Share

Bertiga

last update Last Updated: 2024-12-05 14:11:52
Pandangan mata Utary dan Indra beradu seperti magnet yang tidak bisa ditolak. Keduanya saling melempar senyum, namun di balik itu ada sesuatu yang tidak terucap. Sebuah rahasia yang hanya mereka pahami.

Jantung Utary berdebar kencang. Ia tidak tahu apa ini karena rasa gugup atau sesuatu yang lebih dalam.

Sedangkan Indra tampak tenang.

"Cewek lo cantik banget, Ndra," kata Indra pada Rajendra tanpa melepaskan tatapannya dari Utary.

Utary tampak risih sedangkan Rajendra tersenyum kecil.

Utary menundukkan pandangan, melarikan diri dari tatapan Indra yang mengejarnya. Namun rasa risih di hatinya tidak kunjung hilang.

"Dia memang cantik," ucap Rajendra dengan nada ringan. "Dan dia punya banyak hal yang orang-orang nggak akan pernah ngerti."

Senyum tipis Indra tidak pudar. "Gue yakin banget soal itu," katanya sambil kembali menatap Utary yang kini memalingkan wajah.

"Ndra, aku ke toilet bentar," ujar Utary pada Rajendra.

Rajendra mengangguk. "Hati-hati."

Selagi Utary ke to
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Siap untuk dapat sesuatu yang munkin orang lain tidak tahu masa lalu Utary
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Kalo dari bab ini, sepertinya Randu itu hasil "kecelakaan" ya?. Masih ambigu. Tapi udah ada titik terang juga karena si Indra udah nongol. Kalo sampai Rajendra bilang dia udah punya anak, bakal makin seru tuh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Awal Kebangkitan Livia

    Tanpa terasa sudah dua minggu lamanya Rajendra tidak pulang ke rumah. Selama itu pula Livia tidak menghubunginya. Biarlah kalau Rajendra mau bebas. Livia akan memberinya kebebasan. Lagi pula percuma Rajendra ada di rumah. Mereka hanya akan bertengkar setiap kali. Dan hati Livia akan semakin sering terluka. Namun tidak bisa ditepis kalau rasa rindu Livia pada Rajendra juga semakin tinggi. Livia mengisi hari-harinya dengan merajut atau membaca buku-buku. "Rajendra masih belum pulang?" tanya Langit suatu hari saat datang ke rumahnya. Perkataan Langit membuat Livia menghentikan sejenak rajutannya lalu menatap ke arah laki-laki itu. "Belum. Tempat Utary lebih nyaman daripada di sini. Di sini hanya ada wanita cacat yang nggak bisa ngapa-ngapain." Sejujurnya Langit merasa iba pada Livia. Perempuan itu terluka tapi selalu menyembunyikan lukanya dari orang-orang. "Livia," ucap langit dengan nada lembut. "Jangan ngomong kayak gitu lagi tentang dirimu." Livia tersenyum tipis. Namun m

    Last Updated : 2024-12-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Melawan

    Rajendra terlalu terkejut mendengar kata-kata tajam Livia. Tatapan Livia yang biasanya penuh kepasrahan kini berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Livia seperti sedang mengeluarkan amarahnya yang selama ini terpendam."Maksudmu apa ngomong kayak gitu?" balas Rajendra dengan nada suara yang tak kalah tingginya.Livia berdiri. Ia memeluk dirinya sendiri. Seakan sedang mencoba menahan perasaan yang sudah terlalu lama ia pendam. "Saya sudah muak, Ndra. Kamu pergi tanpa kabar, tinggal di tempat wanita itu lalu datang ke sini hanya untuk bersikap kasar sama saya dan Langit. Untuk apa? Untuk membuktikan kalau saya ini memang nggak ada artinya buat kamu?"Rajendra menarik kakinya mendekati Livia dengan langkah berat. "Kamu nggak tahu apa-apa, Livia. Jadi jangan asal bicara.""Oh ya?" Livia tertawa sarkas. "Kalau memang begitu kasih tahu saya. Jelaskan apa yang sebenarnya saya nggak tahu."Rajendra mendadak bisu. Mulutnya terbuka seolah ingin bicara, tapi tidak sepatah kata pun yang keluar. Ia

    Last Updated : 2024-12-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Benci Tapi Entahlah

