Semua Bab ISTRI SIRI TENTARA ALIM: Bab 31 - Bab 40

77 Bab

Bab 31. Salah sangka.

“Dia,…” Arhand menatap Lani yang tengah menatapnya. Rasa tak percaya terpancar dari wajah cantik dan polos itu, mata Lani menyimpan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Bayangan kejadian semalam menghantui pikiran Arhand, mengganjal di tenggorokannya, membuatnya ragu untuk melanjutkan ucapannya.“Dia kenapa?” Manda berbisik, mencondongkan tubuh ke arah Arhand. “Mama lihat sendiri, dia itu wanita idaman banget!”“Ya, terserah Mama deh,” Arhand menjawab dengan nada datar, tatapannya masih tak lepas dari Lani, yang sekarang terlihat semakin bimbang.“Kok begitu?” gumam Manda.Di luar kamar Alzam, Mbok Sarem mengetuk pintu dengan lembut. “Mas, ayo makan. Sudah ditunggu Oma dan yang lain,” katanya sambil menggeser pintu sedikit, melihat Alzam berdiri di baliknya dengan wajah muram, berseragam lengkap Angkatan Darat.Alzam menarik napas panjang, menatap bayangannya sendiri yang memantul dari cermin kecil di samping pintu. “Saya bingung, Mbok,” ucapnya perlahan. “Baru saja saya menampar Ar
Baca selengkapnya

Bab 32. Sosok yang mengejutkan saat menunggu.

Satu jam berlalu sudah. Alzam masih duduk gelisah, memandangi pintu kafe dengan harapan, tapi orang yang ditunggunya belum juga datang. Dalam hati, dia berusaha menyabarkan diri, tapi sedikit demi sedikit kesabarannya terkikis. Tiba-tiba, suara langkah ringan menyentak perhatiannya. Dia menoleh, dan menemukan Lani, wanita yang diam-diam memenuhi ruang hatinya, sedang berdiri di sana dengan senyum tipis."Kenapa makan di sini, Mas? Biasanya kan nggak pernah," tanya Lani, alisnya sedikit terangkat, menyiratkan rasa heran. Alzam tahu, kafe ini bukanlah tempat mereka biasanya bertemu. Dia sudah terlalu sadar akan tatapan-tatapan yang kadang hadir di sekitarnya—terutama dari rekan-rekan dinasnya yang suka mampir ke kafe dekat kampus ini.Dia merapikan napasnya. "Aku janjian sama Arhan di sini," jawabnya pendek. Namun, sebenarnya, jawaban itu terasa kosong, seolah menyembunyikan sesuatu yang ingin lebih banyak diungkapkan. Tatapan matanya ingin sekali memeluk Lani, sekadar mencari ketenanga
Baca selengkapnya

Bab 33. Dia tunangannya.

"Maksudnya?" tanya Agna, alisnya terangkat penuh tanda tanya pada Arhan yang baru saja melontarkan pernyataan mengejutkan.Arhan menyeringai, setengah menyelidik. "Kamu suka make-up, kan?"Agna mengangguk, mengelus permukaan halus pipinya seolah memeriksa sisa bedak yang melekat. "Iya, rasanya nggak pede aja kalau tanpa make-up.""Wah, sayang sekali. Soalnya, Alzam itu lebih suka gadis yang tampil polos, wajah alami khas Indonesia. Bukan yang bermake-up tebal," ucap Arhan, matanya menerawang sejenak. Bayangan Lani melintas di benaknya - wajah bersih tanpa polesan, bibir mungil yang ranum alami. Arhan terdiam sesaat, memikirkan daya tarik yang memikatnya sejak pandangan pertama. Wanita apa adanya, tanpa topeng.Agna tertawa kecil, nada suaranya sedikit skeptis. "Baru tahu. Kupikir setiap pria pasti suka cewek yang rapi, harum, dan bermake-up."Arhan mengangkat bahu, mencoba menutupi senyumnya. "Memang begitulah dia, aneh kalau kata orang. Tapi itulah Alzam," katanya, merasa getir. Tak
Baca selengkapnya

Bab 34. Jangan pergi!

Lani terpaku di tempat. Dilihatnya Alzam yang juga sama-sama terkejut melihat kedatangannya. Mereka bertatapan, tetapi ada kegelisahan di mata Lani yang seketika menelusup ke dalam dadanya, meninggalkan perasaan yang sulit diabaikan."Lani, kamu sudah pulang?" Alzam mencoba berbicara dengan nada yang terdengar tenang, meski tatapannya tak bisa menyembunyikan kebingungan yang membayang.Lani hanya bisa menatap Alzam, pandangannya bergantian antara pria yang selama ini begitu ia percayai dan perempuan di sampingnya. Matanya merayap pada sosok Agna yang tampak begitu nyaman berdiri di samping Alzam, sebuah pemandangan yang membuat hatinya kian gelisah."Kenalkan, Agna. Dia Lani, pegawainya Alzam," ucap Manda yang tersenyum hangat sambil memandang ke arah Lani dan Agna bergantian. Ketenangan di wajah Manda sama sekali tak menyadari badai yang tengah bergolak di hati Lani."Senang berkenalan denganmu. Kamu cantik sekali," ucap Agna tanpa basa-basi, menyampaikan pujiannya sambil mengulurkan
Baca selengkapnya

Bab 35. Jangan pernah tinggalkan aku!

