Semua Bab Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan: Bab 361 - Bab 370

385 Bab

Part 361

Kini Livia dan Gadis saling memandangi Rajendra dengan penuh rasa keingintahuan."Paa? Papa kok ngelamun?" tanya Gadis yang membuat lamunan Rajendra buyar."Eh, iya, Sayang. Dulu waktu Adis di dalam perut Bunda Papa yang selalu nemenin Bunda ke dokter. Bang Randu dan Kak Lunetta nggak ikut karena masih kecil."Gadis tersenyum. Ia membayangkan dirinya berada di dalam perut Livia. Meringkuk dengan nyaman di rahim wanita itu.Suster yang keluar dari ruangan dokter dan memanggil nama Livia menghentikan obrolan hangat mereka. Ketiganya kompak berdiri lalu masuk ke ruangan dokter. Tak lupa Rajendra memanggil Randu dan Lunetta agar ikut masuk. Dengan enggan-engganan Lunetta ikut.Dokter menyambut mereka dengan senyum hangat sebelum meminta Livia berbaring di bed periksa."Bu Livia, hari ini kita akan melihat perkembangan janinnya ya," kata dokter sambil mengoleskan gel yang terasa dingin di perut Livia.Gadis yang antusias ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Part 362

"Nggak mau, Pa! Aku nggak mau tinggal sama orang lain. Aku maunya cuma sama Papa!" Lunetta menunjukkan penolakannya setelah peringatan keras yang diberikan Rajendra."Kalau memang nggak mau, dengarkan kata Papa. Patuh dan jangan membantah. Papa nggak main-main, Lunetta. Papa akan mengantar kamu ke rumah nenek dan kakek kalau kamu masih ngelawan dan jahat sama Bunda. Nggak cuma sama Bunda, tapi juga kamu harus bersikap baik sama Gadis. Ngerti?"Lunetta menundukkan kepalanya sambil mengatakan, "Ngerti, Pa."Setelah pembicaraan singkat itu Rajendra melanjutkan langkahnya ke apotik menyusul Livia, Gadis dan Randu."Kamu marahin dia, Ndra?" tanya Livia."Nggak, cuma nasihatin." Rajendra menjawab dengan kekesalan yang tersisa."Tapi kamu nggak terlalu keras sama dia kan?"Rajendra menatap Livia. Istrinya itu begitu baik dan lembut walau sudah dijahati berkali-kali."Kalau nggak dikerasin dia nggak akan ngerti. Sedang aku kerasin dia masih nggak ngerti juga apalagi kalau dibaik-baikin. Kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Part 363

Livia merasa dirinya seakan terjatuh ke dalam kegelapan. Tiba-tiba ia mendengar alunan piano yang begitu familier. Jari-jemarinya terasa bergerak sendiri, menekan tuts piano dengan lancar dan mengalunkan melodi yang sangat indah. Ballade Pour Adeline. Seorang anak perempuan duduk di sebelahnya. Ia mendampingi Livia dan memerhatikannya memainkan piano. Livia mengajarinya. Dan anak itu ... dia bukan Gadis. Anak itu manis. Tetapi Gadis jauh lebih cantik."Bu Livia, coba aku yang main ya," kata anak itu pada Livia."Silakan, Sayang." Livia memberi kesempatan pada anak itu. Dan dia terlihat sangat mahir.Livia sangat menikmati alunan piano. Namun tiba-tiba ketika ia sedang menikmatinya, Livia tersentak, terdengar suara 'brak' yang sangat besar disusul oleh klakson kendaraan serta teriakan entah siapa.Napasnya memburu. Tubuhnya ikut terasa kaku. Perlahan kelopak matanya terbuka. Meskipun pandangannya masih buram tapi ia masih bisa melihat Rajendra yang terlihat tegang di dekatnya.Tahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Part 364

