Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 59. Kamu tidak akan ke mana-mana.

Share

Bab 59. Kamu tidak akan ke mana-mana.

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-11-11 17:49:44

Sore menjelang ketika Lani kembali ke rumah. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan.Dia langsung menuju kamar di mana tak terlihat Alzam di sana. Tanpa membuang waktu, ia mulai membereskan pakaiannya. Jemarinya bergerak cepat, menyelipkan baju-baju ke dalam koper. Kepalanya penuh dengan kenangan yang saling bertabrakan.

"Ke mana kamu mau pergi?" Suara Alzam terdengar dari belakang, datar, tanpa emosi.

Lani membalikkan badan, matanya menatapnya tajam. "Ke mana saja yang jauh dari semua ini," sahutnya dingin. “Aku tidak peduli. Lagipula apa kamu akan perduli aku mau ke mana? Bukankah kamu telah membawanya kemari, dan itu artinya aku yang harus pergi.”

Alzam mengusap wajahnya, raut frustasi terlihat jelas. "Kamu sudah merintis usaha itu, Lani. Apa kamu akan pergi dan menghancurkan semuanya? Bagaimana dengan harapan petani? Anak-anak muda yang menaruh harapan pada pabrik itu?"

Lani menggertakkan giginya. "Dan bagaimana dengan hatiku, Mas? Kamu ingin
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 60. Diantara Cinta dan benci.

    Keesokan paginya, sinar matahari menembus tirai tipis kamar tamu. Lani terbangun kembali dengan masih memakai mukenanya, dia memang tertidur kembali dengan tak sadar setelah sholat Subuh. Kepalanya terasa berat dan mata sembap. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa lelah yang menguasai tubuhnya. Tiba-tiba, pintu kamar diketuk. Tanpa menunggu jawaban, Alzam masuk."Aku akan pergi sebentar," katanya datar.Lani bangkit perlahan, matanya tajam menatapnya. "Kamu tidak perlu menjelaskan ke mana pun kamu pergi. Itu bukan urusanku lagi."Ada sekilas rasa sakit di wajah Alzam, namun ia segera mengalihkan pandangannya. "Aku akan tetap memberitahumu karena kamu masih istriku.""Istri? Ghak salah kamu bilang seperti itu, sementara kamu punya maksud lain dengan membawa wanita itu?""Mau ghak mau kamu harus belajar terima kenyataan itu.""Cih!" Lani berdiri, tubuhnya terlihat lebih rapuh. "Apa kamu pikir aku terus menunggumu hinggah kamu bisa sepuasnya menertawakan aku? Mempermalukan ak

    Last Updated : 2024-11-12
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 61. Tinggalkan dia, Lani!

    "Sepertinya mimpi aku bisa bertemu denganmu kembali." Damar mendekat. "Ini bukan kebetulan, Lani. ini takdir yang terus mempertemukan kita." Wajahnya nampak berbinar.Langit senja memang sudah mulai meredup saat Damar tiba di rumah yang tampak megah di pinggiran desa itu. Damar memandang berkeliling, hatinya terasa penuh tanda tanya. Mengapa Lani ada di sini? Di rumah ini? Ia bahkan tak mengerti apa yang sedang terjadi. Lani, wanita yang dulu ia cintai dengan segenap hati, tampak begitu tenang di beranda rumah yang ia kira bukan miliknya. Damar menahan napas, kakinya terasa berat untuk melangkah lebih dekat. Tapi akhirnya, ia tetap maju sambil membawa satu dos besar barang yang kemudian dia letakkan . Walau terlihat tidak begitu berat.Lani tampak kaget begitu melihat sosok Damar berdiri di sana dengan apa yang dia bawa. "Mas, kenapa kamu di sini?" Suaranya bergetar tipis. Ada banyak emosi terpendam di balik nada datarnya. Terlebih, belum-belum Damar sudah mengatakan hal yang menurut

    Last Updated : 2024-11-13
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 62. Urus UMKM itu biar kau tau artimu bagiku!

