All Chapters of Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan: Chapter 121 - Chapter 130

257 Chapters

Berbohong

Livia langsung memungut foto USG tersebut dari lantai lalu membersihkannya dengan lembut. Ia menatap Rajendra dengan sorot mata yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Yaitu sorot penuh kemarahan."Kenapa kamu selalu begini, Ndra? Kenapa kamu nggak pernah berpikir kalau saya juga manusia yang punya perasaan?" suaranya bergetar dan penuh tekanan.Rajendra agak terkejut mendengar nada bicara Livia. Biasanya wanita itu hanya diam atau menghindar di saat Rajendra bersikap kasar."Aku nggak peduli pada apa pun perasaanmu," jawab Rajendra dengan mata dan suara yang sama dinginnya.Livia membalas tatapan dingin Rajendra dengan sepasang mata yang tajam. Tubuhnya bergetar menahan emosi. Lelaki itu boleh saja menghina dan memperainkannya tapi jangan anak dalam kandungannya."Nggak apa-apa kalau kamu nggak peduli perasaan saya. Tapi jangan anak kita. Dia nggak salah apa-apa, Ndra.""Anak kita?" Rajendra tertawa sinis. "Anak itu bukan anakku. Paham?" Rajendra mendesis tepat di depan wajah Livi
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bertemu Indra

Sudah tiga hari Rajendra tidak pulang ke rumah. Begitu pun saat malam ia tidak menginap di sana. Livia sengaja tidak menghubunginya. Terserah Rajendra mau bermalam di mana. Tapi Livia bisa memastikan kalau Rajendra pasti berada di tempat Utary.Tapi bagi Livia tidak masalah. Sejak Rajendra membuang foto USG calon anak mereka hati Livia masih terasa sakit hingga saat ini. Lebih baik Rajendra tidak pulang. Jadi mereka juga tidak akan bertengkar. Lagipula, semakin Rajendra dekat dengannya semakin besar peluang lelaki itu untuk menyakitinya.Selama tiga hari ini pula Livia bisa lebih santai. Ia tidak mendapat tekanan dari siapa pun. Ia melakukan apa pun yang disukainya tanpa ada larangan dari siapa pun. Langit juga setiap hari menelepon, menanyakan keadaan Livia. Menemani malamnya dengan berbagi cerita lucu yang sering membuat Livia tertawa. Livia tahu Langit tulus padanya. Meskipun ada hal-hal yang belum sepenuhnya ia mengerti dari lelaki itu.Livia sangat menikmati keheningan yang tiba
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bertiga

Pandangan mata Utary dan Indra beradu seperti magnet yang tidak bisa ditolak. Keduanya saling melempar senyum, namun di balik itu ada sesuatu yang tidak terucap. Sebuah rahasia yang hanya mereka pahami. Jantung Utary berdebar kencang. Ia tidak tahu apa ini karena rasa gugup atau sesuatu yang lebih dalam. Sedangkan Indra tampak tenang. "Cewek lo cantik banget, Ndra," kata Indra pada Rajendra tanpa melepaskan tatapannya dari Utary. Utary tampak risih sedangkan Rajendra tersenyum kecil. Utary menundukkan pandangan, melarikan diri dari tatapan Indra yang mengejarnya. Namun rasa risih di hatinya tidak kunjung hilang. "Dia memang cantik," ucap Rajendra dengan nada ringan. "Dan dia punya banyak hal yang orang-orang nggak akan pernah ngerti." Senyum tipis Indra tidak pudar. "Gue yakin banget soal itu," katanya sambil kembali menatap Utary yang kini memalingkan wajah. "Ndra, aku ke toilet bentar," ujar Utary pada Rajendra. Rajendra mengangguk. "Hati-hati." Selagi Utary ke to
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Awal Kebangkitan Livia