Rajendra terkekeh mendengar perkataan Livia yang membuat Livia heran."Kenapa ketawa?" tanyanya."Yang jelas Ryuga nggak lebih baik dari aku. Gantengan aku ke mana-mana.""Ih, narsis banget." Livia tertawa melihat Rajendra membanggakan dirinya.Mendengar suara tawa dari kamar, Gadis langsung menujukan langkahnya ke kamar itu."Papa, Bunda udah sadar ya?""Udah, Sayang. Barusan."Gadis menghampiri Livia lebih dekat lalu menggenggam tangannya. "Bunda jangan pingsan lagi ya. Adis takut." Tadi Gadis hampir menangis waktu Livia pingsan di toko.Livia tersenyum lemah. "Iya, Sayang. Sekarang Adis nggak usah cemas. Bunda baik-baik aja.""Kalau adek bayinya gimana, Nda?""Adek juga nggak apa-apa. Adis doain adek terus ya biar selalu sehat."Gadis mengangguk-angguk."Adis udah coba pianonya, Nak?" tanya Livia lagi."Belum, Nda, tadi waktu Bunda pingsan pianonya nggak jadi dibaw
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Part 365

Rajendra yang sedang menyetir hampir saja menekan rem secara mendadak saking terkejutnya mendengar pertanyaan Livia. "Kenapa tiba-tiba ngomong begitu?" tanyanya."Tadi nggak sengaja aku dengar Hazel bilang itu ke Ryuga.""Mungkin kamu salah dengar, Liv," jawab Rajendra. Ia mencoba menenangkan dirinya agar jangan panik di depan Livia. Rajendra takut jika Livia mengetahui bahwa gara-gara dirinya Livia pincang maka perempuan itu akan marah lalu pergi meninggalkannya. Rajendra tidak sanggup kehilangan Livia. "Udah, Liv, nggak usah dipikirin. Kurang-kurangi mikirin yang nggak penting, nanti bisa ikut pengaruh ke anak kita. Kamu masih ingat kan dokter bilang begitu?"Livia pelan mengangguk walau hatinya merasa janggal. Jelas-jelas ia mendengar bahwa Hazel membicarakannya."Eh, Liv, aku lapar nih. Makan yuk?" ajak Rajendra melihat Livia diam termenung. Sepertinya Livia masih memikirkannya."Aku kenyang, Ndra," tolak Livia."Kalau begitu kamu yang temani aku makan. Kamu duduk aja. Oke?"Liv
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Part 366

Suara bip mesin pemantau detak jantung memenuhi ruang operasi. Begitu pun dengan cahaya lampu bedah yang terang ikut menyorot tubuh Livia yang terbaring lemah di atas meja operasi. Para dokter dan asistennya bekerja dengan sigap. Livia yang seharusnya akan melahirkan satu minggu lagi terpaksa harus menjalani operasi caesar saat ini demi menyelamatkan bayinya. Sedangkan Livia sendiri berada dalam keadaan tidak sadarkan diri.Di luar ruang operasi Rajendra menunggu dengan gelisah. Perasaannya tidak tenang. Hatinya kalut. Dari tadi yang dilakukannya hanya mondar-mandir di depan ruang operasi sambil berharap operasi selesai lalu dokter atau siapa pun keluar untuk memberi kabar baik."Ndra, udah, yang tenang, jangan mondar-mandir melulu. Duduk di sini," kata Erwin yang juga berada di tempat yang sama. Pria itu langsung meluncur ke rumah sakit setelah Rajendra mengabarinya."Gimana aku bisa tenang, Pi? Gimana kalau Livia nggak akan bangun lagi?" ucap Rajendra emosional. Matanya memerah mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Part 367

Hari-hari berlalu tanpa kepastian. Livia masih terbaring lemah tidak sadarkan diri. Gadis terus menanyakan kapan bundanya akan bangun. Anak itu juga menangis karena takut kehilangan Livia. Sama dengan Rajendra yang tidak berhenti mengeluarkan air matanya.Para kolega bisnis dan bawahannya berdatangan menyampaikan empati. Hanya saja mereka dilarang masuk ke ruangan Livia. Mereka hanya bertemu dengan baby Ananta yang saat ini sudah berumur tujuh hari.Langit adalah salah satu dari orang yang datang menghibur Rajendra. Walaupun selama ini ia menjauh namun ia tidak bisa tinggal diam mendengar musibah yang dialami Rajendra."Gue ikut sedih, Ndra. Gue cuma bisa bantu doa biar Livia cepat sadar. Lo yang sabar ya," kata Langit menghibur Rajendra."Gue udah lebih dari sabar," jawab Rajendra. "Gue udah sabar menunggu Livia sadar dan menanggung rasa takut ini sendirian." Suara Rajendra terdengar serak. Matanya pun memerah. Langit tahu Rajendra adalah orang yang tidak mudah menunjukkan kelemahan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Part 368

