Share

Dilema

last update Last Updated: 2024-12-01 15:32:15
Livia tegak terpaku di pinggir jalan, merasakan panas matahari yang menyengat tubuhnya. Dengan tongkat di satu tangan dan foto hasil USG di tangan lainnya ia merasa kecil dan tidak berdaya. Sementara pandangan orang-orang yang melihat ke arahnya tidak bisa ia hindari. Ada yang memandangnya dengan kasihan dan ada pula yang bersikap acuh tak acuh terhadapnya.

Livia menggigit bibirnya. Menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuknya. Dengan perasaan pilu Livia menatap kepergian mobil Rajendra yang melaju dengan kencang. Bahkan lelaki itu sama sekali tidak menoleh untuk memastikan bahwa Livia baik-baik saja.

Bagaimana mungkin seorang suami meninggalkan istrinya yang cacat dan sedang mengandung di pinggir jalan sendirian? Di mana letak hati lelaki itu?

Ah iya, Livia lupa. Rajendra kan memang tidak punya hati.

'Aku pasti kuat. Aku nggak boleh lemah demi bayi ini.' Livia menggumam sendiri di dalam hatinya sambil mengusap perutnya sembari memberi ketenangan pada janin yang sedang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rosantirosa
hahaha livia makan tuh cnta ..laki2kejam yg ninggalin wnta hamil alais pincang jg
goodnovel comment avatar
Hadidja Laha
detak jantung anak itu yg kamu dengar otu pertamda darahdagingmu bikan anak anak utar.
goodnovel comment avatar
nana lizt
up trus donk thor...mulai seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sebuah Langkah Kecil

    Saat Livia sedang terseok-seok sendiri, sebuah mobil menepi di dekatnya, lalu kaca depan bagian kiri mobil itu terbuka.Livia berhenti melangkah dan memandang ke arah mobil tersebut."Livia!""Langit!"Keduanya saling menyapa. Langit cepat-cepat turun dari mobil lalu melangkah ke arah Livia."Kamu mau ke mana? Kenapa jalan sendiri di sini?" Langit bertanya heran. Di antara banyaknya lalu lalang kendaraan hanya Livia yang berjalan. Itu pun dengan menggunakan tongkat."Hai, Lang." Livia mencoba tersenyum seolah menunjukkan tidak ada apa-apa. Namun tentu saja Langit tidak akan percaya dengan mudah."Kamu mau ke mana? Mana Rajendra?" ulang langit yang belum puas lantaran belum mendapatkan jawaban yang pas."Saya mau pulang. Tadi dari rumah sakit. Rajendra balik ke kantornya.""Jadi tadi kamu ke rumah sakit dengan Rajendra?"Livia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Sekarang masuk. Biar aku antar kamu pulang."Livia tidak berbasa-basi karena sangat lelah. Ia langsung masuk ke mobil

    Last Updated : 2024-12-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Diam-Diam Peduli

    Langit memarkir mobilnya di depan rumah Rajendra. Ia membukakan pintu untuk Livia dan membantunya turun.Dengan hati-hati Livia masuk ke dalam rumah diikuti Langit yang mengekor di belakangnya."Silakan duduk dulu, Lang, saya buatin kopi," ujar Livia sembari mengembangkan tangannya ke arah sofa tamu."Nggak usah, Liv. Kamu duduk aja, aku yang bakal bikin kopinya," balas langit yang beranjak ke dapur seolah sudah hafal semua letak peralatan di rumah itu."Kamu?" Kedua bola mata Livia melebar."Yup. I'am."Livia tersenyum kecil. Ia membiarkan langit mengambil alih. Sementara ia duduk di sofa, memijit pelan kakinya yang terasa pegal.Tidak lama setelahnya aroma kopi menguar dari dapur. Langit muncul dengan dua cangkir kopi di tangannya. Diletakkan satu di depan Livia."Ini kopi spesial ala Langit. Nggak kalah dari buatan kamu," katanya sambil tersenyum.Livia tertawa pelan kemudian menyeruput kopinya. "Enak banget, Lang. Bisa buka kedai kopi nih.""Oh iya dong. Aku kan paket lengkap. Sem

    Last Updated : 2024-12-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Menyakitimu Adalah Hobiku

