แชร์

Sudah Bisa Tertawa

ผู้เขียน: Zizara Geoveldy
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-06 16:56:59

Perlahan Livia menoleh kemudian mendudukkan dirinya di sofa dengan tubuh bersandar pada bantal. Sepasang matanya menatap Rajendra dengan ekspresi tenang meski ada kelelahan yang jelas tergambar.

"Kamu mau bicara apa?" Livia bertanya dengan lembut, berusaha menghindari konflik.

Rajendra melangkah mendekat, berhenti di depan sofa. Sementara kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Wajahnya terlihat tegang. Seolah-olah sedang menahan luapan emosi.

"Ryuga," sebutnya singkat namun tajam.

"Kenapa Ryuga?"

"Apa kamu nggak ngerasa aneh dia tiba-tiba datang membawa makanan dan berlama-lama di sini? Bertingkah seolah dia bagian dari hidupmu?"

"Ryuga hanya mampir. Dia membawa makanan oleh-oleh dari Palembang karena baru pulang dari sana. Dan kebetulan Hazel juga pengen ketemu saya. Nggak ada yang salah dengan itu."

"Nggak ada yang salah?" Rajendra mendengkus lalu tertawa kecil. "Kamu lupa siapa aku? Perlu aku ingatkan lagi? Aku suamimu, Livia!" tegas Rajendra keras penuh penekanan.

Livia
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (4)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Livia yang sudah terlalu kuat menanggung beban selama ini bisa sedikit lega
goodnovel comment avatar
Elis Sulistianty
livia hempaskan si bodo tolol rajendra mending ma rugya
goodnovel comment avatar
Nyemas Misna Ariyana
ayo livia bangkit, harus move on biar di lalik menyesal wkwkwk
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mulai Perhatian

    Alarm di dekat telinga Livia sudah menjerit-jerit sejak tadi. Namun ia tetap meringkuk di bawah selimutnya. Kepalanya terasa sedikit berat. Livia butuh tidur sedikit lagi.Alarm yang terus berbunyi membuat tidur Rajendra jadi terganggu. Lelaki itu berdecak kesal.'Kenapa dia nggak bangun juga?'Merasa kesal, Rajendra turun dari tempat tidur lalu melangkah mendekati sofa."Livia, bangun! Matikan alarmmu."Livia bergeming. Sehingga akhirnya Rajendra mengambil ponsel Livia lalu mematikan alarm tersebut dengan tangannya sendiri. Tanpa sengaja Rajendra melihat wallpaper handphone Livia yang merupakan foto USG anaknya.Rajendra tertegun tapi tidak lama."Kalau pasang alarm tuh, bangun! Jangan cuma bikin berisik!" Rajendra mengomel dongkol.Livia tidak menanggapi ocehan Rajendra. Ia tetap meringkuk di bawah selimut. Ia merasa tidak enak badan."Livia, bangun! Kamu nggak masak? Aku mau sarapan. perutku lapar." Rajendra menarik-narik tangan Livia dan tidak sengaja ia menyentuh dahinya yang ter

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Prioritas Yang Sudah Berubah

    Livia memandangi Rajendra dengan tatapan yang dipenuhi rasa heran. Apa benar ini Rajendra yang selalu bersikap dingin dan kasar padanya?Livia berusaha mencari celah, tanda lelaki itu hanya bersandiwara. Namun ucapannya tadi terdengar serius."Nggak perlu lah, Ndra. Saya hanya lagi nggak enak badan bukan sakit yang serius. Anak saya pasti akan baik-baik saja." Livia sengaja menggunakan kata 'anak saya' dan bukan lagi 'anak kita'."Jangan ngeyel, Livia. Kamu nggak bisa menjamin kondisi anak kamu kalau belum periksa ke dokter," paksa Rajendra. "Aku antar." Rajendra melanjutkan dengan nada lebih tegas. Tanpa persetujuan dari Livia ia mengambil kunci mobil dan bersiap-siap.Livia masih tertegun di tempatnya. Ada perasaan hangat yang tidak ia mengerti merambat di dadanya meskipun ia mencoba menahannya.Kenapa baru sekarang Rajendra bersikap begini?Pada Akhirnya Livia menyerah. Ia mencoba bangkit meskipun tubuhnya terasa lemah. Rajendra segera menghampiri lalu menyodorkan lengannya sebagai