    Lani menatap souvenir pernikahan di samping pintu masuk, di mana Damar meletakkannya. Jantungnya berdetak kencang, memukul-mukul tulang rusuk seperti ingin melarikan diri dari kenyataan pahit di depannya. Alzam yang tadi beranjak pergi, kembali begitu melihat arah pandang Lani, lalu berdiri beberapa langkah darinya, wajahnya datar tanpa ekspresi. Hening melingkupi ruangan, berat dan menekan."Jadi benar kamu mau menikah dengan Agna?" Lani memecah keheningan, suaranya bergetar namun ia mencoba tegar. "Kamu sengaja mendatangkan souvenir itu ke rumah, supaya aku melihat?"Alzam tidak segera menjawab. Tatapannya lurus ke depan, dingin, tak menyisakan celah untuk penyesalan. "Aku tak perlu menjelaskan apa-apa, Lani." Dia baru menyadari kalau pria itu mengantarkan sebuah sovenir pernikahannya. Walau dia tidak mengerti kenapa umminya mengirimkannya ke rumah ini."Kamu sengaja memanasi aku dengan sovenir itu?""Bukan aku yang pesan Lani. Aku juga tak tau kenapa dibawa kemari." "Lalu seharus

    Last Updated : 2024-11-13
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 63. Golongan darah Jingga

    Lani bergegas ke rumah sakit daerah, perasaannya bercampur aduk antara kekhawatiran dan kelelahan. Saat ia tiba di sana, ia melihat kedua orang tuanya, Towirah dan Wagimin, duduk dengan raut wajah tegang. Mereka menunggu di depan ruang pasca-operasi. Jingga, putrinya, sedang dirawat setelah menjalani operasi.Lani berjalan mendekat, dan dalam sekejap, semua kekuatan yang coba ia bangun runtuh. Towirah bangkit dan langsung memeluk Lani erat, air matanya tak terbendung. "Alhamdulillah kamu sudah di sini, Nak. Ibu bingung sekali dari tadi. Golongan darah Jingga yang langka tidak ampang mendapatkannya." Airmata Towirah tak lagi dapat dia tahan. "Ibu emnelponmu dari tadi tak ada jawaban, untunglah di handphone Jingga ada noomer Alzam jadi Ibu menelponnya. Dan dia langsung kemari setelah emminta izin dai markasnya.""Apa yang terjadi, Bu?" "Jingga kecelakaan tadi pagi, Nak. Darahnya banyak yang keluar. Untung ada Nak Alzam." Mata Towirah berbinar sesaat."Alzam?" Lani memandang ke arah uju

    Last Updated : 2024-11-14
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 64. Belikan Lani obat, Mbok. Dia muntah.

    "Aku merindukan kehangatanmu, Lani," bisiknya pelan. Namun dia tau itu tak mungkin mengingat setiap apa yang terjadi diantara mereka akhir-akhir ini.Alzam pun segera mandi lalu memakai sarung seperti biasa jika dia mau tidur. dan hanya bertelanjang dada. Sejenak ditatapnya kembali Lani yang sedang tertidur pulas. Dia bahkan bersimpuh di sisi tempat tidur seperti biasa yang akhir-akhr ini dia lakukan jika datang malam-malam ke kamar Lani. Matanya menelusuri setiap lekuk wajah perempuan itu, lembut dan penuh cinta. Jari-jarinya yang kokoh mengusap perlahan helaian rambut Lani yang terurai, setelah dengan perlahan dia membuka hijabnya. Rasa rindunya begitu membuncah hingga ia nyaris tak bisa menahan gejolak di dadanya. "Maafkan aku, Lani," bisiknya lirih, seolah bicara kepada dirinya sendiri. Aku telah membuatmu menderita. Tapi aku tak bisa menekan benci ini tiap aku memandangmu dan selalu mengingatkan kakakku. Apa aku salah dengan rencana pernikahanku dengan Agna yang telah kusetuj

    Last Updated : 2024-11-14
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 65. Tes DNA.

