Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of ISTRI SIRI TENTARA ALIM: Chapter 51 - Chapter 60

81 Chapters

Bab 51. Pertemuan yang menguncang.

Lani melangkah ke pintu, lalu berhenti sejenak ketika melihat siapa yang berdiri di depannya. Seorang pria dengan postur tegap, wajah tegas, dan tatapan tajam yang nyaris menusuk. Lani berusaha tersenyum, meski hatinya berdebar. Pria itu jelas bukan orang sembarangan, dan caranya menatap Lani membuatnya merasa seolah sedang dihakimi.Sejenak Pria di depannya seolah terkejut, walau sebentar. Kenapa wajah ini tak asing bagiku? guman Thoriq. Dan tahilalat di bawa dagu itu, seolah aku pernah melihat ini sebelumnya. "Assalamualikum, Anda Lani, bukan?" tanyanya tanpa basa-basi setelah menyongsong Lani yang datang dan memarkir motornya.Lani menatap pria di depannya setelah melepas helmnya. Rasa berdebar melihat wajah dan sorot mata pria yang kini di depannya. Wajah yang justru tak asing bagi Lani. Bahkan melihat postur tubuh tinggi besarnya, seolah bayang orang lain walau lebih muda, berada di sana. "Iya, benar, Pak. Anda siapa?" tanya Lani berusaha lebih sopan walau nadanya sedikit bergeta
Read more

Bab 52. Diakah gadis di ponsel Madan?

Lani yang berjalan masuk ke kamarnya, masih dalam kebingungan yang sulit diabaikan. Tubuhnya terasa berat seolah seluruh udara di sekelilingnya menekan tanpa ampun. Pertemuan dengan Thoriq barusan begitu mengganggu pikirannya. Bayangan pria itu, tatapan tajam penuh kecurigaan, dan kemiripannya dengan Madan seperti pukulan keras yang menampar kesadarannya."Bagaimana mungkin? Apa semua ini kebetulan? Atau ada yang lebih besar di baliknya?" gumam Lani seraya menghempaskan dirinya ke atas kasur. Nafasnya memburu, pikirannya berkecamuk.Lani masih mencoba memproses semuanya ketika Mbok Sarem mengetuk pintu dan masuk dengan hati-hati. Wajahnya yang tua dan penuh keriput menunjukkan kekhawatiran yang jelas. "Biasanya Bapak baik, kenapa saat melihatmu dia seperti orang yang aneh menurut Ibu?""Entahlah, Bu. Belum juga dia tau hubungan aku dan Mas Alzam, dia seolah seperti sudah memberi tembok besar."Mbok Sarem mengelus rambut hitam Lani.“Apa yang harus aku lakukan, Bu, jika mereka tidak mer
Read more

Bab 53. Benar kamu Daulani orang Sendang Agung?

Mbok Sarem menatap Lani dengan mata penuh simpati. Perempuan tua itu tahu beban yang dirasakan Lani jauh lebih berat daripada yang bisa dilihat mata. "Kamu yang sabar, Nduk. Mas Alzam sangat mencintaimu. Dia akan berjuang untukmu." Suaranya lembut, serupa embusan angin yang mencoba menenangkan badai di hati Lani.Lani mengangguk lemah. "Aku tahu, Mbok. Aku tahu." Dengan napas tertahan, ia mengusap wajahnya yang kusut, seolah ingin menghapus kecemasan yang makin merasuk. "Tapi... bagaimana mungkin? Abinya tiba-tiba datang, membicarakan aku mengelola usaha Alzam dengan nada seolah aku tidak layak. Seolah itu hanya alasan yangsudah mencurigaiku aku ada apa-apa dengan Mas Alzam. Bagaimana mungkin dia setuju aku bersama Alzam? Tidak mungkin.""Jangan buru-buru menyimpulkan, Nduk," Mbok Sarem berkata dengan tenang, mencoba memadamkan api keraguan di dalam dada Lani. "Kalau memang ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Mas Alzam sangat menghormatimu selama ini."Kata-kata itu menggema di k
Read more

Bab 54. Bukankah wajah itu sudah kucurigai?