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ceraikan Saya

    Livia pandangi suaminya dengan ekspresi datar sambil menyembunyikan kekalutan di hatinya. Sulit untuk percaya bahwa Rajendra menolak panggilan dari Utary hanya karena ingin bersamanya."Ayo, Liv, tunggu apa lagi? Obatnya udah aku ambil," tegur Rajendra pada Livia yang termenung. Bahkan Livia tidak sadar bahwa namanya sudah dipanggil petugas apotik.Livia mengangguk dengan perlahan. Ia menggeser tongkatnya, berjalan pelan mengikuti langkah Rajendra yang sengaja memperlambat langkahnya agar bisa sejajar dengan Livia.Di dalam perjalanan ke toko alat kesehatan, suasana di dalam mobil penuh keheningan. Livia mengarah ke luar jendela, mencoba fokus pada pemandangan jalan dan membiarkan pikirannya tenggelam akan perubahan sikap Rajendra."Kenapa diam terus? Ada yang lagi kamu pikirin?" Rajendra akhirnya membuka suara."Nggak ada apa-apa," jawab Livia pendek."Jangan bohong, Livia. Aku bisa membaca ekspresi kamu. Let me know kalau ada yang mengganggu pikiran kamu."Livia membetulkan duduknya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Silaturahmi Kita Tetap Terjaga

    "Cerai lagi, cerai lagi! Kenapa itu yang selalu kamu bicarakan?!"Livia tersentak mendengar Rajendra yang tiba-tiba membentaknya sambil menggebrak meja.Livia yang tadinya berbaring langsung duduk. Ia sungguh tidak paham pada sikap Rajendra. Rajendra yang tadinya lembut tiba-tiba berubah drastis."Apa nggak ada hal lain yang bisa kamu katakan selain cerai, hah?!" suara Rajendra semakin tinggi. Ada kilat amarah di matanya yang sulit untuk disembunyikan."Maksud saya baik, Ndra. Saya berkata begitu karena banyak pertimbangan." Livia mengambil jeda sejenak. Sementara Rajendra diam menatapnya dengan tatapan menusuk. Kemudian Livia kembali melanjutkan perkataannya."Yang pertama Randu terbukti sebagai anak kandung kamu. Jadi sebaiknya kamu dan Utary menikah. Biar saya yang mengalah karena percuma kita bersama. Kamu nggak mencintai saya dan nggak mau mengakui anak yang saya kandung adalah hasil hubungan kita berdua. Jadi apalagi yang harus dipertahankan? Perceraian bukanlah hal yang memalu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-07
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Buket Bunga Bank

    Rajendra mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya nyaris memutih. Rahangnya menegang mendengar pernyataan Livia yang menghujamnya. Emosinya meledak, tapi ia tidak berteriak. Rajendra mendekat ke arah Livia dengan langkah berat. Lelaki itu menundukkan wajahnya agar sejajar dengan Livia yang tetap duduk santai di sofa. "Jadi kamu pikir ini lelucon, lawakan. Begitu, Liv? ujarnya dengan suara rendah. "Dan untuk apa kamu membawa-bawa langit dan Ryuga? Buat memancing emosi aku?" Livia membalas tatapan rajendra tanpa gentar. "Saya pikir nggak ada yang salah. Toh mereka jauh lebih baik darimu. Setidaknya mereka tahu cara menghargai wanita." Mata Rajendra semakin merah. Amarah membara di hatinya. Sebelum ia menjawab perkataan Livia, wanita itu lebih dulu berbicara. "Satu hal lagi, Ndra. Jangan pikir dengan hinaan dan cacianmu saya akan hancur. Justru kalimat-kalimat kasarmu adalah pengingat bahwa saya berhak mendapatkan yang lebih baik. Jadi kalau kamu nggak mau menceraikan saya,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sekarang Lagi Musim Maling