    Livia masih terduduk di ruang tamu. Tangisnya sudah reda. Sekarang yang dilakukannya adalah mengemasi benang-benang dan alat rajutannya. Tepat di saat itu Livia mendengar suara mobil disertai bunyi klakson.'Siapa yang datang?' pikirnya.Dengan bertumpu pada tongkatnya Livia berjalan keluar. Seketika merasa terkejut ketika menyaksikan Ryuga dan Hazel keluar dari mobil tersebut.Hazel melangkah keluar dari mobil dengan senyum cerah yang menghiasi wajahnya. Ketika melihat Livia berdiri di depan pintu, gadis kecil itu langsung berlari ke arahnya."Ibu Livia! Akhirnya kita bertemu lagi!" seru Hazel penuh semangat. Begitu berdekatan Hazel langsung memeluk Livia. "Hazel kangen sama Ibu," ucapnya manja."Ibu juga kangen sama kamu, Sayang," jawab Livia terharu sambil mengecup puncak kepala Hazel.Ryuga yang kini berdiri tak jauh dari mereka tersenyum lebar sambil menjinjing kantong besar."Apa kabar, Livia?" tanyanya."Kabar baik. Kamu gimana?""Saya ya begitu-begitu saja. Nggak ada yang ber

    Last Updated : 2024-12-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sudah Bisa Tertawa

    Perlahan Livia menoleh kemudian mendudukkan dirinya di sofa dengan tubuh bersandar pada bantal. Sepasang matanya menatap Rajendra dengan ekspresi tenang meski ada kelelahan yang jelas tergambar."Kamu mau bicara apa?" Livia bertanya dengan lembut, berusaha menghindari konflik.Rajendra melangkah mendekat, berhenti di depan sofa. Sementara kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Wajahnya terlihat tegang. Seolah-olah sedang menahan luapan emosi."Ryuga," sebutnya singkat namun tajam."Kenapa Ryuga?""Apa kamu nggak ngerasa aneh dia tiba-tiba datang membawa makanan dan berlama-lama di sini? Bertingkah seolah dia bagian dari hidupmu?""Ryuga hanya mampir. Dia membawa makanan oleh-oleh dari Palembang karena baru pulang dari sana. Dan kebetulan Hazel juga pengen ketemu saya. Nggak ada yang salah dengan itu.""Nggak ada yang salah?" Rajendra mendengkus lalu tertawa kecil. "Kamu lupa siapa aku? Perlu aku ingatkan lagi? Aku suamimu, Livia!" tegas Rajendra keras penuh penekanan.Livia

    Last Updated : 2024-12-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mulai Perhatian

    Alarm di dekat telinga Livia sudah menjerit-jerit sejak tadi. Namun ia tetap meringkuk di bawah selimutnya. Kepalanya terasa sedikit berat. Livia butuh tidur sedikit lagi.Alarm yang terus berbunyi membuat tidur Rajendra jadi terganggu. Lelaki itu berdecak kesal.'Kenapa dia nggak bangun juga?'Merasa kesal, Rajendra turun dari tempat tidur lalu melangkah mendekati sofa."Livia, bangun! Matikan alarmmu."Livia bergeming. Sehingga akhirnya Rajendra mengambil ponsel Livia lalu mematikan alarm tersebut dengan tangannya sendiri. Tanpa sengaja Rajendra melihat wallpaper handphone Livia yang merupakan foto USG anaknya.Rajendra tertegun tapi tidak lama."Kalau pasang alarm tuh, bangun! Jangan cuma bikin berisik!" Rajendra mengomel dongkol.Livia tidak menanggapi ocehan Rajendra. Ia tetap meringkuk di bawah selimut. Ia merasa tidak enak badan."Livia, bangun! Kamu nggak masak? Aku mau sarapan. perutku lapar." Rajendra menarik-narik tangan Livia dan tidak sengaja ia menyentuh dahinya yang ter

    Last Updated : 2024-12-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Prioritas Yang Sudah Berubah