    Langit dan Livia masih berada di ruang tamu. Keduanya berbincang hangat sambil menyeruput sisa kopi di dalam cangkir. Suasana begitu santai meskipun Langit kesulitan menyembunyikan debar jantungnya setiap kali menatap wajah Livia.Perbincangan hangat itu terinterupsi ketika derap langkah terdengar dari arah depan. Livia menoleh cepat. Ia tahu betul siapa yang datang.Rajendra masuk dengan lengan kemeja yang sudah disingsingkan hingga sikunya. Sorot matanya spontan menangkap keberadaan Langit di ruang tamu, sedang duduk santai di sofa rumahnya."Ndra, kamu sudah pulang? Sudah selesai meeting-nya?" tanya Livia.Rajendra tidak menggubris pertanyaan Livia namun tatapannya tetap tertuju pada Langit. Dengan langkah tenang ia melangkah mendekati sofa."Udah lama lo?" tanyanya pada Langit."Lumayanlah. Tadi gue nganterin Livia pulang," jawab Langit.Rajendra sontak mengerutkan dahinya. "Gimana bisa lo nganterin Livia pulang?""Tadi gue nggak sengaja ketemu Livia di jalan. Katanya abis lo ting

    Last Updated : 2024-12-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Berbohong

    Livia langsung memungut foto USG tersebut dari lantai lalu membersihkannya dengan lembut. Ia menatap Rajendra dengan sorot mata yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Yaitu sorot penuh kemarahan."Kenapa kamu selalu begini, Ndra? Kenapa kamu nggak pernah berpikir kalau saya juga manusia yang punya perasaan?" suaranya bergetar dan penuh tekanan.Rajendra agak terkejut mendengar nada bicara Livia. Biasanya wanita itu hanya diam atau menghindar di saat Rajendra bersikap kasar."Aku nggak peduli pada apa pun perasaanmu," jawab Rajendra dengan mata dan suara yang sama dinginnya.Livia membalas tatapan dingin Rajendra dengan sepasang mata yang tajam. Tubuhnya bergetar menahan emosi. Lelaki itu boleh saja menghina dan memperainkannya tapi jangan anak dalam kandungannya."Nggak apa-apa kalau kamu nggak peduli perasaan saya. Tapi jangan anak kita. Dia nggak salah apa-apa, Ndra.""Anak kita?" Rajendra tertawa sinis. "Anak itu bukan anakku. Paham?" Rajendra mendesis tepat di depan wajah Livi

    Last Updated : 2024-12-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bertemu Indra

    Sudah tiga hari Rajendra tidak pulang ke rumah. Begitu pun saat malam ia tidak menginap di sana. Livia sengaja tidak menghubunginya. Terserah Rajendra mau bermalam di mana. Tapi Livia bisa memastikan kalau Rajendra pasti berada di tempat Utary.Tapi bagi Livia tidak masalah. Sejak Rajendra membuang foto USG calon anak mereka hati Livia masih terasa sakit hingga saat ini. Lebih baik Rajendra tidak pulang. Jadi mereka juga tidak akan bertengkar. Lagipula, semakin Rajendra dekat dengannya semakin besar peluang lelaki itu untuk menyakitinya.Selama tiga hari ini pula Livia bisa lebih santai. Ia tidak mendapat tekanan dari siapa pun. Ia melakukan apa pun yang disukainya tanpa ada larangan dari siapa pun. Langit juga setiap hari menelepon, menanyakan keadaan Livia. Menemani malamnya dengan berbagi cerita lucu yang sering membuat Livia tertawa. Livia tahu Langit tulus padanya. Meskipun ada hal-hal yang belum sepenuhnya ia mengerti dari lelaki itu.Livia sangat menikmati keheningan yang tiba

    Last Updated : 2024-12-04
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bertiga

    Pandangan mata Utary dan Indra beradu seperti magnet yang tidak bisa ditolak. Keduanya saling melempar senyum, namun di balik itu ada sesuatu yang tidak terucap. Sebuah rahasia yang hanya mereka pahami. Jantung Utary berdebar kencang. Ia tidak tahu apa ini karena rasa gugup atau sesuatu yang lebih dalam. Sedangkan Indra tampak tenang. "Cewek lo cantik banget, Ndra," kata Indra pada Rajendra tanpa melepaskan tatapannya dari Utary. Utary tampak risih sedangkan Rajendra tersenyum kecil. Utary menundukkan pandangan, melarikan diri dari tatapan Indra yang mengejarnya. Namun rasa risih di hatinya tidak kunjung hilang. "Dia memang cantik," ucap Rajendra dengan nada ringan. "Dan dia punya banyak hal yang orang-orang nggak akan pernah ngerti." Senyum tipis Indra tidak pudar. "Gue yakin banget soal itu," katanya sambil kembali menatap Utary yang kini memalingkan wajah. "Ndra, aku ke toilet bentar," ujar Utary pada Rajendra. Rajendra mengangguk. "Hati-hati." Selagi Utary ke to