Tanpa terasa sudah dua minggu lamanya Rajendra tidak pulang ke rumah. Selama itu pula Livia tidak menghubunginya. Biarlah kalau Rajendra mau bebas. Livia akan memberinya kebebasan. Lagi pula percuma Rajendra ada di rumah. Mereka hanya akan bertengkar setiap kali. Dan hati Livia akan semakin sering terluka. Namun tidak bisa ditepis kalau rasa rindu Livia pada Rajendra juga semakin tinggi. Livia mengisi hari-harinya dengan merajut atau membaca buku-buku. "Rajendra masih belum pulang?" tanya Langit suatu hari saat datang ke rumahnya. Perkataan Langit membuat Livia menghentikan sejenak rajutannya lalu menatap ke arah laki-laki itu. "Belum. Tempat Utary lebih nyaman daripada di sini. Di sini hanya ada wanita cacat yang nggak bisa ngapa-ngapain." Sejujurnya Langit merasa iba pada Livia. Perempuan itu terluka tapi selalu menyembunyikan lukanya dari orang-orang. "Livia," ucap langit dengan nada lembut. "Jangan ngomong kayak gitu lagi tentang dirimu." Livia tersenyum tipis. Namun m
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Melawan

Rajendra terlalu terkejut mendengar kata-kata tajam Livia. Tatapan Livia yang biasanya penuh kepasrahan kini berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Livia seperti sedang mengeluarkan amarahnya yang selama ini terpendam."Maksudmu apa ngomong kayak gitu?" balas Rajendra dengan nada suara yang tak kalah tingginya.Livia berdiri. Ia memeluk dirinya sendiri. Seakan sedang mencoba menahan perasaan yang sudah terlalu lama ia pendam. "Saya sudah muak, Ndra. Kamu pergi tanpa kabar, tinggal di tempat wanita itu lalu datang ke sini hanya untuk bersikap kasar sama saya dan Langit. Untuk apa? Untuk membuktikan kalau saya ini memang nggak ada artinya buat kamu?"Rajendra menarik kakinya mendekati Livia dengan langkah berat. "Kamu nggak tahu apa-apa, Livia. Jadi jangan asal bicara.""Oh ya?" Livia tertawa sarkas. "Kalau memang begitu kasih tahu saya. Jelaskan apa yang sebenarnya saya nggak tahu."Rajendra mendadak bisu. Mulutnya terbuka seolah ingin bicara, tapi tidak sepatah kata pun yang keluar. Ia
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Benci Tapi Entahlah

Livia masih terduduk di ruang tamu. Tangisnya sudah reda. Sekarang yang dilakukannya adalah mengemasi benang-benang dan alat rajutannya. Tepat di saat itu Livia mendengar suara mobil disertai bunyi klakson.'Siapa yang datang?' pikirnya.Dengan bertumpu pada tongkatnya Livia berjalan keluar. Seketika merasa terkejut ketika menyaksikan Ryuga dan Hazel keluar dari mobil tersebut.Hazel melangkah keluar dari mobil dengan senyum cerah yang menghiasi wajahnya. Ketika melihat Livia berdiri di depan pintu, gadis kecil itu langsung berlari ke arahnya."Ibu Livia! Akhirnya kita bertemu lagi!" seru Hazel penuh semangat. Begitu berdekatan Hazel langsung memeluk Livia. "Hazel kangen sama Ibu," ucapnya manja."Ibu juga kangen sama kamu, Sayang," jawab Livia terharu sambil mengecup puncak kepala Hazel.Ryuga yang kini berdiri tak jauh dari mereka tersenyum lebar sambil menjinjing kantong besar."Apa kabar, Livia?" tanyanya."Kabar baik. Kamu gimana?""Saya ya begitu-begitu saja. Nggak ada yang ber
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Sudah Bisa Tertawa

Perlahan Livia menoleh kemudian mendudukkan dirinya di sofa dengan tubuh bersandar pada bantal. Sepasang matanya menatap Rajendra dengan ekspresi tenang meski ada kelelahan yang jelas tergambar."Kamu mau bicara apa?" Livia bertanya dengan lembut, berusaha menghindari konflik.Rajendra melangkah mendekat, berhenti di depan sofa. Sementara kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Wajahnya terlihat tegang. Seolah-olah sedang menahan luapan emosi."Ryuga," sebutnya singkat namun tajam."Kenapa Ryuga?""Apa kamu nggak ngerasa aneh dia tiba-tiba datang membawa makanan dan berlama-lama di sini? Bertingkah seolah dia bagian dari hidupmu?""Ryuga hanya mampir. Dia membawa makanan oleh-oleh dari Palembang karena baru pulang dari sana. Dan kebetulan Hazel juga pengen ketemu saya. Nggak ada yang salah dengan itu.""Nggak ada yang salah?" Rajendra mendengkus lalu tertawa kecil. "Kamu lupa siapa aku? Perlu aku ingatkan lagi? Aku suamimu, Livia!" tegas Rajendra keras penuh penekanan.Livia
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Mulai Perhatian