    Livia memandangi Rajendra dengan tatapan yang dipenuhi rasa heran. Apa benar ini Rajendra yang selalu bersikap dingin dan kasar padanya?Livia berusaha mencari celah, tanda lelaki itu hanya bersandiwara. Namun ucapannya tadi terdengar serius."Nggak perlu lah, Ndra. Saya hanya lagi nggak enak badan bukan sakit yang serius. Anak saya pasti akan baik-baik saja." Livia sengaja menggunakan kata 'anak saya' dan bukan lagi 'anak kita'."Jangan ngeyel, Livia. Kamu nggak bisa menjamin kondisi anak kamu kalau belum periksa ke dokter," paksa Rajendra. "Aku antar." Rajendra melanjutkan dengan nada lebih tegas. Tanpa persetujuan dari Livia ia mengambil kunci mobil dan bersiap-siap.Livia masih tertegun di tempatnya. Ada perasaan hangat yang tidak ia mengerti merambat di dadanya meskipun ia mencoba menahannya.Kenapa baru sekarang Rajendra bersikap begini?Pada Akhirnya Livia menyerah. Ia mencoba bangkit meskipun tubuhnya terasa lemah. Rajendra segera menghampiri lalu menyodorkan lengannya sebagai

    Last Updated : 2024-12-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ceraikan Saya

    Livia pandangi suaminya dengan ekspresi datar sambil menyembunyikan kekalutan di hatinya. Sulit untuk percaya bahwa Rajendra menolak panggilan dari Utary hanya karena ingin bersamanya."Ayo, Liv, tunggu apa lagi? Obatnya udah aku ambil," tegur Rajendra pada Livia yang termenung. Bahkan Livia tidak sadar bahwa namanya sudah dipanggil petugas apotik.Livia mengangguk dengan perlahan. Ia menggeser tongkatnya, berjalan pelan mengikuti langkah Rajendra yang sengaja memperlambat langkahnya agar bisa sejajar dengan Livia.Di dalam perjalanan ke toko alat kesehatan, suasana di dalam mobil penuh keheningan. Livia mengarah ke luar jendela, mencoba fokus pada pemandangan jalan dan membiarkan pikirannya tenggelam akan perubahan sikap Rajendra."Kenapa diam terus? Ada yang lagi kamu pikirin?" Rajendra akhirnya membuka suara."Nggak ada apa-apa," jawab Livia pendek."Jangan bohong, Livia. Aku bisa membaca ekspresi kamu. Let me know kalau ada yang mengganggu pikiran kamu."Livia membetulkan duduknya

    Last Updated : 2024-12-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Silaturahmi Kita Tetap Terjaga

    "Cerai lagi, cerai lagi! Kenapa itu yang selalu kamu bicarakan?!"Livia tersentak mendengar Rajendra yang tiba-tiba membentaknya sambil menggebrak meja.Livia yang tadinya berbaring langsung duduk. Ia sungguh tidak paham pada sikap Rajendra. Rajendra yang tadinya lembut tiba-tiba berubah drastis."Apa nggak ada hal lain yang bisa kamu katakan selain cerai, hah?!" suara Rajendra semakin tinggi. Ada kilat amarah di matanya yang sulit untuk disembunyikan."Maksud saya baik, Ndra. Saya berkata begitu karena banyak pertimbangan." Livia mengambil jeda sejenak. Sementara Rajendra diam menatapnya dengan tatapan menusuk. Kemudian Livia kembali melanjutkan perkataannya."Yang pertama Randu terbukti sebagai anak kandung kamu. Jadi sebaiknya kamu dan Utary menikah. Biar saya yang mengalah karena percuma kita bersama. Kamu nggak mencintai saya dan nggak mau mengakui anak yang saya kandung adalah hasil hubungan kita berdua. Jadi apalagi yang harus dipertahankan? Perceraian bukanlah hal yang memalu

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   TAMAT

    Rumah besar Livia dan Rajendra kini terasa sunyi. Anak-anak sudah besar dan berkeluarga. Tapi di setiap akhir pekan rumah mereka selalu ramai oleh tawa canda cucu dan cicit mereka. Anak-anak selalu menawarkan Rajendra dan Livia untuk tinggal bersama mereka tapi keduanya menolak. Mereka lebih memilih untuk tinggal berdua saja dan menghabiskan masa tua bersama.Rajendra dan Livia saat ini sedang berada di kamar mereka. Rajendra sudah berumur 90 tahun sedangkan Livia 3 tahun di bawahnya. Keduanya berbaring di tempat tidur."Hujannya lama ya, Ndra, dari tadi nggak berhenti-henti," kata Livia sembari memandang ke luar jendela, pada titik-titik hujan yang terus berjatuhan."Iya, Sayang. Sekarang kan lagi musim hujan.""Dingin ..." Rajendra merengkuh Livia, memberi lengannya untuk istrinya itu berbaring sedangkan satu tangannya lagi memeluk tubuh Livia. Meski rambut mereka sudah sepenuhnya memutih dan wajah mereka sudah keriput tapi cinta mereka begitu kuat.Livia tersenyum. "Berada di peluk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 8