    'Lelaki ini benar-benar sudah gila,' batin Livia sambil melihat seluruh pakaiannya yang berada di dalam koper kini berserakan di lantai.Ketika pandangannya beradu dengan pintu ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Rajendra mengunci pintu dan mengantongi di dalam sakunya.'Mungkin kejiwaannya perlu diperiksa,' batin Livia lagi.Bagaimana tidak? Sikap Rajendra berubah dengan cepat. Emosinya tidak stabil. Dan perbuatannya pun aneh. Siapa yang tidak heran kalau begitu.Dengan susah payah Livia mengemasi pakaiannya dari lantai kemudian menyusunnya kembali dengan rapi di dalam lemari. Sementara itu Rajendra berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup. Livia tidak tahu apa laki-laki itu sudah benar-benar tidur atau masih tidur-tidur ayam.Yang Livia tahu, tadi ia melihat Rajendra mematikan ponselnya kemudian meletakkan di nakas. Sedangkan kunci kamar berada di saku celana laki-laki itu karena ia takut Livia akan kabur.***Livia terbangun sedikit lebih lambat pagi ini. Semalam sete

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Keputusan Cerai Yang Bulat

    Livia menegakkan tubuhnya, merasa topik pembicaraan ini begitu penting. Ia juga meletakkan kaus kaki mungil rajutannya di pangkuan."Iya, Tante, gimana?""Sebelumnya Tante minta maaf karena harus membicarakan ini dengan kamu. Tapi Tante rasa kamu perlu tahu. Atau apa Rajendra sudah membicarakannya secara khusus dengan kamu?"Livia menjawab dengan gelengan kepala."Oh, mungkin dia hanya ingin menjaga perasaan kamu."'Perasaan? Perasaan apa yang dia jaga? Yang terjadi dia hanya terus menyakitiku,' batin Livia.Livia menunggu sampai Lola menyampaikan apa yang hendak dikatakannya."Beberapa hari yang lalu Rajendra datang ke rumah untuk menemui Tante dan papinya. Rajendra membawa surat hasil tes DNA itu. Dan hasilnya dinyatakan kalau Randu adalah anak kandung Rajendra."Livia terdiam. Kalau soal anak kandung ia sudah tahu dari Rajendra. Ia hanya tidak tahu kapan tes itu dilakukan."Iya, Tante. Rajendra sudah bilang begitu kalau Randu adalah anak kandungnya.""Kamu yang sabar ya, Liv. Ini m

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Anything For You

    Langit datang sore harinya ke rumah Livia. Lelaki itu terkejut ketika ia dilarang masuk oleh lelaki yang katanya sekuriti rumah itu.Langit berdiri dengan alis mengernyit. Ia tidak pernah melihat sekuriti sebelumnya. Sekuriti itu menghalanginya masuk."Maaf, Mas, tapi siapa pun yang datang dilarang masuk tanpa izin dari pemilik rumah!" Danu berujar dengan nada tegas.Langit tertawa mendengarnya. "Saya ini saudara Rajendra, Pak. Saya sudah sering ke sini dan nggak ada masalah. Tolong panggil Livia, saya harus bicara dengan dia," ujar Langit dengan nada kesal."Sekali lagi maaf, Mas. Tidak bisa. Saya hanya menjalankan perintah."Langit mulai kehilangan kesabaran lantaran diperlakukan seperti itu. "Tolong jangan buat saya marah ya, Pak. Kalau Bapak nggak mau bukain pintunya saya akan telepon Rajendra sekarang."Nama Rajendra yang disebut membuat sekuriti itu terlihat ragu sejenak. Sebelum ia sempat memberi jawaban, suara lembut namun tegas terdengar dari arah rumah."Langit!" Livia seger

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-09

บทล่าสุด

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 2

    "Liv love, kamu ngeliat Gadis nggak?" tanya Rajendra setelah masuk ke ruangan Livia. Setelah semua yang terjadi Livia juga bekerja di kantor menjadi asisten pribadi Rajendra. Lagi pula anak-anak sudah besar."Paling pergi makan siang bareng Randu," jawab Livia sambil merapikan ikatan rambutnya."Makin hari mereka semakin dekat," komentar Rajendra."Iya. Aku pun ngeliatnya begitu." Livia menimpali. "Kamu ngerasa nggak sih, kalau hubungan mereka kayak udah nggak wajar?""Nggak wajar gimana?" Rajendra mengerutkan dahinya.Livia tampak ragu namun tak urung mengatakan. "Aku ngeliat mereka kayak orang lagi pacaran. Benar nggak?"Rajendra tertawa mendengarnya. "Kamu ada-ada aja, Sayang. Randu dan Gadis kan dari kecil sudah tumbuh bersama. Mereka itu kakak adik. Nggak mungkin mereka seperti yang kamu bilang."Livia terdiam. Yang dikatakan Rajendra ada benarnya. Tapi firasatnya berkata lain. Sebagai seorang ibu ia tahu persis ada yang berbeda dalam hubungan Randu dan Gadis. Cara Randu menatap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 376