    "Bu,...."Mbok Sarem mengalihkan pandangan begitu Lani datang dengan memanggilnya. Dia kemudian menunduk padahal dia ingin sekali mengatakan tentang kondisi Lani. Walau sebenarnya dia juga tidak berani karena Lani telah berpesan untuk tidak berkata apapun ke Alzam tentang kehamilannya."Aku ikut ke rumah sakit, Mas," ucap lani kemudian telah siap . "Bukannya kamu tadi baru muntah? Kenapa kamu tidak sitirahat saja, biar aku nanti yang ke sana, sekalian aku ada keperluan di rumah sakit itu.""Ghak apa, sudah baikan.""Ya, emmang begitu Mas kalau emang muntahnya gara-gar,a,.." Lagi-lagi Mbok Sarem mau keceplosan ngomong."Gara-gara apa, Mbok?" tanya Alzam heran dengan yang baru saja dia lihat. Terlebihd engan ang dia dengar dari Mbok Sarem."Sudahlah, Mas. Jadi ghak perginya? Pulangnya ghak usah repot jemput aku ke sana. Nanti aku pulang dengan naik taxi saja." Lani segera mendahului Alzam sebelum lelaki itu mengeluarkan kata protesnya.Lani yang mulanya mau memakai sepedanya yang kema

    Last Updated : 2024-11-15
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 66. Buku harian.

    "Kenapa kamu tidak menungguku di sana?" tanya Alzam merasa kecewa padahal seharian Lani di rumah sakit."Aku kan sudah bilang, aku naik taxi.""Kamu benar-benar ya, Lani!" tangan Alzam mengepal, merasa tak dihargai Lani lagi. Hari-hari berikutnya terasa seperti berjalan di atas duri bagi Lani. Setiap kali bertemu Alzam, ada bara di matanya, kemarahan yang tak pernah padam. Mereka sering bertengkar. Benturan demi benturan yang menyisakan luka, lebih dalam dari yang mereka kira. Alzam tetap mencoba mendekatinya, seolah ingin menghidupkan kembali sesuatu yang telah mereka bakar hingga menjadi abu. Namun Lani terus menghindar walau dia kerap bertanya-tanya, apa yang dilakukan Alzam dengan berada di laboratorium DNA itu."Pabrik mulai finishing, Lani," ujar Alzam di satu sore, nada bicaranya datar. Ia mencoba mengalihkan perhatian Lani, berharap ada pembicaraan yang lebih dari sekadar amarah. Namun, Lani hanya menatapnya dingin. Hanya keesokan harinya dia datang ke sana, dan melihat apa s

    Last Updated : 2024-11-15
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 67. Pengakuan Alzam.

    "Ini,... Ini apa maksudnya, Alzam?" tanya Salma, umminya Alzam."Itu hasil tes DNA Senja, Ummi. Senja itu anaknya Lani." Alzam menunduk, menahan perasaan bersalah yang membuncah di dadanya. "Dia... anak Madan.""Tapi... Alzam, bagaimana Lani bisa—" Suara Salma terdengar bergetar, matanya menatap Alzam dengan perasaan yang campur aduk. Hatinya hancur, merasakan kenyataan yang tidak pernah ia duga sebelumnya."Iya, Mi. Lani mengandung Senja karena kehormatannya telah direnggut Kak Madan.""Apa?" Salma mundur selangkah, bahkan sempoyongan dengan memegang dadanya. Tes DNA Senja? Anaknya Lani, anaknya Madan? Suara seakan berputar di sekeliling. Salma, menatap kertas di tangannya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Matanya beralih ke wajah putranya, mencari kekuatan di sana. Sedangkan Alzam justru rapuh dengan mata yang telah buram.Hening menggantung, terasa berat di antara mereka. Salma menarik napas panjang, mengatupkan kedua tangannya seolah ingin menahan getaran yang menjalar di

