All Chapters of Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan: Chapter 111 - Chapter 120

257 Chapters

Gawat

Malam ini Livia sedang duduk di beranda samping rumah sendirian. Tangannya mengelus perut yang tertutup baju longgar berwarna coklat. Pikirannya menerawang ke mana-mana. Terutama pada perdebatan dengan Rajendra sore tadi. Kata-kata lelaki itu begitu melekat di benaknya dan menohok dengan sangat tajam di hatinya.'Aku bisa saja mengusirmu, tapi sayangnya rumah ini masih butuh pembantu. Randu juga butuh pengasuh'.Serendah itukah dia di mata suaminya sendiri?Livia menelan saliva, menahan perasaan yang terlalu menyakitkan. Tangannya turun meremas baju di bagian perutnya, berusaha meredam amarah yang bergejolak. Namun sesaat kemudian perasaannya sedikit lebih baik mengingat di dalam perutnya ada janin yang sedang tumbuh."Maafin Bunda, Sayang. Bunda terlalu lemah." Ia bergumam pelan. Perlahan air mata menetes membasahi pipinya namun tidak lama lantaran Livia buru-buru menghapusnya.Sambil terus mengelus-elus perutnya Livia menggumam sendiri. "Aku nggak akan kalah. Aku nggak akan membiark
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Pecah

Livia mencoba keras untuk menguatkan diri. Ditatapnya Lola dengan mata yang berusaha tenang. Namun bibirnya sulit untuk tidak gemetar.Belum Livia menjawab, terdengar langkah kaki mendekat dari ruang makan. Utary muncul dengan raut penuh percaya diri."Malam, Om, Tante, saya Utary," ia mengenalkan diri dengan nada ramah namun penuh kepalsuan. "Rajendra mengajak saya tinggal di sini. Maaf kalau suara saya tadi mengganggu."Dahi Lola berkerut dalam. Dipandanginya Utary dari ujung kepala hingga bawah kaki. "Rajendra mengajak kamu tinggal di sini? Untuk apa?"Tiba-tiba Rajendra muncul dari belakang Utary dan langsung menjelaskan. "Utary sedang ada masalah pribadi, Tante. Dan sebagai seorang teman aku hanya ingin membantu."Mendengar keterangan dari anak tirinya Lola memandang ke arah Rajendra dengan tajam. "Kamu udah gila apa gimana, Ndra? Kamu pikir pantas membawa wanita lain tinggal di rumah ini sementara istrimu ada di sini?"Rajendra akan menjawab pertanyaan tersebut namun gerakannya
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Yang Benar Saja

"Sekarang kemasi barang-barangmu lalu silakan pergi dari rumah ini. Saya tidak peduli apa pun alasannya, rumah ini bukan tempat untukmu," usir Erwin pada Utary.Utary jelas saja terkejut tapi ia tetap bertahan dan mencoba agar terlihat tegar. "Tapi Rajendra sendiri yang minta aku tinggal di sini. Aku hanya mengikuti permintaannya, Om.""Permintaan yang membuat hancur keluarganya sendiri?" Erwin membalas dengan suara yang keras. "Rajendra bukan anak kecil yang bisa berbuat sesuka hati tanpa konsekuensi. Kalau kamu masih punya malu tidak seharusnya masuk ke rumah istri Rajendra."Lola tidak ketinggalan dari suaminya. Ia berdiri di dekat Utary. "Sejak tadi saya mencoba bersikap sopan, tapi sekarang nggak bisa lagi. Rumah ini adalah milik Livia. Kamu nggak punya hak di sini. Pergilah sebelum kamu mempermalukan diri lebih jauh."Melihat Utary dicecar, Rajendra langsung pasang badan. "Pi, Tante, Utary nggak punya tempat tinggal. Dia--""Diam kamu, Ndra!" potong Erwin sebelum Rajendra selesa
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Galau