Alarm di dekat telinga Livia sudah menjerit-jerit sejak tadi. Namun ia tetap meringkuk di bawah selimutnya. Kepalanya terasa sedikit berat. Livia butuh tidur sedikit lagi.Alarm yang terus berbunyi membuat tidur Rajendra jadi terganggu. Lelaki itu berdecak kesal.'Kenapa dia nggak bangun juga?'Merasa kesal, Rajendra turun dari tempat tidur lalu melangkah mendekati sofa."Livia, bangun! Matikan alarmmu."Livia bergeming. Sehingga akhirnya Rajendra mengambil ponsel Livia lalu mematikan alarm tersebut dengan tangannya sendiri. Tanpa sengaja Rajendra melihat wallpaper handphone Livia yang merupakan foto USG anaknya.Rajendra tertegun tapi tidak lama."Kalau pasang alarm tuh, bangun! Jangan cuma bikin berisik!" Rajendra mengomel dongkol.Livia tidak menanggapi ocehan Rajendra. Ia tetap meringkuk di bawah selimut. Ia merasa tidak enak badan."Livia, bangun! Kamu nggak masak? Aku mau sarapan. perutku lapar." Rajendra menarik-narik tangan Livia dan tidak sengaja ia menyentuh dahinya yang ter
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Prioritas Yang Sudah Berubah

Livia memandangi Rajendra dengan tatapan yang dipenuhi rasa heran. Apa benar ini Rajendra yang selalu bersikap dingin dan kasar padanya?Livia berusaha mencari celah, tanda lelaki itu hanya bersandiwara. Namun ucapannya tadi terdengar serius."Nggak perlu lah, Ndra. Saya hanya lagi nggak enak badan bukan sakit yang serius. Anak saya pasti akan baik-baik saja." Livia sengaja menggunakan kata 'anak saya' dan bukan lagi 'anak kita'."Jangan ngeyel, Livia. Kamu nggak bisa menjamin kondisi anak kamu kalau belum periksa ke dokter," paksa Rajendra. "Aku antar." Rajendra melanjutkan dengan nada lebih tegas. Tanpa persetujuan dari Livia ia mengambil kunci mobil dan bersiap-siap.Livia masih tertegun di tempatnya. Ada perasaan hangat yang tidak ia mengerti merambat di dadanya meskipun ia mencoba menahannya.Kenapa baru sekarang Rajendra bersikap begini?Pada Akhirnya Livia menyerah. Ia mencoba bangkit meskipun tubuhnya terasa lemah. Rajendra segera menghampiri lalu menyodorkan lengannya sebagai
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Ceraikan Saya

Livia pandangi suaminya dengan ekspresi datar sambil menyembunyikan kekalutan di hatinya. Sulit untuk percaya bahwa Rajendra menolak panggilan dari Utary hanya karena ingin bersamanya."Ayo, Liv, tunggu apa lagi? Obatnya udah aku ambil," tegur Rajendra pada Livia yang termenung. Bahkan Livia tidak sadar bahwa namanya sudah dipanggil petugas apotik.Livia mengangguk dengan perlahan. Ia menggeser tongkatnya, berjalan pelan mengikuti langkah Rajendra yang sengaja memperlambat langkahnya agar bisa sejajar dengan Livia.Di dalam perjalanan ke toko alat kesehatan, suasana di dalam mobil penuh keheningan. Livia mengarah ke luar jendela, mencoba fokus pada pemandangan jalan dan membiarkan pikirannya tenggelam akan perubahan sikap Rajendra."Kenapa diam terus? Ada yang lagi kamu pikirin?" Rajendra akhirnya membuka suara."Nggak ada apa-apa," jawab Livia pendek."Jangan bohong, Livia. Aku bisa membaca ekspresi kamu. Let me know kalau ada yang mengganggu pikiran kamu."Livia membetulkan duduknya
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
26
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status