All Chapters of Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan: Chapter 331 - Chapter 337

337 Chapters

Part 331

Saat jam kerja sudah selesai Evan mengajak Livia pulang. "Aku harus pulang ke mana?" Livia bertanya bingung."Ke rumah kamu. Rumah Rajendra. Biar aku yang antar."Livia menggeleng. "Harus berapa kali aku bilang kalau aku nggak nyaman tinggal di sana? Semua terasa asing.""Itu hanya perasaanmu, Liv. Nggak ada yang asing. Kasihan anakmu, Liv. Dia pasti kehilangan ibunya kalau kamu terus bersikap kayak gini. Aku antar ya? Besok kita ketemu lagi." Evan terus membujuk Livia agar mau pulang."Janji?" kata Livia kurang percaya."Janji." Evan mengangkat kelingkingnya.Livia ragu sejenak tapi akhirnya ia menyambut kelingking Evan dan mengaitkan dengan miliknya.Sepanjang perjalanan Livia lebih banyak diam. Matanya menerawang keluar jendela, mengamati lampu-lampu kota yang menyala seiring datangnya malam. Evan melirik ke arahnya sesekali."Livia," panggilnya."Ya?""Maaf kalau aku terlalu memaksamu. Tapi aku nggak mau kamu semakin jauh dari kehidupanmu yang sebenarnya."Livia hanya diam sampa
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Part 332

Livia berjalan tanpa arah. Malam semakin larut, udara dingin menusuk kulit, tapi ia tidak peduli. Kata-kata Astrid terus terngiang di telinganya.AKU ASTRID, ISTRI EVANJadi selama ini ia hanya tempat persinggahan sementara? Atau dirinyalah yang salah arah? Evan begitu baik padanya, begitu perhatian, tetapi pada akhirnya ia tetap pria yang sudah memiliki istri.Air mata yang ia tahan sejak tadi di akhirnya jatuh. Livia tertawa miris. Bodoh. Ia merasa sangat bodoh.Ponselnya bergetar berkali-kali. Nama Evan muncul di layar, tapi ia tidak ingin menjawab. Apalagi yang perlu dijelaskan? Semua fakta sudah ada di depan mata.Tanpa sadar hati membawanya kembali ke rumah Rajendra. Setelah masuk ia langsung menuju kamar tanpa menyapa siapa pun. Ia hanya ingin bersembunyi dari dunia yang terasa semakin menyakitkan. Namun Rajendra yang kehilangan Livia sejak tadi melihat semuanya. Wajah Livia yang muram, tatapan mata yang kosong dan langkahnya yang gontai.Rajendra tidak bisa tinggal diam. Denga
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Part 333

Livia sudah bangun sejak tadi pagi. Tapi sampai detik ini ia masih berada di dalam kamar. Berbaring sambil bermenung sendiri. Sisa-sisa kesedihan masih berjejak di hatinya. Perasaan kecewa karena merasa dibohongi belum sepenuhnya pergi.Saat Livia sedang asyik merenung pintu kamarnya diketuk."Bunda! Bunda udah bangun?" Itu suara Gadis.Livia mengesah pelan."Nda, Adis boleh masuk nggak?"Livia menoleh ke arah pintu lalu dengan berat hati terpaksa mengatakan. "Masuk aja."Perlahan-lahan pintu terbuka, memperlihatkan seorang anak kecil yang sudah siap dengan seragam merah putihnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai bebas. Sebuah bandana berwarna pink lembut menghiasi kepalanya. Membuatnya tampak begitu manis dan menggemaskan.Dengan langkah kecilnya Gadis mendekati tempat tidur Livia lalu bicara pada perempuan yang masih berbaring itu. "Bunda, kenapa masih tiduran? Bunda sakit ya?" tanyanya sembari meraba kening Livia."Bunda cuma mau istirahat," lidah Livia kelu saat mengucapk
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Part 334

