Share

34. Kue Bulan

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 12:01:28

Permaisuri Yin dipersilakan masuk oleh Putra Makhkota. Polisi wanita itu memberi hormat sesuai yang sudah diajarkan pada pemilik Istana Naga Emas.

Belum sempat Su Yin berkata-kata, telah ada pengumuman bahwa Pangeran Kedua menunggu di luar dan ingin bertemu dengan Putra Makhkota.

“Oh, aku pikir kalian tadi datang bersama-sama,” ujar Li Zu.

“Tidak, dia sedang bersama selir barunya. Jadi aku pergi daripada mereka terganggu.” Su Yin menjelaskan tanpa ada rasa sakit hati. Belum tumbuh cinta di dalam hatinya.

“Oh, ya, aku baru tahu kalau Pangeran Kedua punya selir baru. Cepat sekali ternyata.” Bai Jing hanya bisa tersenyum. Suaminya saja sudah beberapa tahun hanya beristrikan dia seorang.

Pangeran Kedua masuk, selaku tuan rumah Putra Makhkota dan Bai Jing mempersilakan tamunya duduk di meja bundar dan di hadapan mereka tersaji makanan.

Bentuk makanannya memang bagus dan menggugah selera, tapi beberapa kali Su Yin merasakan hambar pada makanan istana. Lidahnya sudah lama beradaptasi d
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PERMAISURI YIN   35. Ladang Perburuan

    Baji Jing, Su Yin, dan dua orang pelayan pribadi mereka melihat hasil rajutan sapu tangan buatan Su Yin. Ada kira-kira setengah hari dengan rasa bosan luar biasa dokter forensik itu merajutnya. Namun, hasil yang didapat. “Ini binatang apa, Adik Yin?” tanya Bai Jing sambil menahan tawa. “Tawon kena sengat lebah, Kak,” jawab Su Yin asal-asalan. “Astaga, lucu sekali tapi bisa jadi Adik Li menyukainya.” Bai Jing masih berusaha memuji hasil rajutan tangan Su Yin. “Haduh, hidupku tak hanya untuk membuat bahagia lelaki saja. Banyak yang bisa aku kerjakan.” Su Yin mengeluh. Benar kata orang, di masa lalu perempuan hidup hanya untuk membahagiakan lelaki saja walau hidup dan mentalnya hancur-hancuran tanpa keadilan. “A Yin, jangan begitu. Adik Li sudah jadi suamimu, kewajiban kita sebagai istri untuk berbakti dan mendukung suami. Tanggung jawab mereka di luar sana sangat besar. Menjadi pangeran bukan berarti mereka hidup enak terus dan bisa bermalas-malasan.” “Jadi perempuan bisa bermala

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • PERMAISURI YIN   36. Rayuan

    Su Yin memutar kepalanya perlahan ke kiri dan kanan ketika usai membersihkan diri dan berganti baju. Ia tak akan ke mana-mana sebab Pangeran Kedua menginap di area perburuan dan baru kembali besok pagi. “Lama-lama bisa gila aku tinggal di sini. Kerjaan tidak ada, kasta masih berlaku, patriarki mendarah daging sampai ke tulang sumsum, kuat-kuat sekali perempuan yang hidup di zaman dahulu,” gerutu Su Yin di ranjangnya. Ia menguap sangat lebar dan terasa puas sekali. Matanya yang mengantuk ingin sekali terpejam, tetapi Xu Chan memanggilnya karena ada utusan dari istana dalam. “Nyoya, pakai mantelnya karena pakaian dalamnya terlihat tipis,” bisik Xu Chan karena yang datang malam itu dua orang laki-laki. Su Yin memakai mantel sambil berjalan karena penasaran siapa yang datang. Istana dalam yang dimaksud Xu Chan ialah wewenang khusus yang dimiliki oleh Permaisuri Utama. Dua orang lelaki itu menghadap dan memberi hormat ke arah Su Yin. Kemudian mereka memberikan surat perintah yang tela

