Home / Historical / PERMAISURI YIN / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of PERMAISURI YIN: Chapter 51 - Chapter 60

92 Chapters

51. Belum Siap

Su Yin menghidupkan dupa dan mendoakan Xu Chan dengan tulus. Setelah itu ia tancapkan tiga buah dupa itu di depan papan nama sang pelayan yang begitu setia padanya. Tidak luput juga beberapa makanana sebagai sesajian, ada bakpao kacang hijau yang sangat disukai Xu Chan. “Bahkan di masa depan kau juga mati mengenaskan, mengapa kau selalu mengulang kesalahan yang sama?” Su Yin menatap papan nama di depannya. Li Wei dan beberapa pengawal mendampingi sang permaisuri agar tidak kecolongan lagi. “Sudah cukup lama kau berdoa, tubuhmu belum terlalu pulih dan udara sangat dingin, ayo kita kembali ke kamar.” Pangeran Kedua memberikan mantel untuk Permaisuri Yin. “Iya, huuuft.” Su Yin sedikit menggigil. Sebelum meninggalkan kuburan ia menoleh sekali lagi dan Xu Chan tak akan pernah bertemu lagi dengannya di masa lalu. Mereka berdua masuk ke kamar. Su Yin duduk diam tanpa tahu harus berkata apa dan melakukan apa. Walau sejujurya ia takut Li Wei akan macam-macam dengannya. Benar dia belum sia
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

52. Doa yang Mengancam

Su Yin bangun sambil memeriksa seluruh tubuh. Aman, bajunya belum ada yang lepas dari badan. Agak takut kalau diraba dan disentuh oleh Li Wei. Padahal sudah resiko ketika memilih kembali ke sisi sang pangeran. “Tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu di saat kau sakit, tapi tunggu ketika sehat, kau tak akan bisa lepas dariku,” ucap Li Wei sambil membersihkan pedangnya sendiri. “Semoga aku cepat kembali ke masa depan,” gumam Su Yin. “Sadarlah, kau hanya bermimpi.” Rupanya Pangeran Kedua mendengar apa kata istrinya. “Mimpi yang begitu nyata.” Permasuri bangkit dan menyibak selimut, seketika perutnya berbunyi karena lapar. “Dalam mimpimu aku sebagai apa?” “Maling kuburan kuno.” “Ha ha ha.” Tawa Pangeran Kedua begitu keras, tetapi kemudian ia diam, rasanya juga pernah tersesat dalam mimpi ketika ia pergi ke kuburan yang begitu luas dan megah di dalamnya. “Iiih, kenapa? Roda, kan, berputar, sekarang iya pangeran, di masa depan bisa jadi orang susah.” “Iya, susah untuk dilupakan.”
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

53. Karma

“Tadi itu sedikit berlebihan,” ujar Li Wei ketika sudah sampai di istana naga perak. “Hanya sedikit, tidak banyak.” Su Yin duduk di dekat suaminya. Lelah juga naik tandu karena tak biasa. “Kau tidak apa-apa?” “Hanya pusing. Aku akan kembali ke kamarku, mungkin kau ada pekerjaan.” Su Yin berdiri. Ia merasa lega karena akan kembali ke istana bagian belakang, tak harus satu kamar apalagi satu ranjang dengan Li Wei. “Tunggu.” Ucapan Li Wei membuat Su Yin mematung sesaat. “Untuk sementara, tinggallah denganku.” “Tapi.” Kesal Su Yin jadinya. “Ini demi keamanan. Aku tidak pernah tahu orang di luar sana sedang merencanakan apa dan kemalangan apalagi yang akan menimpamu, kau tidak punya pilihan lain selain ada di sisiku selamanya.” Li Wei tahu permaisurinya ingin menghindar lagi. “Nanti aku minta pelayan memindahkan barang-barangmu. Lagi pula kita ini suami istri, siapa yang berani melarang kita tidur satu kamar setiap hari dan setiap malam?” “Iya, tapi, kan, biasan—” “Sudahlah, tidak
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