Thoriq menurunkan ponselnya perlahan. Pandangan matanya menerawang, terpaku pada dinding kamar tanpa makna yang jelas. Pikirannya berputar, berkecamuk oleh kenyataan yang baru saja terungkap. Madan. Nama itu selalu membangkitkan kenangan pahit. Seolah-olah semua upaya untuk melupakan luka lama kini sia-sia. Salma menatap suaminya, mencoba menangkap pikirannya melalui tatapan sunyi itu."Kamu tahu, Mi," Thoriq berkata dengan suara rendah, seakan menahan amarah yang bergejolak. "Aku tidak pernah mengira akan kembali ke titik ini."Salma menarik napas dalam, menahan emosinya agar tidak pecah. "Kita hanya perlu memastikan, Bi," ujarnya, mencoba terdengar tegar. "Kita tidak bisa menutup mata terhadap semua ini. Alzam terlalu banyak berharap pada gadis itu."Thoriq mengangguk pelan, namun hatinya terasa berat. "Dia sepertinya mencintai gadis itu. Kita harus hati-hati."Sementara itu, Lani bergegas kembali ke kamarnya. Langkah-langkahnya terasa berat, seolah dunia tiba-tiba mengecil dan dind
Read more

Bab 55. Kamu menjebak kakakku?

Kadatangan Alzam dari dinasnya di Angkatan Darat menanggulangi bencana alam. Disambut Lani dengan bingung menatapnya. Antara rindu karena lama tak bertemu, kedua orang itu salin menatap. Inginnya salin memeluk. nNamun masalah yang sudah datang, membungkam mulut mereka. Alzam yang langsung masuk kamarnya, didekati Lani yang ingin membahas semuanya. Tetapi Alzam yang menatap Lani dengan soro mata tajamnya, mendahuluinya dengan keras bertanya pada Lani."Apa hubunganmu dengan Madan?"Lani mundur selangkah."Kenapa kautanyakan itu? Apakah ini ada hubungannya dengan orangtuamu yang kemari?""Jawab saja.""Dia yang mengambil kehormatan saya. Dia yang menjadikan saya seorang ibu untuk Senja dengan memaksa saya melayani nafsunya."Prak! Alzam menghantam meja di depannya."Kamu berusaha menfitnah Kakak saya?""Kakak?" Lani tersentak. Jadi benar kecurigaannya saat dia ditolong Alzam, bahwa lelaki itu ada hubungannya dengan Alzam. "Kakak saya adalah orang terbaik di dunia. Dia selalu member
Read more

Bab 56. Kautinggalkan aku!

"Ke mana Mas Alzam, Bu?" tanya Lani begitu dia masuk dan mendapati wajah Mbok Sarem bersedih."Entahlah, Lani. Dia juga hanya diam pada Ibu," ucap Mbok Sarem tanpa mengatakan kalau Alzam membawa rangsel besar.Lani lalu berlari ke kamarnya, barangkali dia menemukan sesuatu di sana. Namun tidak ada petunjuk. Dan saat dia membuka almari pakain Alzam yang panjangnya dua meter, dia mendapati pakaian seragam Alzam yang telah tidak ada satu pun di sana."Dia meninggalkan aku," guman Lani. Lalu memeluk Mbok Sarem yang kini tepat di belakangnya. "Dia pergi, Bu,..""Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ini ada hubungannya dengan Bapak, juga Ibu yang datang kapan hari?" tanya Mbok Sarem.Lani dengan mata yang sudah mengaca, lalau menceritakan semuanya."Pantas, sejak awal saya melihat Bapak seperti ada yang aneh dengan menanyaimu seolah menginterogasi seseorang. Padahal Bapak sama Ibu sebenarnya orangnya baik.""Tapi Mas Alzam telah meragukan aku, Bu.""Tenanglah, Lani. Setelah menyadari kesalah
Read more

Bab 57. Dia tunangan saya.

Langkah Lani terhenti di ambang pintu, tubuhnya seolah kaku saat melihat pemandangan di depannya. Alzam berdiri di sana, dengan Agna di sisinya, tersenyum, menyapa Lani lalu masuk rumah dan berkeliling seolah-olah ia adalah bagian dari rumah ini. Mata Lani bergetar, sesak yang ia tahan menyeruak ke dadanya. Agna melangkah masuk lebih dalam, jari-jarinya menyentuh perabotan seakan menilai."Lani," suara Alzam terdengar datar, nyaris tak peduli. Lani yang sudah paham kenapa Alzam membawa Agna ke dalam rumahnya, merasakan sesak yang tiada tara. Ternyata itu maksudmu dengan pergi dan sekarang kembali. Kamu mengingkari janjimu Alzam, dengan membawanya kemari? Seolah kamu mengatakan hubunganmu dengannya terjalin kembali? Tanpa mengingat perjanjian dengan Arhand duluh.Alzam yang hendak mengatakan sesuatu tak lagi didengar Lani. Sementara Mbok Sarem yang melihat Alzam datang dengan Agna, juga menatapnya sedih. Terlebih dengan melihat kehancuran di mata Lani. Namun Alzam seolah mengerti den
Read more

Bab 58. Kejutan di tengah sakit hati.