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • PERMAISURI YIN   37. Feminim Energy

    Asap kiriman dari Shen Du merasuki kediaman Pangeran Kedua dan langsung mencari keberadaan Su Yin. Tanpa izin, benda tak nyata itu langsung memasuki setiap pori-pori kulit permaisuri hingga gadis itu merasa kesakitan luar biasa dan tak merasakan keindahan apa pun ketika Pangeran Kedua mengecupnya. Kemudian rasa sakit itu kian menjadi. Naluri bertahan hidup Su Yin membuat ia mendorong Li Wei hingga terjatuh. Gadis itu berjalan terhuyung dan menabrak dinding. Awalnya Pangeran Kedua mengira Su Yin terbawa perasaan. Lalu batuk yang cukup kuat hingga diiringi tarikan napas berat membuat lelaki itu tahu bahwa istrinya sedang tidak baik-baik saja.“A Yin, kau kenapa?” Li Wei menghampi Su Yin yang kulitnya seketika memerah. Tangan gadis tiu mengenggenggam lengan atas Pangeran cukup kuat hingga serupa cengkeraman orang ketakutan. “Fu Rong, panggil tabib, sekarang!” jerit Li Wei karena air mata Su Yin turun tanpa diminta. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir Su Yin. Ia hanya duduk da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • PERMAISURI YIN   38. Sungai

    Kereta terus berjalan menyusuri jalanan di kota Chang An yang padat dengan jumlah penduduk sangat banyak. Su Yin kemudian menyibak tirai. Baik di masa lalu atau masa depan, Cina memang kota yang padat penduduk. Bahkan sepanjang jalan ia tak bisa menghitung jumlah pengemis dan gelandangan saking banyaknya yang berlalu lalang. “Bahkan dunia saja mencatat Cina sebagai negara dengan penduduk terpadat di dunia. Kupikir di masa lalu orangnya sedikit,” gumamnya dari dalam kereta. Ladang perburuan yang dituju akhirnya terlihat di depan mata. Wilayah itu steril dari rakyat jelata dan khusus para bangsawan saja. Su Yin dibantu keluar oleh Fu Rong. “Hmmm, sama saja dengan hutan tempat aku terakhir kali …” Tiba-tiba Su Yin teringat dengan kejadian terakhir sebelum ia pingsan dan bangun di masa lalu. “Kau kenapa? Tidak betah? Bisa kembali ke istana.” Tepukan Li Wei di bahu Su Yin membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. “Tidak, aku hanya sedikit terpukau, ternyata indah sekali.” “Kau bel

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • PERMAISURI YIN   39. Perburuan

    Pangeran Kedua dan Putra Makhkota sama-sama berkuda dengan kencang. Kemudian dua saudara kandung beda ibu itu turun dari kuda dan mengawasi datangnya binatang buruan. Mereka berkuda di wilayah dengan bendera hijau paling jauh hanya boleh di bendera kuning. Bendera merah artinya mereka melewati wilayah terlarang. “Dia milikku,” ujar Putar Makhkota ketika melihat kelinci yang sangat gemuk. Lelaki itu melesatkan anak panah tetapi meleset. “Ah, sayang sekali. Aku bisa memberikannya untuk Bai Jing nanti.” Buruan itu kabur dari hadapan dua pangeran. “Kau kenapa, tidak membidik kelinci. Sudah bosan dengan binatang buruan?” tanya Putra Makhkota. “Tidak, aku mencari rusa untuk kuberikan pada A Yin.” “Benarkah, memang Adik Yin suka rusa?” “Kelihatannya begitu.” “Kupikir hubungan kalian memburuk sejak selir baru datang ke istanamu.” “Aku sedang memperbaiki hubungan kami. Aku akan ke sana.” Li Wei meninggalkan kawasan bendera hijau dan memasuki yang bendera kuning. “Tunggu, jangan terlal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • PERMAISURI YIN   40. Serbuk Emas

