Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 56. Kautinggalkan aku!

Share

Bab 56. Kautinggalkan aku!

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 19:56:52

"Ke mana Mas Alzam, Bu?" tanya Lani begitu dia masuk dan mendapati wajah Mbok Sarem bersedih.

"Entahlah, Lani. Dia juga hanya diam pada Ibu," ucap Mbok Sarem tanpa mengatakan kalau Alzam membawa rangsel besar.

Lani lalu berlari ke kamarnya, barangkali dia menemukan sesuatu di sana. Namun tidak ada petunjuk. Dan saat dia membuka almari pakain Alzam yang panjangnya dua meter, dia mendapati pakaian seragam Alzam yang telah tidak ada satu pun di sana.

"Dia meninggalkan aku," guman Lani. Lalu memeluk Mbok Sarem yang kini tepat di belakangnya. "Dia pergi, Bu,.."

"Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ini ada hubungannya dengan Bapak, juga Ibu yang datang kapan hari?" tanya Mbok Sarem.

Lani dengan mata yang sudah mengaca, lalau menceritakan semuanya.

"Pantas, sejak awal saya melihat Bapak seperti ada yang aneh dengan menanyaimu seolah menginterogasi seseorang. Padahal Bapak sama Ibu sebenarnya orangnya baik."

"Tapi Mas Alzam telah meragukan aku, Bu."

"Tenanglah, Lani. Setelah menyadari kesalah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 57. Dia tunangan saya.

    Langkah Lani terhenti di ambang pintu, tubuhnya seolah kaku saat melihat pemandangan di depannya. Alzam berdiri di sana, dengan Agna di sisinya, tersenyum, menyapa Lani lalu masuk rumah dan berkeliling seolah-olah ia adalah bagian dari rumah ini. Mata Lani bergetar, sesak yang ia tahan menyeruak ke dadanya. Agna melangkah masuk lebih dalam, jari-jarinya menyentuh perabotan seakan menilai."Lani," suara Alzam terdengar datar, nyaris tak peduli. Lani yang sudah paham kenapa Alzam membawa Agna ke dalam rumahnya, merasakan sesak yang tiada tara. Ternyata itu maksudmu dengan pergi dan sekarang kembali. Kamu mengingkari janjimu Alzam, dengan membawanya kemari? Seolah kamu mengatakan hubunganmu dengannya terjalin kembali? Tanpa mengingat perjanjian dengan Arhand duluh.Alzam yang hendak mengatakan sesuatu tak lagi didengar Lani. Sementara Mbok Sarem yang melihat Alzam datang dengan Agna, juga menatapnya sedih. Terlebih dengan melihat kehancuran di mata Lani. Namun Alzam seolah mengerti den

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 58. Kejutan di tengah sakit hati.

    Di kampus, Lani hampir tak fokus dengan pelajaranya, bahkan saat dosen bertanya, dia gelagapan tak mengerti topiknya. Hingga saat siang, saat dia duduk dengan Dita di sudut taman setelah memesan makanan dari cafe sebelahnya, Dita memegang tangannya yang dingin. Suara burung-burung terdengar sayup, namun ia tak bisa menikmati ketenangan itu. Lani hanya bisa memandang Dita dengan mata yang sudah mengaca sambil mengaduk makanan di depannya."Kamu kenapa, Lani?" tanya Dita lembut, tangannya meremas tangan Lani. "Kamu pucat.""Dia telah pulang, datang dengan Agna... seolah-olah aku tak ada," gumam Lani, matanya sembap. “Aku... aku bodoh, Dit.” Tangisnya pecah, bahunya terguncang. Dita merangkulnya erat, seolah ingin menahan semua perasaan sakit itu agar tak keluar. “Kamu belum mengatakan tentang kehamilanmu padanya?” tanya Dita.“Bagaimana aku bisa mengatakan tentang semua itu, Dit? Terlebih dengan situasi seperti ini?”“Lalu jika dia kembali pada Agna, apa kamu akan diam saja?”“Aku sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 59. Kamu tidak akan ke mana-mana.