    Last Updated : 2024-12-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Awal Kebangkitan Livia

    Tanpa terasa sudah dua minggu lamanya Rajendra tidak pulang ke rumah. Selama itu pula Livia tidak menghubunginya. Biarlah kalau Rajendra mau bebas. Livia akan memberinya kebebasan. Lagi pula percuma Rajendra ada di rumah. Mereka hanya akan bertengkar setiap kali. Dan hati Livia akan semakin sering terluka. Namun tidak bisa ditepis kalau rasa rindu Livia pada Rajendra juga semakin tinggi. Livia mengisi hari-harinya dengan merajut atau membaca buku-buku. "Rajendra masih belum pulang?" tanya Langit suatu hari saat datang ke rumahnya. Perkataan Langit membuat Livia menghentikan sejenak rajutannya lalu menatap ke arah laki-laki itu. "Belum. Tempat Utary lebih nyaman daripada di sini. Di sini hanya ada wanita cacat yang nggak bisa ngapa-ngapain." Sejujurnya Langit merasa iba pada Livia. Perempuan itu terluka tapi selalu menyembunyikan lukanya dari orang-orang. "Livia," ucap langit dengan nada lembut. "Jangan ngomong kayak gitu lagi tentang dirimu." Livia tersenyum tipis. Namun m

    Last Updated : 2024-12-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melawan

    Rajendra terlalu terkejut mendengar kata-kata tajam Livia. Tatapan Livia yang biasanya penuh kepasrahan kini berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Livia seperti sedang mengeluarkan amarahnya yang selama ini terpendam."Maksudmu apa ngomong kayak gitu?" balas Rajendra dengan nada suara yang tak kalah tingginya.Livia berdiri. Ia memeluk dirinya sendiri. Seakan sedang mencoba menahan perasaan yang sudah terlalu lama ia pendam. "Saya sudah muak, Ndra. Kamu pergi tanpa kabar, tinggal di tempat wanita itu lalu datang ke sini hanya untuk bersikap kasar sama saya dan Langit. Untuk apa? Untuk membuktikan kalau saya ini memang nggak ada artinya buat kamu?"Rajendra menarik kakinya mendekati Livia dengan langkah berat. "Kamu nggak tahu apa-apa, Livia. Jadi jangan asal bicara.""Oh ya?" Livia tertawa sarkas. "Kalau memang begitu kasih tahu saya. Jelaskan apa yang sebenarnya saya nggak tahu."Rajendra mendadak bisu. Mulutnya terbuka seolah ingin bicara, tapi tidak sepatah kata pun yang keluar. Ia

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   TAMAT

    Rumah besar Livia dan Rajendra kini terasa sunyi. Anak-anak sudah besar dan berkeluarga. Tapi di setiap akhir pekan rumah mereka selalu ramai oleh tawa canda cucu dan cicit mereka. Anak-anak selalu menawarkan Rajendra dan Livia untuk tinggal bersama mereka tapi keduanya menolak. Mereka lebih memilih untuk tinggal berdua saja dan menghabiskan masa tua bersama.Rajendra dan Livia saat ini sedang berada di kamar mereka. Rajendra sudah berumur 90 tahun sedangkan Livia 3 tahun di bawahnya. Keduanya berbaring di tempat tidur."Hujannya lama ya, Ndra, dari tadi nggak berhenti-henti," kata Livia sembari memandang ke luar jendela, pada titik-titik hujan yang terus berjatuhan."Iya, Sayang. Sekarang kan lagi musim hujan.""Dingin ..." Rajendra merengkuh Livia, memberi lengannya untuk istrinya itu berbaring sedangkan satu tangannya lagi memeluk tubuh Livia. Meski rambut mereka sudah sepenuhnya memutih dan wajah mereka sudah keriput tapi cinta mereka begitu kuat.Livia tersenyum. "Berada di peluk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 8