    Bagian 40 Li Wei melakukan pencarian sampai malam hari dengan tambahan beberapa pasukan juga obor yang sangat banyak. Telah dinyatakan Permaisui Li A Yin menghilang ketika suaminya pergi berburu. Fu Rong merasa bersalah karena meninggalkan sang nyonya tanpa pengawal sama sekali. Tadinya Fu Rong mengira mencari bakpao kacang merah hanya sebentar saja. “Pangeran, hamba menemukan ini.” Pengawal pribadi itu memungut satu demi satu barang milik A Yin yang berceceran. Di antaranya cincin giok juga kalung. “Pangeran, hamba menemukan ini.” Datang lagi seorang prajurit membawa robekan baju yang digunakan A Yin pada hari itu, termasuk sepatu yang tinggal sebelah saja. “Cari sampai dapat aku tidak peduli walau sampai pagi!” perintah Li Wei pada pasukannya. Mereka menyusuri hutan jengkal demi jengkal walau ada rasa takut binatang buas menerkam. Bahkan Pangeran Kedua saja turun tangan dan berjalan kaki menyusuri hutan. Di sisi lain Putra Makhkota tetap harus menyambut tamu di hari ulang ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • PERMAISURI YIN   41. Mimi

    Su Yin jatuh ke dalam dinginnya arus sungai. Matanya pedih dan darahnya mewarnai air yang jernih. Gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri. Masih ingat ia kata Li Wei tak jauh dari sungai ada air terjun yang begitu deras. Tangan kanan Su Yin berpegangan pada sebuah dahan yang kokoh. Sembari tetap menahan rasa sakit di dada sebelah kiri akibat panah yang masih menancap. Ia berusaha memanjat dahan dan melangkah perlahan. Kemudian melompat ke daratan yang kini berseberangan dengan tempatnya jatuh. “Kenapa? Kenapa aku tidak kembali ke masa depan padahal aku sudah jatuh ke sungai.” Su Yin batuk dan memuntahkan air. Dadanya terasa begitu dingin sekali. Anak panah itu tak bisa sembarangan ia cabut agar darah tak mengalir begitu deras. Ia terus melangkah melawan aliran sungai sambil berkata tolong. Namun, tak ada satu pun yang mendengar suaranya. Lama-kelamaan rasa dingin di bagian dada itu menjalar terus ke kepala dan kakinya. Lalu Su Yin roboh dan tak sadarkan diri. *

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • PERMAISURI YIN   42. Reinkarnasi

    Pagi-pagi sekali Su Yin menaiki bus kota untuk segera sampai ke kantor. Kota Shanghai yang notabene penduduknya sekitar 24 juta jiwa sudah sangat sibuk. Gadis itu jadi teringat ketika menaiki kereta dan melihat para pengemis di kota Chang An. Kota yang di masa lalu juga sangat sibuk. Bus berhenti karena lampu merah. Su Yin menoleh ke kiri, kebetulan mobil mewah menurunkan kaca. Artis Mimi Yang sedang merapikan make up. Ada seorang laki-laki di sebelah Mimi. Su Yin coba mengintip tapi tidak terlihat dan keburu lampu sudah berubah jadi hijau.“Apa mungkin nenek sihir itu menikah lagi dengan kaisar dan jadi istrinya?” tanya Su Yin sambil memainkan ponsel.Iseng ia mencari weibo milik Mimi Yang. Biodata dan status artis papan atas itu jelas belum menikah di usia yang sudah kepala empat. Di Shanghai sekarang memang sedang trend melajang sampai tua karena tekanan ekonomi dan persaingan ketat. Sampai di kantor polisi, Su Yin diberi hormat oleh beberapa bawahannya. Ia pun langsung ke ruanga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28