    Last Updated : 2024-11-16

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 235. Membuntuti

    "Tolong panggil Mira, Pak," ucap Agna pada satpam pabrik dengan nada sedikit terburu-buru. Baru saja dia datang dari kantornya dan pergi ke pabrik, memeriksa keuangan dan segala sesuatu tentang pabrik. Dia tau, Mira yang memegang segala sesuatunya soal pabrik itu.Satpam itu menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Mira tadi pamit Pergi istirahat makan siang dan katanya tidak kembali."Agna sontak mengernyit. "Apa? Dia nggak bilang ke saya?"Satpam itu mengangkat bahu. "Katanya nggak tahu nomor telepon Bu Agna, jadi nggak bisa kasih kabar langsung. Dia menyuruh saya minta izin Bu Agna."Agna menghembuskan napas kasar. Rasanya ingin mengumpat. Hari ini sudah cukup buruk tanpa tambahan drama ini. Pagi-pagi buta, Alzam tiba-tiba muncul dan melabraknya dengan tuduhan konyol. Sekarang, Mira malah pergi tanpa pamit.Dia merogoh tasnya dengan gerakan kasar, mencari ponselnya. Hendak menanyakan ke Lani nomer handphone Mira. Namun sebelum sempat menghubungi Mira, ponselnya bergetar lebih dulu. N

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 234. Terusik luka

    "Sebentar, Bi," Alzam minta izin abinya untuk masuk membuntuti Lani.Alzam memandang Lani yang sejak tadi diam. Raut wajahnya tak bisa dibaca. Matanya tak lagi berbinar seperti biasa."Kamu kenapa, Sayang?" suaranya pelan, mencoba mencairkan suasana.Lani mendongak sebentar, lalu kembali menunduk, memainkan ujung jarinya di tempat tidurnya. Ada bara yang sejak tadi ia tahan."Ada apa denganmu?" Alzam mengulang, kali ini tangannya berusaha menggenggam jemari Lani. Namun malah dikibaskan oleh Lani. Seketika Alzam tersentak. Lani menghela napas. Hatinya bergemuruh. Kata-kata yang seharusnya tak diungkit lagi, kini muncul. Bagaimanapun, kenangan itu masih terasa menyesakkan."Kalau saja kamu tak melakukan itu..." Lani akhirnya berbicara, suaranya terdengar serak.Alzam mengernyit. "Melakukan apa?"Lani mendongak kembali, matanya tajam menusuk. "Mengajak Agna menikah waktu itu."Hening sejenak. Perasaan di antara mereka terasa berat. Satu kesalahan dalam hidup Alzam yang tidak pernah dapa

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 233. Luka lama

    Mereka tiba di rumah menjelang sore. Begitu masuk, suara Ibunya, Towirah, langsung terdengar."Lani! Alzam!"Lani mendekat, mencium tangan ibunya. "Ibu..."Wagimin keluar dari dalam rumah. "Jadi, bagaimana hasilnya?"Lani menatap Alzam. Senyum kebahagiaan terpancar dari tatapan mata mereka.Alzam tersenyum tipis. "Kami sudah diizinkan menikah resmi."Sejenak, hening.Lalu Towirah mengangkat tangan ke langit. "Alhamdulillah! Akhirnya!"Wagimin menepuk pundak Alzam. "Bagus. Sudah saatnya semuanya kembali ke jalurnya.""Bagaimana dengan Agna?" tanya Towirah pelan.Lani menunduk."Setelah bukti perselingkuhan itu ada, saya akan menggugat cerai, Bu," ujar Alzam."Kalau gitu segera daftar ke Pak Modin. Biar segera diurus rencana nikah kalian.""Baik, Pak. Nanti malam saya ke sana.""Rasanya Bapak tak sabar putri bapak menikah. Di rumah ini kita belum pernah mengadakan hajatan. Sampai semua orang merasa tak enak hati kalau aku pergi bawa amplop ke mereka, katanya kita tak pernah ambil buwuan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 232. Maaf!