54. Seteko Arak

Chang He—selir kiriman Ming Hua untuk Li Wei, sedang mengaduk shaoxing—arak beras dengan cita rasa manis dan kuat. Ia akan mengirimkan minuman itu untuk pangeran yang baru saja kembali dari perjalanan jauh. “Tentu saja aku harus menambahkan sebuah obat yang akan membuatmu tergila-gila padaku, Pangeran, hi hi hi.” Chang He tertawa sambil menutup mulutnya. Bubuk obat itu sudah biasa digunakan di rumah bordilnya untuk menjerat para tuan agar takluk di kaki para pelacur. Chang He melakukannya karena didesak Gui Mama agar segera merayu Li Wei. Dengan langkah pasti dan agak dilenggak-lenggokkan sedikit khas wanita malam, gadis itu membawa seteko arak dan akan memberikannya pada Pangeran Kedua. Suasana di depan kamar Li Wei cukup tenang. Fu Rong tidak ada dan tinggal beberapa pengawal serta pelayan. Chang He kemudian mengetuk pintu dengan perlahan. Dibuka, tentu saja ada Su Yin di sana. “Cari Li Wei, dia tidak ada mungkin pulang tengah malam,” ucap Su Yin sambil bertolak pinggang. “Ham
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

55. Dibalik Malam Pertama

Kebersamaan keduanya terus berlanjut seakan tak mau terpisah. Begitu lekat dalam ingatan masing-masing ketika melewati detik demi detik dalam dekapan kekasih. Baju tak lagi jadi penghalang ketika penutup tubuh telah terbuka semuanya. Su Yin sebenarnya antar sadar dan tak sadar. Bibir ingin menolak tapi hatinya tak bisa berbohong bahwa rasa yang asing itu begitu ia sukai. Naluri sebagai wanita yang ingin disayang keluar dari lubuk hatinya. Terbiasa mandiri bertahun-tahun lamanya, ternyata pertahanan itu luntur dalam satu malam saja. Hingga permainan itu harus berakhir karena telah mencapai garis selesai. Li Wei bagai mengulang malam pertama yang singkat setelah pernikahan. Sedangkan hal demikian merupakan pertama kali bagi Su Yin. Entah apa yang akan terjadi besok pagi, yang jelas tubuh yang lelah butuh istirahat. *** Angin dingin di pagi hari usai hujan membuat Su Yin membuka matanya perlahan. Hal pertama yang ia lihat ialah bajunya yang berserakan di lantai bersama baju sang pan
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

56. Bulan Purnama Berdarah

Bagian 56 “Umur 14 tahun sudah kawin, umur 17 tahun sudah dinikahkan, ckckckckc, apa saja kerja perempuan di zaman dahulu sampai menikah di usia dini.” Su Yin memakai hanfu warna hijau putih yang disediakan. Sejak Xu Chan meninggal karena dirinya, ia menolak dilayani secara pribadi oleh para pelayan. Lagi pula sebagai polisi ia sudah biasa hidup mandiri. “Kalau kau sudah selesai, bantu aku pakai baju,” ujar Li Wei dari ruangan sebelah. Ada sekat tipis antara tempat ganti baju keduanya. “Perasaan dia ini sudah besar, sudah pula menikah, masih juga pakai baju harus dibantu. Ah, kehidupan kerajaan ternyata membuatku sangat tertekan.” Su Yin mengikat rambutnya dengan sangat sederhana. Selanjutnya ia memperindah sendiri dengan beberapa tusuk konde emas saja dan perhiasan secukupnya. Kata Li Wei walau dirinya menolak dilayani, penampilan sebagai permaisuri seorang pangeran harus tetap dijaga. Selesai sudah ia berdandan, kini giliran membantu Pangeran Kedua mengenakan jubah agung berwarn
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

57. Curahan Hati

Rapat penting digelar di aula utama kerajaan. Para menteri datang dengan jubah resmi warna merah, ikat pinggang khusus dan taku lupa guangjin di kepala. Begitu pula para pangeran, mulai dari Putra Mahkota yang menggunakan jubah emas, lalu pangeran kedua, ketiga, keempat, kelima yang semuanya merupakan putra kaisar dari selir yang berbeda-beda. Rapat kali itu membahas tentang eksistensi para pemberontak di perbatasan wilayah selatan yang berhasil dibasmi oleh Li Wei waktu itu. Namun, tak semuanya habis diberantas. Sisa-sisa pemberontak tentu tetap ada. “Menteri Pertahanan harus memastikan wilayah selatan lebih kuat dari biasanya. Tambah alutsista kita dan latih para tentara dengan rutin, kau harus ke sana untuk memeriksanya langsung!” titah Yang Mulia. “Baik, Yang Mulia!” Menteri Ming yang menggunakan douli—topi dengan hiasan bulu burung menerima perintah itu. “Ayahanda, kita tetap harus waspada dengan Suku Serigala, mereka sangat mirip dengan serigala asli,” ujar Li Wei s
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