    Sore menjelang ketika Lani kembali ke rumah. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan.Dia langsung menuju kamar di mana tak terlihat Alzam di sana. Tanpa membuang waktu, ia mulai membereskan pakaiannya. Jemarinya bergerak cepat, menyelipkan baju-baju ke dalam koper. Kepalanya penuh dengan kenangan yang saling bertabrakan."Ke mana kamu mau pergi?" Suara Alzam terdengar dari belakang, datar, tanpa emosi.Lani membalikkan badan, matanya menatapnya tajam. "Ke mana saja yang jauh dari semua ini," sahutnya dingin. “Aku tidak peduli. Lagipula apa kamu akan perduli aku mau ke mana? Bukankah kamu telah membawanya kemari, dan itu artinya aku yang harus pergi.”Alzam mengusap wajahnya, raut frustasi terlihat jelas. "Kamu sudah merintis usaha itu, Lani. Apa kamu akan pergi dan menghancurkan semuanya? Bagaimana dengan harapan petani? Anak-anak muda yang menaruh harapan pada pabrik itu?"Lani menggertakkan giginya. "Dan bagaimana dengan hatiku, Mas? Kamu ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 60. Diantara Cinta dan benci.

    Keesokan paginya, sinar matahari menembus tirai tipis kamar tamu. Lani terbangun kembali dengan masih memakai mukenanya, dia memang tertidur kembali dengan tak sadar setelah sholat Subuh. Kepalanya terasa berat dan mata sembap. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa lelah yang menguasai tubuhnya. Tiba-tiba, pintu kamar diketuk. Tanpa menunggu jawaban, Alzam masuk."Aku akan pergi sebentar," katanya datar.Lani bangkit perlahan, matanya tajam menatapnya. "Kamu tidak perlu menjelaskan ke mana pun kamu pergi. Itu bukan urusanku lagi."Ada sekilas rasa sakit di wajah Alzam, namun ia segera mengalihkan pandangannya. "Aku akan tetap memberitahumu karena kamu masih istriku.""Istri? Ghak salah kamu bilang seperti itu, sementara kamu punya maksud lain dengan membawa wanita itu?""Mau ghak mau kamu harus belajar terima kenyataan itu.""Cih!" Lani berdiri, tubuhnya terlihat lebih rapuh. "Apa kamu pikir aku terus menunggumu hinggah kamu bisa sepuasnya menertawakan aku? Mempermalukan ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 61. Tinggalkan dia, Lani!

    "Sepertinya mimpi aku bisa bertemu denganmu kembali." Damar mendekat. "Ini bukan kebetulan, Lani. ini takdir yang terus mempertemukan kita." Wajahnya nampak berbinar.Langit senja memang sudah mulai meredup saat Damar tiba di rumah yang tampak megah di pinggiran desa itu. Damar memandang berkeliling, hatinya terasa penuh tanda tanya. Mengapa Lani ada di sini? Di rumah ini? Ia bahkan tak mengerti apa yang sedang terjadi. Lani, wanita yang dulu ia cintai dengan segenap hati, tampak begitu tenang di beranda rumah yang ia kira bukan miliknya. Damar menahan napas, kakinya terasa berat untuk melangkah lebih dekat. Tapi akhirnya, ia tetap maju sambil membawa satu dos besar barang yang kemudian dia letakkan . Walau terlihat tidak begitu berat.Lani tampak kaget begitu melihat sosok Damar berdiri di sana dengan apa yang dia bawa. "Mas, kenapa kamu di sini?" Suaranya bergetar tipis. Ada banyak emosi terpendam di balik nada datarnya. Terlebih, belum-belum Damar sudah mengatakan hal yang menurut

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 62. Urus UMKM itu biar kau tau artimu bagiku!

    Lani menatap souvenir pernikahan di samping pintu masuk, di mana Damar meletakkannya. Jantungnya berdetak kencang, memukul-mukul tulang rusuk seperti ingin melarikan diri dari kenyataan pahit di depannya. Alzam yang tadi beranjak pergi, kembali begitu melihat arah pandang Lani, lalu berdiri beberapa langkah darinya, wajahnya datar tanpa ekspresi. Hening melingkupi ruangan, berat dan menekan."Jadi benar kamu mau menikah dengan Agna?" Lani memecah keheningan, suaranya bergetar namun ia mencoba tegar. "Kamu sengaja mendatangkan souvenir itu ke rumah, supaya aku melihat?"Alzam tidak segera menjawab. Tatapannya lurus ke depan, dingin, tak menyisakan celah untuk penyesalan. "Aku tak perlu menjelaskan apa-apa, Lani." Dia baru menyadari kalau pria itu mengantarkan sebuah sovenir pernikahannya. Walau dia tidak mengerti kenapa umminya mengirimkannya ke rumah ini."Kamu sengaja memanasi aku dengan sovenir itu?""Bukan aku yang pesan Lani. Aku juga tak tau kenapa dibawa kemari." "Lalu seharus