    Rajendra membawa Livia dengan disupiri Geri setelah menitipkan anak-anak pada Bu Mimi. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak panik. Maklum saja, ini adalah untuk pertama kalinya Rajendra melewati semua momen kehamilan Livia, mulai dari morning sickness, masa-masa Livia tidak bisa makan apa pun, masa-masa betapa protektifnya Rajendra padanya, masa-masa kehamilan tua di mana Livia mulai merasa kesakitan di mana-mana dan tidak bisa tidur hingga saat ini tiba masanya untuk melahirkan."Sakit banget, Ndraaa ..." Livia merintih tidak tahan di atas pangkuan Rajendra."Iya, Sayang. Sabar sebentar ya. Nggak lama lagi kita nyampe di rumah sakit," kata Rajendra sambil mengelus-elus perut Livia. "Ger, lebih kencang lagi," suruh Rajendra pada Geri agar menaikkan kecepatan."Baik, Pak," jawab Geri sambil memandang melalui spion tengah kemudian menekan pedal gas lebih dalam.Selama dalam perjalanan ke rumah sakit Livia terus merintih. Melihat ringisan di wajahnya membuat Rajendra tidak tahan. Andai

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 375

    Kehamilan ketiga ini tidak mudah bagi Livia. Kondisinya lebih lemah dari dua kehamilan sebelumnya. Livia yang sering mual dan muntah-muntah otomatis membuat anak-anak bertanya apa yang terjadi pada ibu mereka."Bang Randu, tahu nggak kenapa Bunda muntah-muntah terus?" tanya Gadis pada Randu ketika mereka akan berangkat sekolah pagi itu.Livia yang muntah setiap pagi dan Rajendra yang selalu memijit tengkuknya adalah pemandangan yang sering dilihat anak-anak belakangan ini.Randu mengangkat bahunya tidak tahu. "Entahlah. Abang juga nggak tahu, Dis.""Apa mungkin Bunda lagi sakit?" Gadis terlihat khawatir."Kita tanya aja langsung yuk," ajak Randu.Kedua anak itu menunggu Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi. Mereka saling pandang saat mendengar suara muntahan dari arah dalam sana.Beberapa menit kemudian Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi."Ngapain pada kumpul di sini?" tanya Rajendra."Adis dengar Bunda muntah-muntah terus setiap pagi, Pa. Bunda sakit apa, Pa?" tanya Gad

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 374

    "Kok aku bawaannya pengen nyium celana dalam kamu terus ya, Liv?" "Apa sih, Ndra?" Livia mendelik malu, mukanya sedikit memerah."Iya, Sayang, aku serius," jawab Rajendra sungguh-sungguh. "Sini!" Rajendra merenggut celana dalam bekas pakai Livia setelah Livia membukanya. Saat itu mereka akan mandi berdua.Livia terpaksa memberikannya pada Rajendra. Lelaki itu langsung mencium dan menjilatinya tepat di bagian kewanitaan Livia."Astaga, Ndra!" Livia geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Ternyata Rajendra kalau bucin gini amat ya?"Wanginya khas, aku suka," kata Rajendra yang membuat Livia bertambah malu."Sini, Ndra! Balikin nggak?" Livia berusaha merebut dari tangan Rajendra tapi Rajendra menjauhkan celana dalam itu dengan mengangkatnya tinggi-tinggi."Cuma celana dalam aja, Sayang. Pelit banget sih." Rajendra tertawa melihat ekspresi Livia yang sudah kehabisan akal."Tapi kamu itu aneh. Masa maunya celana dalam aku. Nggak cukup apa nyium yang ini?" Livia menunjuk organ vital

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 373

    lHari demi hari berlangsung dengan damai. Kehidupan rumah tangga Livia dan Rajendra berlangsung harmonis bersama anak-anak mereka. Sesekali Rajendra menelepon Lunetta, namun gadis kecil itu tidak ingin berbicara dengannya. Lunetta masih merajuk lantaran Rajendra meninggalkannya di tempat sang nenek.Sementara itu Rajendra menjadi ayah yang siaga untuk Ananta. Hampir setiap malam Rajendra menemani Livia begadang untuk menyusui atau mengurus Ananta jika anak itu tidak mau tidur. Mereka saling bahu membahu dan berbagi tugas. Setiap tumbuh kembang Ananta tidak lepas dari perhatian Rajendra. Rajendra tidak ingin kehilangan momen-momen penting itu karena tidak akan bisa diulang kembali. Tanpa terasa sekarang Ananta sudah berusia satu tahun. Anak itu sudah bisa berjalan walau kakinya belum terlalu kokoh. Sore itu Rajendra pulang lebih cepat dari biasanya sehingga ia punya banyak waktu bermain dengan Ananta."Ndra, tolong jagain Ananta sebentar ya, aku mau nyiapin makanannya," ujar Livia."