    Hari-hari setelah kehamilannya terasa berat bagi Gadis. Setiap hari ia mengalami morning sickness yang menyebabkan susah makan.Randu yang biasanya pagi-pagi berangkat ke kedutaan kini harus mengurus Gadis lebih dulu sebelum pergi ke kantornya."Makan dikit ya, Abang bikinin sup hangat atau maunya roti coklat aja?" kata Randu sambil mengelus pundak Gadis yang terduduk lemas di sofa.Gadis menggelengkan kepalanya. "Adis nggak mau apa-apa, Bang. Adis nggak selera makan apa pun.""Tapi setidaknya Adis harus makan sedikit biar ada isi perutnya. Ingat, Dis, anak kita juga butuh asupan."Gadis tersenyum melihat perhatian Randu dan kepanikannya di waktu yang sama. "Ya udah, Adis mau minum teh hangat aja sama roti coklat," putusnya walau kemudian kembali berakhir dengan muntah.Malam harinya saat video call dan mengetahui keadaan Gadis, Livia langsung mengambil keputusan."Ndra, aku harus berangkat.""Ke mana?" tanya Rajendra."Ke Turki. Aku harus nemenin Gadis. Dia butuh aku saat ini. Ini ke

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 7

    Gadis dan Randu memulai kehidupan mereka sebagai suami istri begitu tiba di Ankara, ibukota Turki. Kota itu terasa begitu berbeda dengan suasana di Indonesia. Udara dingin menusuk di musim gugur. Arsitektur Eropa bercampur dengan sentuhan Ottoman serta hiruk pikuk kehidupan yang begitu asing bagi Gadis.Randu sebagai diplomat muda langsung disibukkan dengan pekerjaannya di kedutaan besar Indonesia. Seringkali ia harus menghadiri rapat dengan pejabat Turki, menerima delegasi dari Indonesia, atau menghadiri acara-acara diplomatik. Sementara itu gadis masih beradaptasi dengan kehidupan barunya. Awalnya ia merasa canggung tinggal di negeri orang. Namun Randu selalu berusaha membuatnya nyaman. Mereka tinggal di sebuah apartemen yang luas dengan pemandangan kota Ankara yang indah.Setiap pagi Randu berangkat ke kedutaan, sementara gadis mulai membangun rutinitasnya sendiri. Ia mengambil kursus bahasa Turki agar bisa lebih mudah berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Selain itu ia juga se

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 6

    Hari keberangkatan Gadis dan Randu ke Turki semakin dekat. Di rumah keluarga Rajendra suasana haru kian terasa.Livia sibuk memastikan semua keperluan Gadis sudah siap. Ia berulang kali memeriksa koper putrinya hanya demi memastikan tidak ada barang penting yang tertinggal."Adis, kamu yakin semuanya udah lengkap? Paspor, obat-obatan, udah?" tanya Livia dengan suara bergetar.Gadis tersenyum tipis, ia mencoba menenangkan perasaan ibunya. "Udah, Bunda. Tenang aja, Adis udah cek berkali-kali, sama kayak Bunda."Namun, Livia tetap terlihat cemas. Tangannya gemetar saat merapikan baju-baju Gadis di koper."Nda, udah. Jangan kayak gini. Nanti Adis bakal sering nelepon dan video call sama Bunda kok," kata Gadis menenangkan sang bunda.Livia mengangguk tapi matanya mulai berkaca-kaca. Ia belum siap berpisah dengan Gadis, namun juga tidak mungkin menahan Gadis agar tetap bersamanya karena Gadis sudah menikah.Rajendra juga mencoba untuk tegar. Ia diam saja, memerhatikan semua persiapan denga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 5