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 63. Golongan darah Jingga

    Lani bergegas ke rumah sakit daerah, perasaannya bercampur aduk antara kekhawatiran dan kelelahan. Saat ia tiba di sana, ia melihat kedua orang tuanya, Towirah dan Wagimin, duduk dengan raut wajah tegang. Mereka menunggu di depan ruang pasca-operasi. Jingga, putrinya, sedang dirawat setelah menjalani operasi.Lani berjalan mendekat, dan dalam sekejap, semua kekuatan yang coba ia bangun runtuh. Towirah bangkit dan langsung memeluk Lani erat, air matanya tak terbendung. "Alhamdulillah kamu sudah di sini, Nak. Ibu bingung sekali dari tadi. Golongan darah Jingga yang langka tidak ampang mendapatkannya." Airmata Towirah tak lagi dapat dia tahan. "Ibu emnelponmu dari tadi tak ada jawaban, untunglah di handphone Jingga ada noomer Alzam jadi Ibu menelponnya. Dan dia langsung kemari setelah emminta izin dai markasnya.""Apa yang terjadi, Bu?" "Jingga kecelakaan tadi pagi, Nak. Darahnya banyak yang keluar. Untung ada Nak Alzam." Mata Towirah berbinar sesaat."Alzam?" Lani memandang ke arah uju

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 64. Belikan Lani obat, Mbok. Dia muntah.

    "Aku merindukan kehangatanmu, Lani," bisiknya pelan. Namun dia tau itu tak mungkin mengingat setiap apa yang terjadi diantara mereka akhir-akhir ini.Alzam pun segera mandi lalu memakai sarung seperti biasa jika dia mau tidur. dan hanya bertelanjang dada. Sejenak ditatapnya kembali Lani yang sedang tertidur pulas. Dia bahkan bersimpuh di sisi tempat tidur seperti biasa yang akhir-akhr ini dia lakukan jika datang malam-malam ke kamar Lani. Matanya menelusuri setiap lekuk wajah perempuan itu, lembut dan penuh cinta. Jari-jarinya yang kokoh mengusap perlahan helaian rambut Lani yang terurai, setelah dengan perlahan dia membuka hijabnya. Rasa rindunya begitu membuncah hingga ia nyaris tak bisa menahan gejolak di dadanya. "Maafkan aku, Lani," bisiknya lirih, seolah bicara kepada dirinya sendiri. Aku telah membuatmu menderita. Tapi aku tak bisa menekan benci ini tiap aku memandangmu dan selalu mengingatkan kakakku. Apa aku salah dengan rencana pernikahanku dengan Agna yang telah kusetuj

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 304. Memilih

    Kinan masih berdiri tegak, matanya menatap tajam ke arah Agna yang berdiri dengan wajah tanpa ekspresi."Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu lakukan?" suara Kinan rendah, tapi tajam.Agna menarik napas, berusaha tenang. "Aku nggak ngerti maksudmu.""Jangan pura-pura bodoh," Kinan melangkah lebih dekat. "Selama ini kamu selalu bersembunyi di balik topeng baik-baik, tapi kenyataannya? Kamu selingkuh di belakang suamimu. Untung juga Alzam nggak cinta sama kamu. Kalau cinta, bisa hancur rumah tangga."Pak Bara menghela napas, tak tahu harus bagaimana menghentikan Kinan. "Aku nggak pernah bermaksud menyakiti siapa pun," Agna akhirnya bicara. "Justru karena dia nggak cinta sama aku, hinggah aku,.."Kinan tertawa sinis. "Itu bukan alasan untuk orang selingkuh."Agna menegang."Semua ini memang salahku. Aku yang menyebabkan Agna melakukan semua itu. Jadi tolong, berhentilah menghinanya." Akhirnya Arhand angkat bicara.Air mata sudah menggenang di pip Agna.Pak Bara akhirnya melangkah men

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   303. Saat ingin menjadi orang baik

    Langkah Arhand melambat saat mendekati mobil. Agna, yang berada di sisinya, juga ikut berhenti. Mereka saling bertukar pandang sebelum akhirnya menoleh ke belakang."Mami, Papi duluan aja. Kita masih mau mampir ke ruangan Alzam," ujar Agna, suaranya datar, tapi ada sedikit ketegangan di sana. Merela tau, Sandra tidak akan tinggal diam dengan pemitan mereka.Benar saja, Sandra mendengus, seolah tidak senang dengan keputusan itu. "Buat apa? Mereka pasti sibuk sama bayinya. Ngapain juga kalian ke sana? Merepotkan diri saja," gerutunya."Kita cuma mau pamit," Arhand menimpali. "Sebentar aja."Arya, yang berdiri di sisi Sandra, hanya melirik sekilas. "Iya, Hand, dia saudaramu. Sudah sewajarnya kamu harus pamit padanya. Cepatlah kalau memang itu maumu. Kami bisa duluan pulang."Tanpa menunggu lebih lama, Arhand menggenggam tangan Agna, membawanya melangkah menuju ruang perawatan Lani. Namun, saat mereka tiba di sana, tempat itu kosong. Tidak ada Lani, tidak ada Alzam.Agna mengerutkan kenin