    Hari-hari setelah kehamilannya terasa berat bagi Gadis. Setiap hari ia mengalami morning sickness yang menyebabkan susah makan.Randu yang biasanya pagi-pagi berangkat ke kedutaan kini harus mengurus Gadis lebih dulu sebelum pergi ke kantornya."Makan dikit ya, Abang bikinin sup hangat atau maunya roti coklat aja?" kata Randu sambil mengelus pundak Gadis yang terduduk lemas di sofa.Gadis menggelengkan kepalanya. "Adis nggak mau apa-apa, Bang. Adis nggak selera makan apa pun.""Tapi setidaknya Adis harus makan sedikit biar ada isi perutnya. Ingat, Dis, anak kita juga butuh asupan."Gadis tersenyum melihat perhatian Randu dan kepanikannya di waktu yang sama. "Ya udah, Adis mau minum teh hangat aja sama roti coklat," putusnya walau kemudian kembali berakhir dengan muntah.Malam harinya saat video call dan mengetahui keadaan Gadis, Livia langsung mengambil keputusan."Ndra, aku harus berangkat.""Ke mana?" tanya Rajendra."Ke Turki. Aku harus nemenin Gadis. Dia butuh aku saat ini. Ini ke

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 7

    Gadis dan Randu memulai kehidupan mereka sebagai suami istri begitu tiba di Ankara, ibukota Turki. Kota itu terasa begitu berbeda dengan suasana di Indonesia. Udara dingin menusuk di musim gugur. Arsitektur Eropa bercampur dengan sentuhan Ottoman serta hiruk pikuk kehidupan yang begitu asing bagi Gadis.Randu sebagai diplomat muda langsung disibukkan dengan pekerjaannya di kedutaan besar Indonesia. Seringkali ia harus menghadiri rapat dengan pejabat Turki, menerima delegasi dari Indonesia, atau menghadiri acara-acara diplomatik. Sementara itu gadis masih beradaptasi dengan kehidupan barunya. Awalnya ia merasa canggung tinggal di negeri orang. Namun Randu selalu berusaha membuatnya nyaman. Mereka tinggal di sebuah apartemen yang luas dengan pemandangan kota Ankara yang indah.Setiap pagi Randu berangkat ke kedutaan, sementara gadis mulai membangun rutinitasnya sendiri. Ia mengambil kursus bahasa Turki agar bisa lebih mudah berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Selain itu ia juga se

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 6

    Hari keberangkatan Gadis dan Randu ke Turki semakin dekat. Di rumah keluarga Rajendra suasana haru kian terasa.Livia sibuk memastikan semua keperluan Gadis sudah siap. Ia berulang kali memeriksa koper putrinya hanya demi memastikan tidak ada barang penting yang tertinggal."Adis, kamu yakin semuanya udah lengkap? Paspor, obat-obatan, udah?" tanya Livia dengan suara bergetar.Gadis tersenyum tipis, ia mencoba menenangkan perasaan ibunya. "Udah, Bunda. Tenang aja, Adis udah cek berkali-kali, sama kayak Bunda."Namun, Livia tetap terlihat cemas. Tangannya gemetar saat merapikan baju-baju Gadis di koper."Nda, udah. Jangan kayak gini. Nanti Adis bakal sering nelepon dan video call sama Bunda kok," kata Gadis menenangkan sang bunda.Livia mengangguk tapi matanya mulai berkaca-kaca. Ia belum siap berpisah dengan Gadis, namun juga tidak mungkin menahan Gadis agar tetap bersamanya karena Gadis sudah menikah.Rajendra juga mencoba untuk tegar. Ia diam saja, memerhatikan semua persiapan denga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 5

    Akad nikah Gadis dan Randu sudah selesai dilaksanakan. Acara disambung dengan resepsi pernikahan.Acara tersebut tampak meriah. Para tamu yang datang terlihat puas. Baik oleh penyelenggaraan acaranya maupun dari hidangan yang disajikan. Wedding singer yang berada di atas panggung yang berada tidak jauh dari pelaminan tidak ada hentinya menyanyikan lagu romantis, membuat atmosfer penuh cinta semakin terasa."Liv, aku mau nyanyi boleh nggak?" kata Rajendra tiba-tiba."Hah?" Mata Livia melebar mendengarnya. "Emang kamu bisa nyanyi?""Bisa dong walau suara aku pas-pasan," kekeh Rajendra.Livia ikut tertawa. "Ya udah gih, nyanyi sana biar anak-anak tahu kalau papanya ada bakat terpendam.""Kamu mau ikutan nyanyi sama aku?""Aku ngeliat dari sini aja."Rajendra berjalan ke belakang panggung, berbicara dengan seseorang lalu naik ke atas panggung. Mikrofon yang tadinya ada di tangan wedding singer berpindah ke tangan Rajendra."Bang, itu Papa mau ngapain?" tanya Gadis yang duduk di pelaminan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 4

