Home / Historical / PERMAISURI YIN / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of PERMAISURI YIN: Chapter 11 - Chapter 20

92 Chapters

11. Cinta Pangeran

Shen Du sedang meditasi tingkat tinggi dalam ruangan khusus yang hanya ada diri sendiri, dupa, lilin aroma bunga dan tentu saja arwah penasaran Li A Yin. “Sedikit lagi,” ucapnya ketika memasuki dimensi di mana pertukaran A Yin dan Su Yin terjadi. Lalu tiba-tiba saja ia batuk dan bibirnya mengeluarkan darah. Hal yang Shen Du lakukan sangat berbahaya dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan spiritual tingkat tinggi. “Akhirnya aku mengerti juga, darimana dia berasal.” Shen Du menahan nyeri di dadanya. Ia mengalami luka dalam karena melakukan perjalanan berbahaya. Arwah Li A Yin memandang Shen Du dengan lurus. Seolah-olah ada yang ingin disampaikan dan ia pun ingin pergi dari ruang spritual. Namun, arwah permaisuri terkurung di sana karena energi spritualnya terlalu besar. “Permaisuri, engkau ingin kembali ke tubuhmu, bukan?” tanya Shen Du. Hanya ia saja yang bisa melihat Li A Yin. Arwah permaisuri mengangguk. “Sayangnya, tubuhmu sudah ada yang mengisi, ini sangat
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

12. Alibi

Su Yin memberi peringatan pada para petugas yang menawan pelayannya. Jangankan batu, pisau pun akan ia lemparkan kalau berani menyakiti orang-orangnya. “Katakan apa mau kalian?” tanya Su Yin dengan suara lantang. Sebuah keributan hampir siang hari yang berhasil menarik perhatian orang lewat. Beberapa dayang dari luar berkerumun di depan istana naga perak. “Permaisuri Yin harus ikut kami ke kantor kejaksaan dan kepolisian untuk diperiksa,” jawab petugas yang membawa lencana khusus. “Hmm, di masa lalu kejaksaan dan kepolisian ternyata menjadi satu instansi,” gumam Su Yin perlahan. “Permaisuri harus ikut sekarang, terkait kasus pembunuhan Menteri Zhang.” “Tidak, jangan bawa tuanku. Sebagai gantinya hukum mati aku saja.” Xu Chan berlutut di depan petugas. “Jangan ikut campur, Xu Chan.” Ucapan Su Yin membuat para pelayan terdiam. Mereka belum terbiasa dengan perubahan sang tuan yang tiba-tiba saja. “Aku ikut kalian, dengan syarat jangan menyentuh Istana Naga Perak dan para pelayan
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

13. Mayat Berbicara

“Hakim Chao Da,” panggil Menteri Zhang perlahan pada rekannya. “Iya, Menteri Zhang, ada apa?” “Beri kesempatan pada Permaisuri Yin untuk membela diri seperti apa yang dia inginkan.” “Tapi ini berbahaya, Menteri, bagaimana kalau ternyata dia bisa melakukannya.” “Maka permainan kita akan semakin tajam. Aku masih ingin tahu sampai sejauh mana orang yang bangkit dari kematian bertahan. Lakukan saja, dapat tidak dapat bukti kita sudah terlibat sangat jauh.” Usai mengucapkan kalimat itu Menteri Zhang tak berbicara lagi. Hakim Chao Da merasa apa yang ia lakukan sekarang bertentangan dengan akalnya. Petugas koroner di kantor jaksa semuanya laki-laki, tidak ada yang perempuan. Lalu Permaisuri A Yin bisa apa? “Dan setelah melihat mayat Menteri Huang, kau ingin melakukan apa, Permaisuri? Melihat saja, boleh, akan aku kabulkan,” tanya Chao Da sambil mengelus janggutnya yang memutih. “Baik, aku ingin melihatnya saja.”“Mayat bukan untuk dipermainkan, Permaisuri.”“Benar, terkadang mayat bis
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