Di kampus, Lani hampir tak fokus dengan pelajaranya, bahkan saat dosen bertanya, dia gelagapan tak mengerti topiknya. Hingga saat siang, saat dia duduk dengan Dita di sudut taman setelah memesan makanan dari cafe sebelahnya, Dita memegang tangannya yang dingin. Suara burung-burung terdengar sayup, namun ia tak bisa menikmati ketenangan itu. Lani hanya bisa memandang Dita dengan mata yang sudah mengaca sambil mengaduk makanan di depannya."Kamu kenapa, Lani?" tanya Dita lembut, tangannya meremas tangan Lani. "Kamu pucat.""Dia telah pulang, datang dengan Agna... seolah-olah aku tak ada," gumam Lani, matanya sembap. “Aku... aku bodoh, Dit.” Tangisnya pecah, bahunya terguncang. Dita merangkulnya erat, seolah ingin menahan semua perasaan sakit itu agar tak keluar. “Kamu belum mengatakan tentang kehamilanmu padanya?” tanya Dita.“Bagaimana aku bisa mengatakan tentang semua itu, Dit? Terlebih dengan situasi seperti ini?”“Lalu jika dia kembali pada Agna, apa kamu akan diam saja?”“Aku sud
Read more

Bab 59. Kamu tidak akan ke mana-mana.

Sore menjelang ketika Lani kembali ke rumah. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan.Dia langsung menuju kamar di mana tak terlihat Alzam di sana. Tanpa membuang waktu, ia mulai membereskan pakaiannya. Jemarinya bergerak cepat, menyelipkan baju-baju ke dalam koper. Kepalanya penuh dengan kenangan yang saling bertabrakan."Ke mana kamu mau pergi?" Suara Alzam terdengar dari belakang, datar, tanpa emosi.Lani membalikkan badan, matanya menatapnya tajam. "Ke mana saja yang jauh dari semua ini," sahutnya dingin. “Aku tidak peduli. Lagipula apa kamu akan perduli aku mau ke mana? Bukankah kamu telah membawanya kemari, dan itu artinya aku yang harus pergi.”Alzam mengusap wajahnya, raut frustasi terlihat jelas. "Kamu sudah merintis usaha itu, Lani. Apa kamu akan pergi dan menghancurkan semuanya? Bagaimana dengan harapan petani? Anak-anak muda yang menaruh harapan pada pabrik itu?"Lani menggertakkan giginya. "Dan bagaimana dengan hatiku, Mas? Kamu ingin
Read more

Bab 60. Diantara Cinta dan benci.

Keesokan paginya, sinar matahari menembus tirai tipis kamar tamu. Lani terbangun kembali dengan masih memakai mukenanya, dia memang tertidur kembali dengan tak sadar setelah sholat Subuh. Kepalanya terasa berat dan mata sembap. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa lelah yang menguasai tubuhnya. Tiba-tiba, pintu kamar diketuk. Tanpa menunggu jawaban, Alzam masuk."Aku akan pergi sebentar," katanya datar.Lani bangkit perlahan, matanya tajam menatapnya. "Kamu tidak perlu menjelaskan ke mana pun kamu pergi. Itu bukan urusanku lagi."Ada sekilas rasa sakit di wajah Alzam, namun ia segera mengalihkan pandangannya. "Aku akan tetap memberitahumu karena kamu masih istriku.""Istri? Ghak salah kamu bilang seperti itu, sementara kamu punya maksud lain dengan membawa wanita itu?""Mau ghak mau kamu harus belajar terima kenyataan itu.""Cih!" Lani berdiri, tubuhnya terlihat lebih rapuh. "Apa kamu pikir aku terus menunggumu hinggah kamu bisa sepuasnya menertawakan aku? Mempermalukan ak
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status