Home / Historical / PERMAISURI YIN / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of PERMAISURI YIN: Chapter 31 - Chapter 40

92 Chapters

31. Kiriman

Selir Agung mondar-mandir di kediamannya. Hati wanita cantik tapi berhati bengis itu tak tenang. Ming Hua tahu bagaimana Putra Makhkota begitu dekat dengan adik seayahnya. Itu tidak baik menurutnya. “Nyonya, sudahlah. Apa tidak lelah dari tadi mondar-mandir terus.” Gui Mama juga pusing melihat tuannya tak tenang. “Pangeran Kedua semakin kuat, kedudukannya bisa saja menggeser putraku sewaktu-waktu.” Wanita itu bahkan mencopot hiasan kuku panjang di kelingkingnya. “Nyonya, izinkan hamba pergi sebentar dan membawa satu cara untuk menundukkan Pangeran Kedua.” Sebagai senior, Gui Mama sudah sangat hapal trik-trik di dalam istana. “Oh, Gui Mama kau memang diutus dewa untuk menyelamatkanku. Pergilah dan kembali dengan membuatku tersenyum.” Selir Agung duduk dan memperhatikan kepergian Gui Mama. Bahkan ia melewatkan jam makan siang ketika pelayannya itu belum juga kembali. Sampai hari berganti sore dan ia sudah berganti baju baru bahkan senja telah turun baru Gui Mama kembali. Tidak se
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

32. Mantel Bulu

Li Wei mengabaikan urusan dengan permaisurinya terlebih dahulu. Soal cemburu, biarlah. Mungkin dari sana A Yin sadar bahwa ia harus mencintai dan berlaku baik dengan suaminya. Ada urusan lain yang jauh lebih penting. “Duduk,” ucap Li Wei pada Chang Mi ketika mereka sampai di kamar. Chang Mi duduk di tepi ranjang milik sang pangeran. Sesuai titah Selir Agung, ia harus merayu, menggoda dan membuat Li Wei penasaran dan mencintainya setengah mati. Hal demikian sudah dipelajari oleh Chang Mi di rumah bordil. Yang ia takutkan hanya ketika dapat perlakuan tak baik dari lelaki yang menginginkan tubuhnya. Chang Mi membuka satu demi satu hiasan kemudian merapikan rambutnya. Lapisan luar hanfu yang cerah juga mulai gadis itu longgarkan ikatannya. Ia menunggu dengan sabar sampai Li Wei mendatanginya. Sedangkan sang pangeran mengaduk air putih di dalam cangkir untuk diberikan pada gadis pemberian Selir Agung. Kemudian lelaki itu membuka tempat penyimpanan barang-barang berbahaya. Salah satu
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

33. Tamparan

Dengan langkah penuh percaya diri walau lelah dan berkeringat, Su Yin bergerak terus menuju Istana Naga Emas yang ukurannya jauh lebih besar daripada Istana Naga Perak. “Heeei, kenapa aku tidak minta naik kereta saja, ya. Ini sih jaraknya lebih jauh ari apartmenku ke kantor.” Su Yin menyeka keringatnya. Sinar matahari juga naik semakin tinggi. “Pemaisuri, apa hamba perlu ambilkan tandu agar tidak kelelahan?” tanya Xu Chan. “Masih jauh tidak istananya?” tanya polisi wanita itu. “Tidak terlalu jauh, Nyonya, sebentar lagi juga sampai,” jawab pelayan dengan pipi tembem tersebut. “Ya sudah lanjut jalan kaki saja sampati betisku sebesar betis pemain bola, huuuh, haaah, yang kuat semangaaaat.” Berada di dalam tubuh gadis yang lemah membuat Su Yin harus banyak beradaptasi. Mulai dari olahraga angkat beban air dalam ember kayu yang ia lakukan sebelum mandi, rutin di pagi hari agar tubuh Permaisuri Li A Yin menjadi lebih kokoh. Perubahan itu mulai terasa ketika di malam hari ia tak ha
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