Bab terbaru

  • PERMAISURI YIN   77. Pesan Tanpa Suara

    “Aku tidak butuh uang, tapi aku butuh tubuhmu.” Dugur muncul tiba-tiba saja dari belakang. Su Yin menoleh dan ia terkejut lalu sontak mundur beberapa langkah. “Besar sekali, ini orang atau raksasa?” gumam Su Yin dengan bibir mengeluarkan asap. “Bagaimana?” Dugur mengulurkan tangan dan berusaha membantu Su Yin berdiri, tapi permaisuri dengan mata jernih itu menolaknya. “Setelah kau membunuh Li Wei kau boleh membunuhku kalau memang itu yang membuatmu puas. Aku tidak akan menjual tubuhku dengan siapapun.” “Sombong. Di desaku banyak wanita yang mendamba untuk tidur dan punya anak dariku.” “Desamu berisi wanita-wanita tidak waras.” Su Yin berdiri dan ia meraih belati giok di pingganngnya. Dengan cepat ia melompat dan memotong tali temali yang menjerat pangeran kedua. Dugur melihatnya sambil tersenyum. Tali terpotong dan Su Yin mendekati suaminya. “Kita pergi dari sini, ayo.” Su Yin menarik Li Wei tapi lelaki itu diam mematung. “Sayang, kau kenapa?” Permaisuri keheranan. “Ha ha ha,

  • PERMAISURI YIN   76. Tipuan

    Su Yin berlatih pedang bersama An Mama di teras istana bulan. Polisi wanita itu melakukan kegiatan ekstra agar tubuhnya tak membeku diterjang cuaca dingin dari pegunungan. Kali ini ia dibimbing langsung oleh sang guru yang merupakan pelatih para pangeran. Dari pagi sampai beranjak siang hari Permaisuri Yin tidak menghentikan latihannya. Hingga kini ia menggunakan dua pedang di tangannya dan melakukan gerakan cepat melompat serta berguling di lantai. “Cukup, Nyonya, istitrahatkan tubuhmu.” An Mama memegang bahu Su Yin yang hampir menghantam tiang. “Ah, iya, aku juga sudah sangat lelah.” Permaisuri Yin memberikan pedangnya pada salah satu pasukan elite yang berlatih. Setelah selesai ia masuk ke dalam kamar sendirian dan di sana telah tersedia makanan yang dibawa para pelayan. Li Wei belum juga kembali sejak tiga hari yang lalu. Su Yin hanya mendapat kabar kalau pangeran baik-baik saja dan sedang menyusuri pegunungan untuk mencari tempat persembunyian Dugur. “Andai ini terjadi di k

  • PERMAISURI YIN   75. Janji Suci

    Dugur dan Tugur merupakan saudara kandung. Di mana Tugur adalah kakak pertama. Mereka memiliki adik perempuan yang tak kalah bengis dan sadis sama seperti serigala. Ketiga saudara itu merupakan abdi setia dari Raja dari desa bebatuan bernama Bae Yung yang usianya telah menembus 200 tahun. Kali ini tiga saudara itu berbagi tugas. Yigur—bungsu perempuan melatih armada angkatan laut agar lebih kuat. Tugur menguasai kota Chang An dari dalam dan Dugur akan menghancurkan suku bintang yang diketahui menjalin perjanjian damai dengan Chang An. Dugur sudah lama tiba di Pegunungan Utara dan membuat rumah di dekat gunung. Ia tahan dingin karena tubuhnya berdarah panas seperti serigala. Selama ini lelaki dengan tubuh tambun dan kekar itu menunggu saat yang tepat dan ketika Li Wei datang, maka waktu itu telah tiba. Hanya saja Dugur salah perhitungan. Disangkanya Pangeran Kedua datang sendiri dan tak membawa sekutu yang hebat. Nyatanya sang pangeran datang bersama pasukan terbaik yang tidak dib