58. Suku Serigala

Suku Serigala—seperti yang dikhawatirkan oleh Li Wei sebenarnya sudah sejak lama ada di Chang An. Tepatnya ketika sang pangeran mulai meninggalkan medan pertempuran, mereka pun telah bergerak. Suku Serigala dibagi menjadi tiga matra, yaitu darat, laut dan udara. Pertahanan militer mereka sangat kuat. Lelakinya pilih tanding dan perempuannya siap mati demi melahirkan generasi pilih tanding demi kemajuan dan perluasan wilayah. Suku Serigala merupakan ancaman nyata bagi Chang An. Dan kini pertama kalinya mereka kalah perang ketika Pangeran Kedua menjadi jenderal utama. Lelaki itu adalah ancaman nyata dan tentu harus dibunuh termasuk istri, keturunan jika ada juga orang-orang di sekeliling Li Wei. Kemudian, rencana pun disusun dengan sangat keji. Matra dari angkatan darat turun tangan dan dibagi menjadi dua regu. Adalah dua orang saudara kandung bernama Tugur dan Dugur. Rencana mereka telah disetujui oleh Hulagur—raja mereka. Tugur menuju kota Chang An dan Dugur mulai berjalan ke Pegu
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

59. Pengalihan

Su Yin berada di dapur. Ia bosan dengan rasa masakan yang cenderung hambar. Lalu ia racik sendiri bumbu-bumbu yang ada walau terlihat sesuka hati. Tak lama kemudian Li Wei datang menghampiri dan melihat ke dalam panci rebusan, ragam jenis sayur, tahu, telur setengah matang dengan wangi yang sangat kuat, sudah hampir matang. Sepasang suami istri itu memutuskan makan di dapur bersama para pelayan yang meniru menu dari Permaisuri Yin. Sejenak suasana di dalam istana naga perak menjadi hangat dan tak beku seperti dulu lagi. Su Yin yang keras kepala dan teguh pendirian tapi peduli pada sesama membawa perubahan suasana yang cukup baik. Para pelayan mulai bisa baca tulis dan mereka bisa makan dan istirahat dengan tenang. “Kalau sudah selesai makan, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.” Mangkok Li Wei telah kosong dari makanan. Ia sangat menikmati makanan yang dibuat istrinya. “Pentingkah? Aku sudah selesai.” Mangkuk Su Yin juga sudah bersih, masih ada sisa makanan cukup banyak di dalam
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

60. Seringai Serigala

“Sugur, apa kita jadi memberi kejutan pada Li Wei malam ini?” tanya salah seorang lelaki dari suku serigala. “Tentu saja, aku tidak pernah bertarung dengannya di medan perang, aku jadi ingin tahu seberapa hebat dia. Suruh salah satu orang kita yang berani mati di garis depan untuk bertarung dengan Li Wei.” Sugur berbicara sambil mengambil air. Ia dan beberapa bawahan lelakinya berhasil menyamar menjadi pelayan di istana Putra Mahkota. Mereka sering bertemu sambil membicarakan rencana penyerangan tanpa ketahuan sebab pergerakannya gesit seperti serigala. “Baik, Sugur, tunggu saja kabar beritanya malam ini.” Lelaki itu pergi dan Sugur kembali menjalani pekerjaannya sehari-hari. Terkadang Sugur mendapat jatah mengisi air di bak mandi Pangeran Li Zu Min. Sering kali ia ingin menikam putra mahkota, tetapi ia tidak diperintahkan untuk itu. Tugasnya hanya mengawasi jalannya istana bagian dalam dan melaporkannya pada Tugur. Dari istana naga emas juga Sugur jadi tahu bahwa putra mahkota b
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status