    Agna menghela napas panjang, lalu menggerutu sambil menatap kap mesin mobil yang berasap. Tangannya mencengkeram ponsel, siap mengetuk layanan taksi online."Sial! Mobil ini benar-benar menyebalkan! Seperti hidupku saja! Macet, mogok, dan dipenuhi kejutan tak mengenakkan!"Ia memukul setir dengan kesal, lalu mencoba lagi aplikasi di ponselnya. Tak ada taksi yang tersedia dalam waktu dekat."Apes! Lengkap sudah hari ini!"Tiba-tiba, suara berat menyapanya."Butuh bantuan?"Agna sontak menoleh. Seorang pria berseragam militer berdiri santai dengan tangan terselip di saku celana. Mayor muda dengan tubuh tinngi besar, tatapan tajam, dan senyum yang entah kenapa terasa menenangkan."Reynaldi?" Mata Agna melebar. "Astaga, aku pikir siapa tadi. Kamu kok tau aku lagi dlaam kesulitan. pa ini kebetulan ataukah takdir? Kanapa tiap aku tidak nyaman kamu selalu datang."Rey tersenyum ngakak. "Mungkin takdir kita bertemu. Kamu sih, mudah dikenali. Apalagi dengan ekspresi cemberut seperti tadi."Ag

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 231. Berdebar

    "Kenapa dadaku berdebar seperti ini?" Lani menatap bayangannya di cermin. Gaun sederhana berwarna biru tua, membalut tubuhnya, riasan tipis mempermanis wajahnya. Tangannya merapikan jilbab yang membingkai muka. Jilbab panjang di dada dan di belakang, namun masih terlihat modis dengan cara Lani memakainya.Alzam sudah menunggu di ambang pintu. Begitu pintu dibuka, tatapan Alzam tak berkedip memandang Lani."Sepertinya kamu baru saja bertemu dengan anak Bapak." Sentuhan lembut di bahu Alzam membuatnya tersentak kaget dan langsung menunduk karena malu.Towirah yang juga di belakangnya bahkan terkekeh sambil menutup mulutnya dengan tangan. Wajah tandas Wagimin dengan ketampanan yang masih terukir jelas di wajah tuanya yang terpanggang matahari di kulit hitamnya memang ada di wajah Lani. Namun kulit kuning langsat dengan pipi kemerahan Lani berasal dari Towirah yang walau sering terkena matahari jika menjadi buruh pemetik jeruk, tapi dia masih terihat bersih."Kamu siap?" tanya Alzam beru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 230. Lamaran

    Deretan mobil hitam berhenti di halaman rumah megah dengan desain minimalis modern. Pilar-pilar tinggi berdiri kokoh dengan dinding -dinding kaca. Lampu-lampu taman menyala redup, memberikan kesan elegan dan hangat.Pintu besar terbuka. Seorang pria berbaju batik dengan janggut rapi melangkah keluar. Wibawa terpancar dari tatapan teduhnya."Selamat datang," ucapnya dengan suara dalam.Al-Ayyubi, sosok yang dikenal luas karena keilmuannya. lelaki tinggi besar keturunan Arab itu, tersenyum.Evran, Manda, Armand, dan Arhand turun dari mobil. Mereka memberi salam dengan hormat."Syukran, Abi," Evran menjawab dengan nada penuh penghormatan meamnggil nama panggilan Al Ayyubi.Di belakangnya, Arhand menyesap napas panjang. Matanya menyapu halaman rumah. Berbeda dari ingar-bingar kota, suasana ini menenangkan. Namun, jauh di dalam dirinya, ada sesuatu yang bergejolak.Mereka dipersilakan masuk ke dalam.Ruang tamu luas dengan ornamen khas Makassar. Ukiran kayu jati menghiasi langit-langit. Ka