  • PERMAISURI YIN   74. Benteng Pertahanan

    Su Yin membuka mata sambil menghembuskan napas dengan kuat. Di depannya sudah ada Li Wei yang duduk dan menatapnya begitu intens. “Bukannya tadi aku …” Su Yin mengingat kejadian yang belum lama berlalu. “Kau tidur di dekat kolam sambil memegang gelang. Kenapa tidur di sana, kita diberikan ranjang?” tanya Pangeran Kedua sambil membantu permaisuri duduk. “Aku tidak tidur.” “Dan?” “Ada yang masuk ke dalam kamarku, ada darah menetes di lantai mungkin masih ada jejaknya, dan tadi ak—” “Tidak ada jejak darah di lantai sama sekali, mungkin kau kelelahan.” “Kau mulai tidak percaya denganku.” Permaisuri balas menatap pangeran lebih dalam. “Kalau tahu di luar banyak kejadian aneh, tahu begini kau tidak akan kubawa.” “Kau pikir kalau di istana aku aman? Kau pikir selir agung tidak akan mencoba membunuhku, belum menteri lain yang tiba-tiba tidak suka denganku.” “Besok, kau bersama setengah pasukan elite akan aku kirim kembali ke istana.” “Aku tidak mau!” “Ini perintah!” Li Wei mengera

  • PERMAISURI YIN   73. Jalur Sutra

    “Sayang, ayolah, jangan marah lagi. Aku kemarin hanya bercanda.” Li Wei membujuk permaisuri yang masih cemberut dan merengut sejak tadi malam. Saat mandi, saat makan, saat pakai baju sama saja bentuk wajahnya ditekuk terus. “Aku tak percaya denganmu, lihat tari perut saja bisa lupa diri apalagi kalau perempuan buka baju di depanmu.” Su Yin masih menghindari Li Wei. Dua orang itu sedang jalan santai di sepanjang pemukiman suku bintang. An Mama mengikuti dari belakang sambil memantau keamanan. “Kalau mau dari dulu sudah aku lakukan, untuk apa sembunyi-sembunyi darimu.” Pangeran Kedua menyentuh bahu permaisuri, tapi ditepis lagi. “Kenapa aku jadi cemburuan begini, ya? Gawat. Nanti saat kembali ke masa depan bisa-bisa aku labil dan mengganggu tugasku,” guman Su Yin ketika berjalan tak tentu arah. “Sayang, kau mau ke mana?” “Ke sana.” Usai menjawab, dokter forensik itu berlari tanpa arah yang jelas. Li Wei menyusul dengan cepat. “Mereka berdua seperti anak kecil saja. Apa tidak paha

  • PERMAISURI YIN   73. Penyergapan

    “Hei, duduk, kau bikin malu saja.” Li Wei menarik tangan istrinya yang bersorak-sorak bergembira melihat pertunjukan lelaki kekar di depannya. “Lepas, jarang-jarang aku melihat seperti ini.” Su Yin tak mau dilarang. Kapan lagi bisa melihat pemandangan indah seperti sekarang. “Memang lelaki saja yang butuh banyak perempuan cantik,” gumamnya sambil suit suiiit. Semakin meriah pesta dengan ketukan gendang dan tarian pedang dari para lelaki. “Waaah, perutnya ada kotak-kotak delapan, eight pack, langka, sisiwiiiwiiiit.” Tingkah Su Yin membuat Li Wei memejamkan mata dan Ana Mama menahan senyuman sesaat. Ya, memang perempuan juga butuh hiburan tapi jangan terlalu terang-terangan juga memuji di depan suaminya. “Perut kotak-kotak begitu aku juga punya, perlu aku bukan baju di sini?”“Jangan, bikin malu saja nanti,” sahut permaisuri. “Heeh, kau yang bikin malu dari tadi. Lihat perempuan lain duduk manis, kau seperti cacing kepanasan.” “Pangeran, biarkan Permaisuri bahagia. Mungkin dia beta