    Begitu mendapatkan restu dari Erwin, persiapan pernikahan Gadis dan Randu segera disiapkan.Livia yang paling sibuk. Ia memastikan bahwa semua berjalan lancar dan sempurna untuk anak perempuannya. Begitu pula dengan Rajendra. Ia lebih disibukkan dengan urusan administratif.Gadis menginginkan pernikahan yang sederhana tapi tetap elegan. Setelah berdiskusi panjang akhirnya mereka memutuskan menyewa gedung yang memiliki nuansa taman di dalamnya dengan lampu-lampu gantung. Sementara untuk dekorasinya sendiri dihiasi nuansa putih dan hijau yang menyimbolkan kesan alami dan damai.Untuk pakaian pengantin Randu mengenakan beskap putih klasik. Sedangkan Gadis memilih gaun putih gading dengan detail bordir yang lembut. Saat pertama kali mencobanya ia termenung di depan cermin, menyadari bahwa sebentar lagi hidupnya akan berubah.Mengenai undangan mereka mencetak undangan simpel dengan desain minimalis. Gadis dan Randu memutuskan hanya mengundang orang-orang terdekat. Meskipun begitu Rajendra

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 3

    "Yang benar aja kamu, Ndra. Nggak mungkin Gadis nikah sama Randu!" Begitu kata Erwin di saat Rajendra mengatakan tentang rencana menikahkan kedua anaknya."Aku dan Livia juga kaget, Pi. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka berdua saling mencintai," ujar Rajendra pada Erwin."Kayak nggak ada orang lain aja." Erwin terlihat tidak setuju atas rencana pernikahan keduanya."Ya mau gimana lagi, Pi. Namanya juga cinta."Erwin terdiam. Ia kehilangan kata untuk menjawab kata-kata Rajendra."Pi, kita restui saja mereka. Jangan dipersulit," pinta Rajendra." Aku nggak ingin melihat anakku menderita apalagi kalau mereka sampai kawin lari."Erwin menghela napasnya lalu bertanya, "Sejak kapan mereka pacaran?""Sudah cukup lama, Pi. Livia yang punya firasat itu tapi aku nggak percaya. Sampai akhirnya keduanya mengaku."Erwin terdiam lagi seolah sedang memikirkan perkataan Rajendra. "Kamu nggak lupa siapa orang tua Randu kan, Ndra? Jangan lupa dia anak Utary dan nggak tahu siapa bapaknya.""Aku udah lupakan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 2

    "Liv love, kamu ngeliat Gadis nggak?" tanya Rajendra setelah masuk ke ruangan Livia. Setelah semua yang terjadi Livia juga bekerja di kantor menjadi asisten pribadi Rajendra. Lagi pula anak-anak sudah besar."Paling pergi makan siang bareng Randu," jawab Livia sambil merapikan ikatan rambutnya."Makin hari mereka semakin dekat," komentar Rajendra."Iya. Aku pun ngeliatnya begitu." Livia menimpali. "Kamu ngerasa nggak sih, kalau hubungan mereka kayak udah nggak wajar?""Nggak wajar gimana?" Rajendra mengerutkan dahinya.Livia tampak ragu namun tak urung mengatakan. "Aku ngeliat mereka kayak orang lagi pacaran. Benar nggak?"Rajendra tertawa mendengarnya. "Kamu ada-ada aja, Sayang. Randu dan Gadis kan dari kecil sudah tumbuh bersama. Mereka itu kakak adik. Nggak mungkin mereka seperti yang kamu bilang."Livia terdiam. Yang dikatakan Rajendra ada benarnya. Tapi firasatnya berkata lain. Sebagai seorang ibu ia tahu persis ada yang berbeda dalam hubungan Randu dan Gadis. Cara Randu menatap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status