Rajendra terkekeh pelan meski ada sedikit rasa sakit menusuk jiwa. "Red flag?" ulangnya."Iya, naluriku yang bilang begitu," jawab Livia.Rajendra teguk salivanya. Kalau naluri Livia saja sudah mengatakan bahwa ia adalah cowok red flag, berarti dulu Livia memang pernah terluka karena dirinya kan?"Aku nggak seburuk itu, Liv," kata Rajendra akhirnya. "Kalau aku memang red flag, kenapa kamu cinta sama aku?"Livia mengerutkan dahi. Ia ingin membantah tapi satu pun ingatan tentang perasaan terhadap Rajendra tak pernah bisa ia temukan. Itu yang membuatnya semakin ragu. "Apa aku benar-benar jatuh cinta sama kamu?" pandangnya tajam."Iya," jawab Rajendra mantap. "Kamu mencintaiku, Livia. Sama seperti aku mencintaimu."Livia membisu begitu lama. Sorot matanya tajam, seolah mencoba membaca kebenaran di balik kata-kata Rajendra."Kalau aku memang cinta sama kamu kenapa aku nggak bisa mengingat apa pun?" tanyanya pelan.Rajendra menelan ludah lalu menggenggam lembut tangan Livia. "Nggak apa-apa
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Part 335

Tasia jelas saja terkejut mendapat serangan dari Rajendra. "Maaf, Pak, saya tidak tahu kalau itu rahasia. Saya mengatakannya pada ibu Livia hanya agar ingatannya cepat kembali. Saya nggak ada maksud apa-apa."Rajendra menggelengkan kepalanya. Ia terlalu kecewa pada sikap Tasia. "Selama ini saya percaya sama kamu," lanjutnya dengan suara dingin. "Saya menganggap kamu sebagai orang yang bisa saya andalkan. Tapi ternyata kamu lebih memilih jadi pengadu domba."Tasia langsung melihatkan wajah sedih seolah perkataan Rajendra benar-benar menyakitinya. "Pak, saya hanya ingin membantu.""Membantu apa?" potong Rajendra sebelum perempuan itu melanjutkan kalimatnya. "Yang kamu lakukan justru menimbulkan kekacauan.""Tapi Bu Livia berhak tahu kenyataannya, Pak.""Itu bukan hak kamu buat kasih tahu dia!" bentak Rajendra. Emosinya benar-benar memuncak. "Apa kamu pikir saya nggak akan pernah bilang apa pun? Apa kamu pikir saya akan menyembunyikan hal itu selamanya? Lagian itu bukan urusan kamu. Tuga
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Part 336

Malam itu setelah meminum obat, Livia keluar dari kamar. Anak-anak sedang mengerjakan PR dengan Tasia, sedangkan Rajendra entah ke mana.Livia berjalan dan bermaksud duduk di beranda. Setelah pintu ia buka ternyata ia melihat Rajendra sedang duduk sendiri. Livia bermaksud kembali ke dalam rumah tapi Rajendra sudah terlanjur melihatnya."Sayang!" kata pria itu. "Mau ke mana?"Livia menghentikan langkahnya sejenak. Ia Ragu harus melangkah ke dalam atau tetap bertahan di tempat. Tapi ada sesuatu dalam nada suara pria itu yang terasa akrab dan hangat."Aku hanya ingin duduk sebentar di luar," jawab Livia pelan menghindari tetapan suaminya.Rajendra menggeser duduk. Ia memberi ruang di sebelahnya. "Duduk di sini Liv."Livia merasa ragu tapi kakinya justru melangkah mendekat. Hanya saja ia duduk di kursi yang lain, menjaga jarak dari Rajendra.Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat. Hanya ada suara angin yang berembus lembut dan desiran dedaunan yang bergerak pelan. "Sudah mera
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Part 337

Pagi itu Rajendra turun lebih awal ke dapur. Sebelum keduluan Tasia ia ingin membuat kopinya sendiri. Saat ia membuka lemari untuk mengambil cangkir, sebuah tangan tiba-tiba menyodorkan cangkir ke arahnya."Ini, Pak," kata Tasia dengan suara yang terdengar lembut.Rajendra menoleh dan menemukan Tasia berdiri sangat dekat dengannya."Kamu sudah bangun?" tanyanya sedikit terkejut.Tasia tersenyum kecil. "Saya memang selalu bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan. Bapak tahu kan saya suka memastikan semuanya berjalan lancar di rumah ini? Apalagi Ibu Livia lagi sakit."Rajendra menerima cangkir dari Tasia dan mengucapkan terima kasih.Ketika ia hendak menuangkan kopi Tasia dengan sengaja menyentuh tangannya. "Oh maaf," kata Tasia dengan tawa kecil. "Saya terlalu dekat ya?"Rajendra mundur sedikit tapi Tasia tetap berdiri di tempatnya."Saya senang melihat Bapak mulai rileks. Saya harap Bapak tahu kalau saya selalu ada kalau Bapak butuh seseorang untuk berbicara," katanya dengan nada l
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more
PREV
1
...
293031323334
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status