  • PERMAISURI YIN   72. Istana Bulan

    “Ayo turun, kita sudah sampai.” Li Wei melompat dari kuda terlebih dahulu lalu menyambut turun Su Yin dari kereta. Mereka semua termasuk para pelayan menggunakan mantel bulu tebal karena udara di Pegunungan Utara sangat dingin daripada biasanya. “Waaah, tanpa salju saja aku sudah hampir membeku.” Sang permaisuri memeluk dirinya sendiri. Asap dari bibirnya keluar dan gigi nyaris gemeratakan. “Tenang saja nanti aku peluk kau sepanjang hari agar tak kendinginan.” Pangeran Kedua mengedipkan sebelah matanya. “Gayamu, baru buka baju saja sudah beku kulit duluan.” Hampir Su Yin tak tahan dingin kalau tak menggunakan mantel tebal sebanyak dua lapis. Tak lama kemudian para penjaga yang berasal dari Suku Bintang datang meyambut rombongan Pangeran Kedua. Mereka mempersilakan Li Wei dan Su Yin untuk bertemu dengan kepala suku. Yun Chi adalah nama ketua suku sekaligus ayah dari Yun Zi. “Kami memeri hormat pada Pangeran Kedua sekaligus Permaisuri Yin selaku utusan dari Chang An.” Yun Chi mem

  • PERMAISURI YIN   71. Kekacauan

    Selir Agung sedang minum teh di pagi hari yang cerah. Secerah senyumnya dibalut gincu merah merekah. Lalu Gui Mama datang mendekat dan berbisik padanya. “Hamba sudah mengirim orang untuk membunuh Pangeran Kedua di perjalanan.” Kata demi kata menyeramkan terucap dengan senyuman gigi emas Gui Mama. “Bagus, penghambat takhta putraku harus segera dibasmi. Yang berani melawanku akan mati.” Ming Hua menghabiskan teh dan menikmati sarapan yang lezat di atas meja. Setelah itu ia pun berjalan mengelilingi taman yang indah, kemudian lanjut mengunjungi istana naga emas. Begitu terus yang Selir Agung lakukan dalam satu minggu terakhir. Hingga pada suatu hari ia melihat putra dan menantunya tak saling bertegur sapa di meja makan. “Kalian baik-baik saja?” tanya Selir Agung. Baik Putra Mahkota dan permaisurinya mengangguk saja. Kejadian malam tadi benar-benar mengguncang kesadaran dan kesabaran keduanya. “Aneh sekali, biasanya Bai Jing sangat murah senyum,” gumam Ming Hua sambil memindahkan ma

  • PERMAISURI YIN   70. Ilmu Hitam

    Putra Mahkota pergi ke kuil yang berada dalam naungan Departemen Sihir dan Perbintangan. Ia sedang galau luar biasa. Istrinya diam seribu bahasa dan ibunya pun akhir-akhir ini senang menyendiri. Tak ada yang tahu apa isi wanita. Ditambah Li Zu Min masih terbeban dengan permintaan Li Wei. “Sepertinya Pangeran punya banyak sekali beban hidup.” Shen Du menyalakan dupa dan memberikan pada Putra Mahkota. “Aku merasa kesialan menerpaku bertubi-tubi, meski tidak ada yang bicara terang-terangan di depanku, tapi aku tahu mereka bilang kalau ini karma ibu.” Li Zu Min melakukan persembahayangan dengan sungguh-sungguh kali ini. “Tenangkan hatimu, Pangeran, sebisa mungkin kita harus mencegah terjadinya peristiwa bulan purnama berdarah.” “Itu juga yang mengganggu isi hatiku. Belum ada keanehan yang aku temui sejak beberapa hari yang lalu. Semua pelayan terlihat biasa-biasa saja di depanku, tapi …” “Tapi apa, Pangeran.” “Salah satu pelayan ibuku menghilang dan tidak ada jejaknya sama sekali.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status