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 229. Masalah baru

    Sabtu datang dengan langit kelabu. Lani berdiri di teras rumah, memandangi jalanan yang masih lengang. Pikirannya tak tenang sejak pabrik jatuh ke tangan Agna. Kekhawatiran akan kelangsungan pabrik menjadi pemikirannya. Terlebih dengan ancaman Alzam."Sarapan duluh, Alzam,"ajak Towirah."Memangnya mau ke mana pagi begini?" Wagimin ikut bertanya."Mau ke gudang, Pak. Biasanya kalau Sabtu kan aku lihat ke gudang.""Kalau gitu ayo sarapan duluh." Wagimin mendekatkan pindang ke arah Alzam saat dia sudah duduk bersama Lani. "Makan yang banyak, Zam. Ini masakan kesukaanmu, pindang sama lodeh tewel. Sambalnya juga enak, dibuatkan Lani.""Ibu sendiri heran, Zam, wajah kamu bukan wajah orang pribumi, tapi yang kamu sukai itu makanan orang desa.""Itu urusan lidah, Bu.""Sukur juga sih, Zam. Kalau kamu sukanya daging di apa itu namanya,.. ibumu pasti ghak bisa bikin." Wagimin terkekeh.Alzam pun menanggapinya dengan senyum sambil menatap Lani yang menurutnya terlihat gelisah.Alzam telah menye

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 228. Tak berarti selesai

    Langit masih gelap saat Lani menggeliat di ranjang. Biasanya, ia bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan sebelum Alzam berangkat kerja. Tapi hari ini, tubuhnya terasa berat. Semalam, dia terbangun berkali-kali. Mengingat apa yang telah terjadi.Alzam yang baru selesai mandi, keluar dengan rambut masih basah. Melihat istrinya yang masih terbaring, ia mendekat, duduk di pinggir ranjang sambil mengusap lembut pipi Lani."Sayang, tumben kamu tidur lagi." Suaranya rendah, penuh perhatian. "Kamu sakit?"Lani hanya menggeliat kecil, matanya masih setengah terpejam. "Cuma ingin tidur pagi."Alzam tersenyum, membungkuk, mengecup kening istrinya. "Kalau capek, istirahatlah duluh. Nanti aku bangunin." "Hari ini aku nggak ke kantor." "Kenapa?""Aku pengen istirahat aja. Kamu ajak Mira ya, biar dia tetap bisa laporan tentang pabrik."Alzam mengangguk kecil. "Baiklah. Kalau kamu capek, nggak usah mikirin kerjaan."Lani hanya tersenyum tipis, lalu menarik selimutnya lebih erat.Alzam beranjak, merai

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 227. Kehilangan

    Agna menatap lembaran kertas di tangannya. Nama-nama tertulis jelas, tinta hitam yang tajam seperti menyayat dadanya. Izin menikah.Tanda tangannya ada di sana. Sah. Resmi. Tanpa cacat.Tapi di mana Alzam? Bahkan tiap ditelpon Agna dia tak pernah mengangkat. Selalu saja panggulan ditolak.Agna menekan lembaran itu di dadanya, lalu melangkah keluar. Rumah Alzam hanya bersebelahan. Seharusnya ia bisa menemui suaminya kapan saja. Namun, sudah berhari-hari rumah itu kosong. Dan ini untuk kesekian kalinya Agna ke sana.Tangannya mengetuk pintu keras. Sekali. Dua kali.Tak ada jawaban."Mbok Sarem!" teriaknya, separuh putus asa.Pintu terbuka, memperlihatkan wajah tua yang penuh ragu. "Mbak Agna...""Alzam di mana?"Seperti kemarin, dan kemarin lusa, Mbok Sarem menghela napas. "Mas Alzam belum pulang. Tapi tadi dia menelepon saya, katanya baik-baik saja."Kepalan tangan Agna mengerat. "Masih sama?"Mbok Sarem mengangguk pelan.Agna menoleh ke arah kamar yang tertutup rapat. Tak ada tanda k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status