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 302. Bayi kita

    Di ruang tunggu rumah sakit, Agna bersandar pada kursi dengan wajah yang sulit suram. Sesekali, kakinya bergerak gelisah, sementara matanya melirik ke arah pintu, menunggu orang yang kini ke ruang administrasi. Arhand masih di dalam, mengurus segala urusan sebelum mereka bisa pulang.Di sebelahnya, Sandra tak henti-henti berbicara."Jadi, Lani akhirnya nggak dapat donor dari Arhand?"Nada suaranya penuh dengan penekanan, seolah ingin memastikan semua orang tahu betapa anehnya keputusan itu.Agna mendengus pelan. Ia melirik Sandra, lalu menoleh ke Arya yang duduk di seberangnya. Dari tadi tingkah maminya begitu membuatnya sebal."Mi, ini sudah bolak-balik dibahas," ucap Agna akhirnya, mencoba menahan kesal."Tapi aneh, kan?" Sandra masih bersikeras. "Masak Arhand, yang katanya peduli, nggak jadi donor? Ada apa sebenarnya? Atau jangan-jangan—""Mi. Sudah ada temannya Mas Alzam yang tiba lebih duluh."Arya memotong cepat. Wajahnya tetap tenang, tapi intonasi suaranya sedikit menekan."K

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 301. Berpelukan

    Rey dan Mira duduk di taman rumah sakit, memperhatikan orang-orang yang berjalan menuju ruang bayi yang tak jauh dari pandangannya, walau di sebrang mereka duduk. Mira ikut menatap ke arah yang sama, tangannya masih menggenggam botol air mineral yang tadi ia beli di kantin rumah sakit."Kita kok belum lihat ke sana. Masih di sini saja?""Jangan ke sana.""Memang kenapa? Aku kan juga pingin lihat gimana rupa bayinya Lani sama Alzam itu," guman Mira."Ntar kamu jadi segera pingin punya anak, padahal kita kan belum waktunya itu,..." Rey terkekeh."Ih, pikiran kamu ngeres." Mira bahkan sempat bergidik saat selintas terbayang Rey sebesar itu mendekatinya."Tuh kan, bayangin aku," gurau Rey.Lagi-lagi Mira bergidik. "Amit-amit deh bayangin kamu, Rey. Yang ada malah aku sawanan. Kamu sebesar itu."Rey terkekeh. Namun dia kemudian terdiam."Lihat, siapa yang datang," gumam Rey pelan.Mira mengernyit. "Siapa?"Sebelum Rey menjawab, seorang lelaki melangkah pelan menuju tempat wudhu di musholla

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 300. Lebih ringan

    Rey menatap Mira yang masih menunduk, pipinya bersemu merah. Jarinya hampir saja menyelipkan anak rambut yang jatuh menutupi wajah Mira ketika sebuah suara menggelegar dari belakang."Rey!"Tangan Rey terhenti di udara. Kepalanya menoleh cepat. Mira juga tersentak.Tukiran berdiri di ambang pintu dengan alis berkerut. Matanya tajam, mengawasi mereka berdua.Rey cepat-cepat menarik tangannya. Mira mundur selangkah. Jantungnya masih berdetak cepat, bukan karena Rey, tetapi karena ketahuan."Kalian belum buka puasa, kan?" Tukiran melanjutkan, nada suaranya sedikit lebih lembut. "Ini tadi ibumu beli nasi. Makanlah."Rey menghela napas lega, lalu tersenyum canggung. "Terima kasih, Pak."Perutnya memang sudah keroncongan. Tadi dia hanya sempat makan kurma dan minum air putih yang diberikan suster sebelum donor darah.Mira melirik ke arah Tukiran, mencoba menetralkan wajahnya. "Yang lain sudah makan?""Kayaknya baru makan setelah tahu Lani sadar," jawab Marni, yang tiba-tiba ikut berdiri di