34. Kue Bulan

Permaisuri Yin dipersilakan masuk oleh Putra Makhkota. Polisi wanita itu memberi hormat sesuai yang sudah diajarkan pada pemilik Istana Naga Emas. Belum sempat Su Yin berkata-kata, telah ada pengumuman bahwa Pangeran Kedua menunggu di luar dan ingin bertemu dengan Putra Makhkota. “Oh, aku pikir kalian tadi datang bersama-sama,” ujar Li Zu. “Tidak, dia sedang bersama selir barunya. Jadi aku pergi daripada mereka terganggu.” Su Yin menjelaskan tanpa ada rasa sakit hati. Belum tumbuh cinta di dalam hatinya. “Oh, ya, aku baru tahu kalau Pangeran Kedua punya selir baru. Cepat sekali ternyata.” Bai Jing hanya bisa tersenyum. Suaminya saja sudah beberapa tahun hanya beristrikan dia seorang. Pangeran Kedua masuk, selaku tuan rumah Putra Makhkota dan Bai Jing mempersilakan tamunya duduk di meja bundar dan di hadapan mereka tersaji makanan. Bentuk makanannya memang bagus dan menggugah selera, tapi beberapa kali Su Yin merasakan hambar pada makanan istana. Lidahnya sudah lama beradaptasi d
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

35. Ladang Perburuan

Baji Jing, Su Yin, dan dua orang pelayan pribadi mereka melihat hasil rajutan sapu tangan buatan Su Yin. Ada kira-kira setengah hari dengan rasa bosan luar biasa dokter forensik itu merajutnya. Namun, hasil yang didapat. “Ini binatang apa, Adik Yin?” tanya Bai Jing sambil menahan tawa. “Tawon kena sengat lebah, Kak,” jawab Su Yin asal-asalan. “Astaga, lucu sekali tapi bisa jadi Adik Li menyukainya.” Bai Jing masih berusaha memuji hasil rajutan tangan Su Yin. “Haduh, hidupku tak hanya untuk membuat bahagia lelaki saja. Banyak yang bisa aku kerjakan.” Su Yin mengeluh. Benar kata orang, di masa lalu perempuan hidup hanya untuk membahagiakan lelaki saja walau hidup dan mentalnya hancur-hancuran tanpa keadilan. “A Yin, jangan begitu. Adik Li sudah jadi suamimu, kewajiban kita sebagai istri untuk berbakti dan mendukung suami. Tanggung jawab mereka di luar sana sangat besar. Menjadi pangeran bukan berarti mereka hidup enak terus dan bisa bermalas-malasan.” “Jadi perempuan bisa bermala
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

36. Rayuan

Su Yin memutar kepalanya perlahan ke kiri dan kanan ketika usai membersihkan diri dan berganti baju. Ia tak akan ke mana-mana sebab Pangeran Kedua menginap di area perburuan dan baru kembali besok pagi. “Lama-lama bisa gila aku tinggal di sini. Kerjaan tidak ada, kasta masih berlaku, patriarki mendarah daging sampai ke tulang sumsum, kuat-kuat sekali perempuan yang hidup di zaman dahulu,” gerutu Su Yin di ranjangnya. Ia menguap sangat lebar dan terasa puas sekali. Matanya yang mengantuk ingin sekali terpejam, tetapi Xu Chan memanggilnya karena ada utusan dari istana dalam. “Nyoya, pakai mantelnya karena pakaian dalamnya terlihat tipis,” bisik Xu Chan karena yang datang malam itu dua orang laki-laki. Su Yin memakai mantel sambil berjalan karena penasaran siapa yang datang. Istana dalam yang dimaksud Xu Chan ialah wewenang khusus yang dimiliki oleh Permaisuri Utama. Dua orang lelaki itu menghadap dan memberi hormat ke arah Su Yin. Kemudian mereka memberikan surat perintah yang tela
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

37. Feminim Energy

Asap kiriman dari Shen Du merasuki kediaman Pangeran Kedua dan langsung mencari keberadaan Su Yin. Tanpa izin, benda tak nyata itu langsung memasuki setiap pori-pori kulit permaisuri hingga gadis itu merasa kesakitan luar biasa dan tak merasakan keindahan apa pun ketika Pangeran Kedua mengecupnya. Kemudian rasa sakit itu kian menjadi. Naluri bertahan hidup Su Yin membuat ia mendorong Li Wei hingga terjatuh. Gadis itu berjalan terhuyung dan menabrak dinding. Awalnya Pangeran Kedua mengira Su Yin terbawa perasaan. Lalu batuk yang cukup kuat hingga diiringi tarikan napas berat membuat lelaki itu tahu bahwa istrinya sedang tidak baik-baik saja.“A Yin, kau kenapa?” Li Wei menghampi Su Yin yang kulitnya seketika memerah. Tangan gadis tiu mengenggenggam lengan atas Pangeran cukup kuat hingga serupa cengkeraman orang ketakutan. “Fu Rong, panggil tabib, sekarang!” jerit Li Wei karena air mata Su Yin turun tanpa diminta. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir Su Yin. Ia hanya duduk da
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