Rajendra masih membisu, tidak sanggup mengatakan apa pun. Rasa gengsi dan perasaan malu membaur menjadi satu dalam dirinya. Menyampaikan permintaan maaf pada Livia berarti mengakui semua kesalahannya secara terang-terangan. Sesuatu yang belum pernah ia lakukan sepanjang hidupnya.Livia yang sejak tadi hanya membisu akhirnya bersuara. "Nggak apa-apa, Pi. Saya nggak butuh permintaan maaf dari Rajendra."Semua mata kini terfokus pada Livia. Kata-katanya terdengar datar. Wajahnya dingin dan tanpa ekspresi.Livia melanjutkan perkataannya. "Permintaan maaf itu nggak akan mengubah apa pun. Yang saya butuhkan adalah aksi nyata. Kalau dia memang merasa bersalah tunjukkan dengan cara memperbaiki diri, bukan hanya sekadar kata-kata."Erwin menganggukkan kepalanya dengan pelan. Ia merasa puas atas keberanian Livia. "Dengar itu, Ndra," ucapnya sambil menatap anaknya tajam. "Livia nggak butuh basa-basi dari kamu. Perbuatanmu selama ini sudah lebih dari cukup untuk menghabiskan kepercayaannya."Raje
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Baper

Pagi ini Livia terbangun sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Ia dan Rajendra tetap tidur di tempat yang berbeda. Rajendra di ranjangnya sedangkan Livia tetap di Sofanya yang dingin. Namun pagi ini hati Livia terasa hangat karena tidak ada Utary lagi di rumah itu. Hanya saja ia merindukan Randu karena sehari-hari Livialah yang mengurusnya.Satu jam kemudian keduanya sudah berada di ruang makan.Aroma kopi dan roti panggang melingkupi rumah yang sepi. Livia duduk di kursi sambil mengaduk secangkir teh hangat sambil melamun. Di hadapannya Rajendrajuga duduk dengan handphone di tangan. Keduanya tenggelam dalam dunia masing-masing, bagaikan dua orang asing yang kebetulan berbagi ruang."Tambah lagi rotinya, Ndra?" tanya Livia memecah keheningan. Walaupun sebenarnya ia tahu kemungkinan besar Rajendra tidak akan merespon."Nggak usah," gumam Rajendra pelan tanpa mengangkat wajah dari gawainya.Kondisi ini sudah bukan lagi hal yang asing bagi Livia. Komunikasi yang dingin, serta kalimat-kalim
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Ancaman Rajendra

Rajendra membuka pintu mobil dengan gerakan kasar. Gesturnya itu memperlihatkan kekesalannya yang tertahan. Dilihatnya Livia yang berdiri ragu di depan pintu samping belakang."Duduk di depan!" perintah Rajendra tegas.Livia membalas tatapan Rajendra dengan sedikit terkejut. "Tapi saya sudah biasa duduk di belakang." Livia tidak akan pernah lupa, setiap pergi dengan Livia Rajendra pasti selalu menyuruh Livia duduk di belakang."Aku bukan supirmu, Livia. Cepat masuk. Waktuku nggak banyak!" perintah Rajendra lagi dengan nada yang lebih tinggi.Dengan gerakan perlahan dan hati-hati Livia masuk ke kursi penumpang depan. Rajendra hanya meliriknya sebentar sebelum menginjak pedal gas dengan kuat. Sepanjang perjalanan suasana begitu hening. Hanya suara musik pelan yang mengalun dari radio sesekali memecah sepi.Beberapa kali Livia mencuri pandang ke arah Rajendra, berharap menemukan sedikit saja rasa peduli dari laki-laki itu. Namun wajah Rajendra terlihat begitu kesal, seakan menemani Livi
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Dilema

Livia tegak terpaku di pinggir jalan, merasakan panas matahari yang menyengat tubuhnya. Dengan tongkat di satu tangan dan foto hasil USG di tangan lainnya ia merasa kecil dan tidak berdaya. Sementara pandangan orang-orang yang melihat ke arahnya tidak bisa ia hindari. Ada yang memandangnya dengan kasihan dan ada pula yang bersikap acuh tak acuh terhadapnya. Livia menggigit bibirnya. Menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuknya. Dengan perasaan pilu Livia menatap kepergian mobil Rajendra yang melaju dengan kencang. Bahkan lelaki itu sama sekali tidak menoleh untuk memastikan bahwa Livia baik-baik saja. Bagaimana mungkin seorang suami meninggalkan istrinya yang cacat dan sedang mengandung di pinggir jalan sendirian? Di mana letak hati lelaki itu? Ah iya, Livia lupa. Rajendra kan memang tidak punya hati. 'Aku pasti kuat. Aku nggak boleh lemah demi bayi ini.' Livia menggumam sendiri di dalam hatinya sambil mengusap perutnya sembari memberi ketenangan pada janin yang sedang
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Sebuah Langkah Kecil

