarang Rajendra tiba-tiba mengajaknya makan malam."Kenapa mendadak?"Rajendra tersenyum tipis. "Nggak ada alasan khusus. Aku cuma ingin menghabiskan waktu sama kamu. Kita bisa makan di restoran favorit kamu.""Memangnya kamu masih ingat restoran favoritku?""Apa pun tentang kamu nggak bakal aku lupain, Liv," ucap Rajendra sambil memandang Livia penuh art
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Part 348

Restoran yang dipilih Rajendra adalah restoran Italia yang dulu sering mereka kunjungi sebelum semuanya berubah. Saat memasuki tempat itu Livia terdiam sejenak. Ia mencoba mengingat berbagai kenangan yang pernah mereka bagi di sini tapi nihil. Ia tidak menemukan apa-apa di ingatannya."Kamu masih suka tempat ini, Liv? Ini spot favorit kita," ujar Rajendra saat mereka sudah duduk berhadapan di kursi yang terletak di dekat jendela.Livia mengangguk pelan. "Iya, aku suka." Rajendra tersenyum tipis. "Aku juga ingat kamu suka lasagna di sini.""Jadi kamu tahu semua tentang aku?" "Kenapa nggak? Tentu saja aku tahu. Kamu kan istriku."Livia tersenyum tipis. Ia harap semua kata-kata yang diucapkan Rajendra adalah kebenaran. Bukan semata-mata untuk menghibur hatinya.Obrolan mereka mengalir dengan ringan. Mereka membicarakan banyak hal. Livia tertawa jika ada yang lucu atau sekadar menimpali dengan senyumnya.Malam itu setelah mereka pulang makan bersama ternyata Erwin sudah menunggu di ruma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Part 349

Livia mengernyit. Pandangannya tertuju pada sofa hitam di sudut kamar. Tetapi pikirannya melayang jauh. Ada sesuatu yang terasa familier seperti kenangan yang berusaha muncul ke permukaan namun tertahan di ambang kesadarannya.Seseorang pernah tidur di sofa itu setiap malam. Sosok itu ada di sana, dalam bayangannya, tetapi wajahnya kabur. Siapa dia? Jantung Livia berdetak lebih cepat. Ia mencoba mengingat lebih keras tetapi justru rasa pusing mulai menyerangnya. "Livia?"Suara Rajendra menariknya kembali ke realitas. Livia berkedip beberapa kali lalu menatap suaminya dengan kebingungan."Kamu kenapa?" Rajendra bertanya dengan nada khawatir. Livia menggigit bibir bawahnya ragu-ragu untuk menceritakan apa yang barusan ia rasakan. Namun pada akhirnya ia menghela napas dan berkata pelan, "Aku merasa seperti pernah melihat seseorang tidur di sofa itu setiap malam tapi aku nggak tahu itu siapa."Rajendra terdiam sesaat matanya sedikit membulat tetapi ekspresinya segera berubah tenang. Ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Part 350

Pagi datang dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden. Livia mengerjapkan matanya yang masih terasa berat. Ia merasakan kehangatan yang begitu nyaman. Sesuatu yang asing tapi tidak terasa salah. Barulah ia menyadari bahwa ia masih berada dalam dekapan Rajendra. Dada bidang lelaki itu naik turun dengan ritme teratur, wajahnya terlihat tenang dalam tidur. Livia menatapnya tanpa sadar. Ada perasaan hangat yang menjalar di dadanya tetapi juga kebingungan yang belum bisa ia uraikan. Kenapa ada perasaan nyaman seperti ini? Kenapa ia tidak merasa ingin segera menjauh?Tepat saat pikirannya mulai berkelana, Rajendra menggerakkan tangannya, memeluk Livia lebih erat seolah tidak ingin kehilangan momen itu."Kamu sudah bangun?" suara serak Rajendra terdengar. Matanya masih setengah terbuka.Livia tersentak pelan. "Eh, iya." Rajendra tersenyum samar tetapi bukannya melepas pelukannya ia justru menenggelamkan wajahnya ke rambut Livia. "Aku nggak mau bangun kalau begini rasanya."Livi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3334353637
...
39
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status