38. Sungai

Kereta terus berjalan menyusuri jalanan di kota Chang An yang padat dengan jumlah penduduk sangat banyak. Su Yin kemudian menyibak tirai. Baik di masa lalu atau masa depan, Cina memang kota yang padat penduduk. Bahkan sepanjang jalan ia tak bisa menghitung jumlah pengemis dan gelandangan saking banyaknya yang berlalu lalang. “Bahkan dunia saja mencatat Cina sebagai negara dengan penduduk terpadat di dunia. Kupikir di masa lalu orangnya sedikit,” gumamnya dari dalam kereta. Ladang perburuan yang dituju akhirnya terlihat di depan mata. Wilayah itu steril dari rakyat jelata dan khusus para bangsawan saja. Su Yin dibantu keluar oleh Fu Rong. “Hmmm, sama saja dengan hutan tempat aku terakhir kali …” Tiba-tiba Su Yin teringat dengan kejadian terakhir sebelum ia pingsan dan bangun di masa lalu. “Kau kenapa? Tidak betah? Bisa kembali ke istana.” Tepukan Li Wei di bahu Su Yin membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. “Tidak, aku hanya sedikit terpukau, ternyata indah sekali.” “Kau bel
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

39. Perburuan

Pangeran Kedua dan Putra Makhkota sama-sama berkuda dengan kencang. Kemudian dua saudara kandung beda ibu itu turun dari kuda dan mengawasi datangnya binatang buruan. Mereka berkuda di wilayah dengan bendera hijau paling jauh hanya boleh di bendera kuning. Bendera merah artinya mereka melewati wilayah terlarang. “Dia milikku,” ujar Putar Makhkota ketika melihat kelinci yang sangat gemuk. Lelaki itu melesatkan anak panah tetapi meleset. “Ah, sayang sekali. Aku bisa memberikannya untuk Bai Jing nanti.” Buruan itu kabur dari hadapan dua pangeran. “Kau kenapa, tidak membidik kelinci. Sudah bosan dengan binatang buruan?” tanya Putra Makhkota. “Tidak, aku mencari rusa untuk kuberikan pada A Yin.” “Benarkah, memang Adik Yin suka rusa?” “Kelihatannya begitu.” “Kupikir hubungan kalian memburuk sejak selir baru datang ke istanamu.” “Aku sedang memperbaiki hubungan kami. Aku akan ke sana.” Li Wei meninggalkan kawasan bendera hijau dan memasuki yang bendera kuning. “Tunggu, jangan terlal
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

40. Serbuk Emas

Bagian 40 Li Wei melakukan pencarian sampai malam hari dengan tambahan beberapa pasukan juga obor yang sangat banyak. Telah dinyatakan Permaisui Li A Yin menghilang ketika suaminya pergi berburu. Fu Rong merasa bersalah karena meninggalkan sang nyonya tanpa pengawal sama sekali. Tadinya Fu Rong mengira mencari bakpao kacang merah hanya sebentar saja. “Pangeran, hamba menemukan ini.” Pengawal pribadi itu memungut satu demi satu barang milik A Yin yang berceceran. Di antaranya cincin giok juga kalung. “Pangeran, hamba menemukan ini.” Datang lagi seorang prajurit membawa robekan baju yang digunakan A Yin pada hari itu, termasuk sepatu yang tinggal sebelah saja. “Cari sampai dapat aku tidak peduli walau sampai pagi!” perintah Li Wei pada pasukannya. Mereka menyusuri hutan jengkal demi jengkal walau ada rasa takut binatang buas menerkam. Bahkan Pangeran Kedua saja turun tangan dan berjalan kaki menyusuri hutan. Di sisi lain Putra Makhkota tetap harus menyambut tamu di hari ulang ta
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status