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 372

    "Lho, Papa kenapa udah pulang? Katanya Papa pergi liburan?" Gadis tercengang ketika sore itu melihat Rajendra sudah ada di rumah."Papa nggak jadi liburan, Papa tadi pagi cuma mengantar Kak Lunetta ke rumah kakek dan neneknya.""Apa, Pa? Berarti Papa bohongin kita? Kata Papa bohong itu dosa," mulut Gadis mengerucut.Rajendra tertawa karenanya. "Papa nggak bohong, Nak. Papa cuma nggak ingin bikin Adis sedih.""Emangnya Lunetta nggak bakal ke sini lagi ya, Pa?" tanya Randu menimpali.Rajendra menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini nggak. Lunetta tinggal dan sekolah di Surabaya. Nanti kalau liburan dia baru ke sini.""Kasihan Kak Lunetta. Kalau tahu dia mau pergi Adis kan bisa kasih hadiah perpisahan. Lagian emangnya di sana Kak Lunetta main sama siapa, Pa? Kak Lunetta kan nggak punya teman.""Ada, Sayang. Nanti kalau Kak Lunetta sudah sekolah temannya juga banyak seperti di sini. Adis nggak usah khawatir ya." Rajendra me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 371

    Taksi berhenti di depan sebuah rumah bercat putih berpagar hitam. Rajendra dan Lunetta turun. Sebelah tangan Rajendra menggeret koper sedangkan sebelahnya lagi menggandeng tangan Lunetta."Papa, kenapa hotelnya kayak gini? Kenapa nggak bagus?" tanya Lunetta keheranan. Matanya mengelana ke sekeliling."Ini bukan hotel, Sayang. Ini rumah nenek dan kakek, orang tuanya mommy Sharon."Lunetta terdiam sejenak sebelum kembali bertanya. "Kita ngapain di sini, Pa?""Kita ngunjungin nenek dan kakek. Selama ini mereka nggak tahu Lunetta itu yang mana. Ayo kita masuk."Berhubung pagar yang tidak dikunci memudahkan Rajendra untuk masuk ke dalam pekarangan. Tepat di depan pintu Rajendra menekan bel. Hanya dalam beberapa detik seorang wanita berusia enam puluhan keluar."Tante Ratih, masih ingat saya?" kata Rajendra mengawali.Wanita itu mengerutkan dahinya seolah sedang berpikir. Setelah ingatannya pulih ia berkata, "Rajendra?""Iya, Tante. Ini saya.""Sudah lama sekali saya tidak ketemu kamu," uja

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 370

    Pagi itu Gadis keheranan menyaksikan Lunetta yang tidak mengenakan seragam sekolah seperti dirinya."Kak Lunetta mau ke mana?" tanyanya."Mau liburan sama Papa. Kamu nggak diajak ya?" ucap Lunetta bangga lantaran hanya dirinya yang ikut pergi dengan Rajendra."Liburan? Kita kan sekolah. Lagian Papa kok nggak ngajak Adis?""Aku juga nggak diajak." Randu menimpali.Keheranan mereka semakin kentara saat melihat Rajendra muncul dengan membawa koper Lunetta. Koper itu besar seperti digunakan untuk perjalanan jauh."Papa mau liburan ke mana sama Kak Lunetta? Kenapa Adis dan Bang Randu nggak diajak?" Gadis memprotes tindakan ayahnya."Papa ke Surabaya sama Kak Lunetta. Kali ini Adis dan Bang Randu nggak usah ikut ya. Temenin Bunda di rumah jaga adek.""Yaaa ... kita nggak liburan bareng-bareng dong."Lunetta tersenyum puas melihat kekecewaan Gadis."Tapi nggak apa-apa, Pa, ketimbang liburan, Adis lebi

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status