14. Pujaan Hati Datang

“Lancang, kau berani mengancamku!” Hakim Chao Da duduk di kursinya tanpa berani bangun. Sedangkan anak buahnya mulai menghunuskan pedang ingin melawan Su Yin. “Permintaanku tidak banyak. Hanya itu saja, aku tidak akan kabur aku tidak akan berbohong, aku tidak akan mangkir dari janjiku.” Ditekan lagi pedang itu hingga kulit Chao Da mulai mengeluarkan darah. “Ah, Permaisuri Yin, kita bisa bicarakan ini baik-baik, turunkan pedangmu.” Chao Da ternyata takut mati juga. “Aku beri kau waktu tiga menit, jika tidak ada jawaban aku tebas lehermu.” “Dan kau juga akan mati, Permaisuri.” “Kau pikir aku peduli. Sama-sama mati dengan dalih membunuh pejabat, apa bedanya.” “Iya, iya, baiklah, turunkan pedangmu.” Memerah muka Chao Da mungkin kalau lebih lama Su Yin mengancamnya ia bisa kencing di celana. “Kau kuberi waktu tiga menit.” “Tiga menit, maksudnya?” tanya sang hakim. “Dimulai dari aku menghitung, satu, dua, tiga …” Su Yin terus menghitung dan Chao Da kembali ke tempat di mana Menteri
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

15. Masa Depan

Pangeran Kedua dirawat oleh dua orang tabib dan beberapa pembantu tabib. Luka di bagian pinggang lelaki itu terasa berdenyut dan menyakitkan sebab memaksakan diri untuk lekas sampai ke istana. Sejak pertama datang, Pangeran Li Wei belum bertemu dengan A Yin. Tubuhnya lemah, letih, juga terus berkeringat. Bahkan secara khusus Kaisar datang bersama Selir Agung melihat jalannya pengobatan Pangeran Kedua. “Tabib, pastikan kau memberi pengobatan terbaik untuk putraku,” ucap Kaisar dengan wajah penuh kekhawatiran. Pangeran Kedua merupakan putra yang amat ia sayangi. Li Wei jauh lebih cakap dan mampu daripada Putra Makhkota yang merupakan putra pertama Kaisar dengan Selir Agung. “Baik, Yang Mulia, akan hamba pertaruhkan reputasi hamba untuk mengobatinya,” jawab sang tabib dengan penuh kepatuhan. Selir Agung memandang Pangeran Li Wei dengan raut wajah penuh kebencian. Ia tak senang, benar-benar tak senang. Harapannya agar sang pangeran mati di medan perang tidak terkabulkan. Ming Hua ju
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

16. Petunjuk

“Permaisuri, pelan-pelan makannya, nanti tersedak.” Xu Chan meliat Su Yin begitu lahap makan bakpao. Padahal dulu permaisurinya sangat menjaga etika saat makan. Tidak buru-buru, tidak memperlihatkan diri seolah-olah sangat lapar. Tapi yang ini Su Yin, dan polisi itu tak peduli sama sekali. “Kau tahu, kalau aku selamat nanti dari hukuman mati kedua kalinya, kau harus membuatkan aku bakpao seperti ini, isi daging ayam dan kacang merah, bisa?” tanya Su Yin dengan nada semringah. Ia bahkan tak takut mati sama sekali. “Permaisuri,” ucap Xu Chan dengan lirih. “Kenapa,” jawab Su Yin dengan mulut penuh. “Kalau Permaisuri sampai dihukum mati, hamba akan ikut mati.” “Tidak akan, aku adalah polisi dan dokter forensik yang tahu bagaimana membongkar trik kotor para penjahat.” Ucapan Su Yin membuat Xu Chan bingung. “Polisi, dokter forensik, apa itu?” Pelayan tersebut menggaruk kepalanya. Sang permaisuri terbatuk dan Xu Chan lekas memberikannya air. “Is, aku rindu sekali dengan kopi dan minu
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

17. Waktu Bagaikan Pedang.

“Hei, aku mengenalmu,” ucap Su Yin tiba-tiba saja. Lelaki itu adalah salah satu penjaga penjara yang menjebloskannya ke dalam jeruji. “Ternyata kau salah satu orang yang bertanggung jawab atas tewasnya Menteri Zhang.” Sang permaisuri menarik napas panjang. Tak lama kemudian ia mengikuti langkah lelaki tersebut. Ia terlihat sedang mengintai Permaisuri Li A Yin dan Menteri Zhang yang saling berbincang. “Pembunuhnya tidak hanya satu ternyata.” Mata Su Yin melihat dengan jelas ada seseorang lagi di belakang Menteri Zhang. Jendela di dekat Permaisuri Li A Yin terbuka tiba-tiba saja. Lalu angin masuk dengan cepat hingga menyebabkan perhatian dua bangsawan istana tersebut teralihkan. Su Yin tetap memperhatikan. Pada saat yang tepat, seseorang dengan pakaian hitam juga memukul punggung Menteri Zhang sebanyak dua kali dengan benda tumpul. Permaisuri Li A Yin tidak menyadarinya, sampai datang pemeran utama dari kasus itu dari arah samping dan membuat Li A Yin terkejut dan pedang pun terhunu
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