Setelah dirawat di rumah sakit akhirnya Livia diizinkan pulang. Kondisinya sudah jauh membaik. Baik dari segi fisik maupun ingatannya.Ketika masuk ke dalam rumah Livia merasakan kehangatan yang familier. Tidak ada yang berubah dari rumah itu dari terakhir kali yang ia ingat."Welcome home, Love." Rajendra merangkul pinggul Livia untuk memasuki rumah tersebut. Sedangkan Gadis dan Randu membantu mendorong stroller yang berisi Ananta. Di belakang kedua anak itu ada Lunetta yang merasa tidak senang. Kehadiran Ananta merenggut perhatian semua orang, terutama Rajendra. Livia tersenyum sambil mengedarkan pandangannya ke seisi rumah. Tidak ada yang berubah di rumah itu. "Ndra, aku jadi kangen pengen ngerajut. Rasanya udah satu abad aku nggak ngelakuin itu."Rajendra terkekeh mendengarnya. "Kamu bisa ngerajut yang banyak, tapi nanti ya. Ananta lebih butuh perhatian kamu."Livia dan Rajendra masuk ke kamar pribadi mereka. Setelah memberikan Ananta dan bercanda dengannya Gadis dan Randu keluar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Part 369

Rajendra mengetuk pintu kamar Lunetta. Pertama-tama tidak ada jawaban sampai Rajendra mengetuk dengan lebih keras lagi."Lunetta, ini Papa. Tolong buka pintunya dulu."Beberapa detik setelahnya daun pintu terbuka bersamaan dengan sosok Lunetta yang muncul dengan wajah masam."Ada apa, Pa?" tanyanya sambil berdiri di celah pintu yang tidak sepenuhnya terbuka. Lunetta hanya membuka setengahnya."Kamu lagi apa? Boleh Papa masuk ke dalam?"Lunetta terpaksa menganggukkan kepalanya dan membiarkan Rajendra melangkahkan kakinya masuk.Rajendra duduk di tepi tempat tidur sedangkan Lunetta berdiri dengan tangan bersedekap seolah-olah sedang menginterogasi Rajendra. Anak itu benar-benar tidak sopan."Lunetta, turunkan tangan kamu lalu duduk di sini." Rajendra menepuk permukaan kasur yang kosong di sebelahnya.Lunetta melakukan apa yang diperintahkan Rajendra, menunggu apa yang akan disampaikan berikutnya."Lunetta, besok Papa mau pergi ke Surabaya. Kamu mau ikut Papa?""Ke Surabaya, Pa?" ulang a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Part 370

Pagi itu Gadis keheranan menyaksikan Lunetta yang tidak mengenakan seragam sekolah seperti dirinya."Kak Lunetta mau ke mana?" tanyanya."Mau liburan sama Papa. Kamu nggak diajak ya?" ucap Lunetta bangga lantaran hanya dirinya yang ikut pergi dengan Rajendra."Liburan? Kita kan sekolah. Lagian Papa kok nggak ngajak Adis?""Aku juga nggak diajak." Randu menimpali.Keheranan mereka semakin kentara saat melihat Rajendra muncul dengan membawa koper Lunetta. Koper itu besar seperti digunakan untuk perjalanan jauh."Papa mau liburan ke mana sama Kak Lunetta? Kenapa Adis dan Bang Randu nggak diajak?" Gadis memprotes tindakan ayahnya."Papa ke Surabaya sama Kak Lunetta. Kali ini Adis dan Bang Randu nggak usah ikut ya. Temenin Bunda di rumah jaga adek.""Yaaa ... kita nggak liburan bareng-bareng dong."Lunetta tersenyum puas melihat kekecewaan Gadis."Tapi nggak apa-apa, Pa, ketimbang liburan, Adis lebi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
343536373839
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status