    Akad nikah Gadis dan Randu sudah selesai dilaksanakan. Acara disambung dengan resepsi pernikahan.Acara tersebut tampak meriah. Para tamu yang datang terlihat puas. Baik oleh penyelenggaraan acaranya maupun dari hidangan yang disajikan. Wedding singer yang berada di atas panggung yang berada tidak jauh dari pelaminan tidak ada hentinya menyanyikan lagu romantis, membuat atmosfer penuh cinta semakin terasa."Liv, aku mau nyanyi boleh nggak?" kata Rajendra tiba-tiba."Hah?" Mata Livia melebar mendengarnya. "Emang kamu bisa nyanyi?""Bisa dong walau suara aku pas-pasan," kekeh Rajendra.Livia ikut tertawa. "Ya udah gih, nyanyi sana biar anak-anak tahu kalau papanya ada bakat terpendam.""Kamu mau ikutan nyanyi sama aku?""Aku ngeliat dari sini aja."Rajendra berjalan ke belakang panggung, berbicara dengan seseorang lalu naik ke atas panggung. Mikrofon yang tadinya ada di tangan wedding singer berpindah ke tangan Rajendra."Bang, itu Papa mau ngapain?" tanya Gadis yang duduk di pelaminan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 4

    Begitu mendapatkan restu dari Erwin, persiapan pernikahan Gadis dan Randu segera disiapkan.Livia yang paling sibuk. Ia memastikan bahwa semua berjalan lancar dan sempurna untuk anak perempuannya. Begitu pula dengan Rajendra. Ia lebih disibukkan dengan urusan administratif.Gadis menginginkan pernikahan yang sederhana tapi tetap elegan. Setelah berdiskusi panjang akhirnya mereka memutuskan menyewa gedung yang memiliki nuansa taman di dalamnya dengan lampu-lampu gantung. Sementara untuk dekorasinya sendiri dihiasi nuansa putih dan hijau yang menyimbolkan kesan alami dan damai.Untuk pakaian pengantin Randu mengenakan beskap putih klasik. Sedangkan Gadis memilih gaun putih gading dengan detail bordir yang lembut. Saat pertama kali mencobanya ia termenung di depan cermin, menyadari bahwa sebentar lagi hidupnya akan berubah.Mengenai undangan mereka mencetak undangan simpel dengan desain minimalis. Gadis dan Randu memutuskan hanya mengundang orang-orang terdekat. Meskipun begitu Rajendra

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 3

    "Yang benar aja kamu, Ndra. Nggak mungkin Gadis nikah sama Randu!" Begitu kata Erwin di saat Rajendra mengatakan tentang rencana menikahkan kedua anaknya."Aku dan Livia juga kaget, Pi. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka berdua saling mencintai," ujar Rajendra pada Erwin."Kayak nggak ada orang lain aja." Erwin terlihat tidak setuju atas rencana pernikahan keduanya."Ya mau gimana lagi, Pi. Namanya juga cinta."Erwin terdiam. Ia kehilangan kata untuk menjawab kata-kata Rajendra."Pi, kita restui saja mereka. Jangan dipersulit," pinta Rajendra." Aku nggak ingin melihat anakku menderita apalagi kalau mereka sampai kawin lari."Erwin menghela napasnya lalu bertanya, "Sejak kapan mereka pacaran?""Sudah cukup lama, Pi. Livia yang punya firasat itu tapi aku nggak percaya. Sampai akhirnya keduanya mengaku."Erwin terdiam lagi seolah sedang memikirkan perkataan Rajendra. "Kamu nggak lupa siapa orang tua Randu kan, Ndra? Jangan lupa dia anak Utary dan nggak tahu siapa bapaknya.""Aku udah lupakan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 2

    "Liv love, kamu ngeliat Gadis nggak?" tanya Rajendra setelah masuk ke ruangan Livia. Setelah semua yang terjadi Livia juga bekerja di kantor menjadi asisten pribadi Rajendra. Lagi pula anak-anak sudah besar."Paling pergi makan siang bareng Randu," jawab Livia sambil merapikan ikatan rambutnya."Makin hari mereka semakin dekat," komentar Rajendra."Iya. Aku pun ngeliatnya begitu." Livia menimpali. "Kamu ngerasa nggak sih, kalau hubungan mereka kayak udah nggak wajar?""Nggak wajar gimana?" Rajendra mengerutkan dahinya.Livia tampak ragu namun tak urung mengatakan. "Aku ngeliat mereka kayak orang lagi pacaran. Benar nggak?"Rajendra tertawa mendengarnya. "Kamu ada-ada aja, Sayang. Randu dan Gadis kan dari kecil sudah tumbuh bersama. Mereka itu kakak adik. Nggak mungkin mereka seperti yang kamu bilang."Livia terdiam. Yang dikatakan Rajendra ada benarnya. Tapi firasatnya berkata lain. Sebagai seorang ibu ia tahu persis ada yang berbeda dalam hubungan Randu dan Gadis. Cara Randu menatap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status