18. Peti Mati

Enam jam berkendara dengan jeep sewaan, Li Wei dan tiga temannya sampai juga di desa yang sepi dan penduduknya tak ramah. Mereka tak menyapa sama sekali. Bahkan wajah-wajah penduduk terlihat sendu dan menyedihkan. “Apa karena desa ini jauh dari kota?” Li Wei memutar kemudi sesuai dengan petunjuk dari peta. “Mungkin karena kehidupan di sini masih sangat susah. Lihatlah, mengambil air bersih saja sangat jauh,” jawab teman Li Wei. “Jangan terlalu dipikirkan. Kita pergi ke makam, masuk ke dalam ambil hartanya dan pulang.” “Andai semudah itu, tentu kita sudah kaya sejak lama. Dulu tim kita ada delapan orang, sekarang hanya sisa empat saja.” Li Wei memelankan laju jeepnya. Tak lama lagi mereka akan sampai di bebatuan besar tempat Permaisuri Li A Yin dimakamkan. “Resiko, tanpa pekerjaan dan uang kita juga mati perlahan-lahan. Ayo turun.” Semua mengambil ransel ketika mobil telah diparkir dan ditutup kain hitam. Tidak terlihat gundukan tanah berbentuk bukit sebagai tanda seorang bangsaw
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

19. Pandangan Pertama

Su Yin bangun di pagi hari dengan tubuh pegal dari kepala sampai kaki. Ia tak pernah dipenjara dan akhirnya tahu bagaimana rasanya jadi tahanan. Setelah ini—mungkin saja—saat ia kembali ke masa depan ia akan baik-baik dengan tahanan. “Ya, tapi, kan, mereka orang jahat, kenapa aku harus baik dengan mereka,” gumamnya sambil merapikan rambut yang berantakan. “Biasanya, di series-series dracin yang aku lihat sekilas. Pelayan akan datang membawakan air cuci muka dan makanan. Apakah di sini sama atau aku memang jadi kucel dan dekil seperti ini.” Su Yin mencium ketiaknya. “Astaga bau sekali, hueeek, aku mau muntah mencium bau badanku sendiri, kecut seperti kimichi.” Merinding bulu roma Su Yin dibuatnya. Tidak ada parfum, sikat gigi, deodorant, sabun, sampo apalagi. Semuanya kembali ke zaman batu dan kayu dengan peralatan ala kadarnya. “Hei, ada makanan untukku tidak?” tanya Su Yin pada penjaga penjara. Sembari ia perhatikan, tersangka yang ia temui kemarin dan ancam sedikit, tidak ada la
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

20. Sentuhan Lembut

Xu Chan menyusul Pangeran Kedua dan pengawalnya ke penjara. Di perjalanan ia melihat beberapa penjaga terluka karena diserang oleh sang pangeran. Gadis polos itu pun mempercepat langkahnya sampai di depan penjara. Di sana Fu Rong berungkali menghantam rantai besi agar ikatannya terputus sedangkan Li Wei masih menahan nyeri di pinggangnya. Pada tebasan terakhir, rantai besi putus juga. Pintu penjara dibuka dan Su Yin menatap Fu Rong dengan serius. Xu Chan segera menghampiri permaisuri. “Terima kasih, Pangeran Kedua karena telah menolongku,” ucap Su Yin dengan tangan gemetar. Fu Rong bingung, Li Wei mengerutkan kening dan Xu Chan menutup mulutnya. “Permaisuri.” Xu Chan mendekat perlahan. “Dia bukan Pangeran Kedua, yang itu orangnya.” Pelayan polos tersebut melirik dengan ekor matanya. Li Wei menggeleng, ternyata benar istrinya lupa ingatan. “Oh, iya, mana aku tahu, ingatanku saja ke mana-mana.” Su Yin malah tersenyum pada Fu Rong. Pengawal itu jadi bingung dan mundur sejenak, lalu
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status