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 299. Penebus dosa

    Arhand berdiri di depan ruang perawatan. Agna yang masih tampak lemah, menggenggam tangannya erat."Kamu yakin kuat?" bisik Arhand.Agna mengangguk. "Anggap saja ini penebusan dosaku untuk Lani dan Alzam.Arhand menarik napas panjang. "Kalau begitu, jalan pelan, ya. Atau aku minta kursi roda?""Nggak usah. Sekalian biar aku sehat. Beberapa hari di sini dan hanya tiduran, aku bosan.""Agna, kamu baru saja lepas infus. Istirahat dulu," bujuk Sandra.Agna menggeleng. "Aku ingin melihatnya, Mi. Sekalian aku mau minta maaf.Arhand menggandeng Agna pelan. Keduanya berjalan menuju ruang perawatan. Langkah Agna masih tertatih, tapi dia bersikeras.***Lani akhirnya membuka mata perlahan. Cahaya lampu membuat pandangannya masih kabur. Suara alat medis berdenging samar.Seseorang menggenggam tangannya. Hangat. "Sayang,...." Alzam hampir meneteskan air mata saat melihat Lani mengerjab. Betapapun sakit hatinya karena Lani mencari Rey di saat sadar, dia berusaha meredam perasaannya.Lani berus

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Rapuh

    "Ada apa, Arhand?" Sandra yang habis mengerjakan sholat Isya', bangkit menghampiri Arhand yang memegang tangan Agna.Arhand dan Agna menoleh ke Sandra."Arhand melihat Alzam dan keluarganya sedang menunggu Lani operasi melahirkan."Memangnya kenapa kalau melahirkan? Biar komplit kebahagiaan mereka. Biar makin besar kepala itu Alzam." Sandra masih tak dapat terima dengan masih membenci Alzam."Mami, kok ngomongnya gitu?""Aku sebel aja. Sementara kamu keadaannya begini, mereka senang-senang.""Bukan senang, MI. Tapi mereka lagi ada masalah.""Maslah apa juga. Biar tau rasa sekalian. Orang yang bikin orang lain menderita, pasti ada karmanya.""Mami,..""Sini, mana makanan Mami, Hand. Ini nungu Papi juga kelaparan aku. Tapi buka puasa cuma roti aja.""Sudahlah, kamu makan cepat. Biar nanti kuat. Kita ke sana bareng.""Yakin kamu ikut?"Agna mengangguk.****Mira berdiri kaku, jantungnya berpacu cepat. Rey di sebelahnya mengepalkan tangan. Towirah hanya terus berzikir direngkuh Salma. Sem

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Tapi,..

    Mira menggenggam ponselnya erat. Jemarinya gemetar, menelusuri daftar kontak dengan panik. Otaknya mencoba mengingat siapa yang harus dihubungi.Nomor Lani? Tidak mungkin. Siapa yang pegang ponsel Lani sekarang?Alzam? Tidak enak rasanya.Mira menggigit bibir, frustrasi. Sampai akhirnya ia teringat sesuatu.Dita.Tadi Dita yang ngantar ke rumah sakit bersama Budi. Mereka pasti tahu sesuatu.Tanpa pikir panjang, ia mencari nomor Budi. Nomor itu sering ia hubungi untuk urusan kulit jeruk yang dijadikan sovenir oleh Budi, jadi tak sulit menemukannya. Setelah beberapa detik, telepon tersambung.Budi mengangkat, suaranya serak. "Mira?""Apa yang terjadi? Lani gimana? Bayinya sudah lahir? Budi, cepat bilang!"Hening beberapa saat.Mira semakin gelisah. "Budi, jawab!""Lani masih berjuang." Suara di seberang terdengar lemah.Mira menahan napas. "Kenapa?"Tarikan napas berat terdengar sebelum Budi menjawab. "Pendarahan. Banyak."Jantung Mira serasa berhenti. "Apa... dia baik-baik saja?""Dokte

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 296. Kebencian

    Mira menggenggam tangannya erat. Hatinya semakin gelisah, perasaan itu tak mau hilang sejak mereka meninggalkan rumah.Marni duduk di sebelahnya, wajahnya murung. Biasanya, perempuan itu tidak pernah kehabisan kata-kata jika sudah membahas Lani, tapi kali ini berbeda. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya. Keponakan suaminya hanya Lani. Dia yang duluh selalu membenci Lani merasa takut jika terjadi sesuatu pada Lani."Aku takut," gumam Marni tiba-tiba.Mira menoleh, menatap Marni yang mengusap wajah dengan tangan gemetar."Takut kehilangan Lani," lanjutnya dengan suara lirih.Mira merasakan hal yang sama. Perasaan yang menyesakkan dada.Di sebela mereka, Tukiran juga tidak bisa duduk diam. Beberapa kali ia berjalan, menengok sibuknya lalu lintas yang melewati jalan besar di depannya, mondar-mandir gelisah."Tolong lebih cepat, Pak," kata Rey pada tukang tambal ban yang sedang bekerja.Laki-laki itu hanya menoleh sebentar, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya dengan kecepatan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status