Saat Livia sedang terseok-seok sendiri, sebuah mobil menepi di dekatnya, lalu kaca depan bagian kiri mobil itu terbuka.Livia berhenti melangkah dan memandang ke arah mobil tersebut."Livia!""Langit!"Keduanya saling menyapa. Langit cepat-cepat turun dari mobil lalu melangkah ke arah Livia."Kamu mau ke mana? Kenapa jalan sendiri di sini?" Langit bertanya heran. Di antara banyaknya lalu lalang kendaraan hanya Livia yang berjalan. Itu pun dengan menggunakan tongkat."Hai, Lang." Livia mencoba tersenyum seolah menunjukkan tidak ada apa-apa. Namun tentu saja Langit tidak akan percaya dengan mudah."Kamu mau ke mana? Mana Rajendra?" ulang langit yang belum puas lantaran belum mendapatkan jawaban yang pas."Saya mau pulang. Tadi dari rumah sakit. Rajendra balik ke kantornya.""Jadi tadi kamu ke rumah sakit dengan Rajendra?"Livia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Sekarang masuk. Biar aku antar kamu pulang."Livia tidak berbasa-basi karena sangat lelah. Ia langsung masuk ke mobil
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Diam-Diam Peduli

Langit memarkir mobilnya di depan rumah Rajendra. Ia membukakan pintu untuk Livia dan membantunya turun.Dengan hati-hati Livia masuk ke dalam rumah diikuti Langit yang mengekor di belakangnya."Silakan duduk dulu, Lang, saya buatin kopi," ujar Livia sembari mengembangkan tangannya ke arah sofa tamu."Nggak usah, Liv. Kamu duduk aja, aku yang bakal bikin kopinya," balas langit yang beranjak ke dapur seolah sudah hafal semua letak peralatan di rumah itu."Kamu?" Kedua bola mata Livia melebar."Yup. I'am."Livia tersenyum kecil. Ia membiarkan langit mengambil alih. Sementara ia duduk di sofa, memijit pelan kakinya yang terasa pegal.Tidak lama setelahnya aroma kopi menguar dari dapur. Langit muncul dengan dua cangkir kopi di tangannya. Diletakkan satu di depan Livia."Ini kopi spesial ala Langit. Nggak kalah dari buatan kamu," katanya sambil tersenyum.Livia tertawa pelan kemudian menyeruput kopinya. "Enak banget, Lang. Bisa buka kedai kopi nih.""Oh iya dong. Aku kan paket lengkap. Sem
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Menyakitimu Adalah Hobiku

Langit dan Livia masih berada di ruang tamu. Keduanya berbincang hangat sambil menyeruput sisa kopi di dalam cangkir. Suasana begitu santai meskipun Langit kesulitan menyembunyikan debar jantungnya setiap kali menatap wajah Livia.Perbincangan hangat itu terinterupsi ketika derap langkah terdengar dari arah depan. Livia menoleh cepat. Ia tahu betul siapa yang datang.Rajendra masuk dengan lengan kemeja yang sudah disingsingkan hingga sikunya. Sorot matanya spontan menangkap keberadaan Langit di ruang tamu, sedang duduk santai di sofa rumahnya."Ndra, kamu sudah pulang? Sudah selesai meeting-nya?" tanya Livia.Rajendra tidak menggubris pertanyaan Livia namun tatapannya tetap tertuju pada Langit. Dengan langkah tenang ia melangkah mendekati sofa."Udah lama lo?" tanyanya pada Langit."Lumayanlah. Tadi gue nganterin Livia pulang," jawab Langit.Rajendra sontak mengerutkan dahinya. "Gimana bisa lo nganterin Livia pulang?""Tadi gue nggak sengaja ketemu Livia di jalan. Katanya abis lo ting
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
26
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status