"Kembali, Lani!" Alzam berlari mengejar Lani. Menarik tangannya dan mendekapnya kembali."Lepaskan saya! Lepaskan saya!" Lani berontak. Namun tenaga Alzam yang kuat membuat Lani tak mampu melepaskan diri dan luluh di pelukan Alzam sambil berlinang airmata."Apapun yang terjadi, jangan pernah meninggalkan aku, Lani. Aku mencintaimu dan selamanya akan tetap mencintaimu," ucap Alzam dengan mata yang telah buram membawa Lani ke kamarnya dengan menggendongnya seperti yang selalu dia lakukan saat Lani sakit duluh.Ditidurkannya Lani dengan lembut dan didekapnya kembali. Walau Lani ta berhenti meronta dan menangis."Lepaskan saya, Mas. Lepaskan! kamu telah membohongi saya. Saya seperti orang bodoh kamu perlakukan seperti ini" Lani masih berusaha berontak dan lari hendak keluar.Alzam menarikknya dengan segera mengambil kunci kamar itu setelah menguncinya. Dilemparkannya kuncinya keluar jendela dan ditutupnya jendela kamar yang lebar itu dengan rapat. Lalu ditariknya Lani kembali dan dibawan
Baca selengkapnya

Bab 36. Jangan sakiti dia!

"Sayang, ayo bangun, kita belum sholat Ashar," Alzam dengan pelan menepuk-nepuk pipi Lani.Wanita itu membuka matanya dengan mengerjab pelan. "Duh, udah jam segitu Mas, gimana ini?" ujar Lani panik."Yuk, kita mandinya bareng saja," ajak Alzam."Apa? Udah gila ya kamu?""Udah, sini," Alzam segera membopong Lani ke kamar mandi dengan hanya membalut tubuhnya dengan selimut. "Tadi aku juga sudah melihatnya, apa bedanya," ucap Alzam lirih yang langsung dapat tabokan dari Lani. Namun Alzam tidak berhenti dengan gerakan yang membuat Lani bergidik geli."Tuh, kayak gini yang aku takutin. Kita bukannya mandi, kamu malah,.."Alzam terkekeh. "Kita mandi kok ya. sini aku sabunin!"Lani geleng-geleng kepala dan menuruti Alzam yang memandikannya."Tuh, Mas, mukenaku di tas itu, di luar, gimana ini?" Lani dengan bingung mengingat mukenanya yang di luar sementara kuncinya telah dibuang Alzam.Alzam segera mencari jilbab lebar panjang yang pernah dia belikan. Lalu memasangkannya di kepala Lani."Tuh,
Baca selengkapnya

Bab 37. Hijrah.

"Lani,.." Alzam tertegun melihat wajah di pantulan cermin meja rias.Tampak di depannya kini Lani sedang duduk di depan meja rias dengan sudah mengenakan hijabnya. Dipandanginya wajah di depan cermin itu dengan mata mengaca. Lalu dipeluknya Lani."Kamu cantik sekali dengan wajah imutmu kalau pakai hijab."Lani hanya tersenyum."Yuk!" Ditariknya tangan Lani."Ke mana, Mas?""Cari makanan di luar. Aku senang lihat kamu dengan hijab begini.""Udah setengah lima, Mas.""Ghak apa, cuma sebentar aja, kok.""Tapi kita berduan keluarnya?""Memangnya kenapa?""Gimanapun juga, orang lain ghak tau kita nikah, Mas. Jnagan-jangan kejadaian ghak enak terjadi lagi seperti di siini.""Ghak usah bingung pendapat orang. Yang penting kita tau kita da nikah." Alzam mendaratkan ciumannya di pipi Lani dengan tak jemuh menatap wajah imutnya yang terbalut hijab pesmina warna hitam.Lani pun beranjak dari duduknya, mengikuti Alzam. Semua oarng memandangnya saat mereka keluar, terlebih saat melihat Lani berhij
Baca selengkapnya

Bab 38. Kamu hamil Lani?

"Mas,..." cegah Lani agar Alzam tak meneruskan kata-katanya, waalu telinganya terasa panas mendengar kata-kata yang terucap dari bibir kedua orang yang kini menatap mereka dengan jijik."Kalian belum mengerti, jangan asal bicara kalau menilai orang.""lalu kamai harus bagaiamana menilai kalian. Mas orang terpandang dengan kedudukan Mas sebagai abdi negara, seharusnya Mas lebih bisa menghargai posisi Mas itu dengan tidak terlibat dengan wanita seperti dia.""Jaga mulutmu!" Alzam makin tak dapat mengendalikan emosinya."Mas,..!" Lani menarik tangan Alzam agar mereda emosinya. Digandengnya tanpa ingat apapun lengan kokoh itu, seolah dia ingin berlindung di balik lelaki tinggi tegap itu atau ingin meredakan gejola emosinya."Lihat, cara Mbak Lani memegang lengan Mas Alzam sudah beda," celetuk Parmin. Yang kemudian didukung dengan tatapan sinis Parjo."Mereka memang suami istri, Pak. Jadi jangan ngiri kalau ada yang naksir Lani selama ini." Arhand yang selama ini ikut membantu Lani di guda
Baca selengkapnya

Bab 39. Kegusaran Alzam.

Lani tersenyum malu, rona di pipinya sedikit memerah, saat tangannya bermain dengan ujung kerudung yang ia kenakan. "O, enggak Oma. Saya memakai KB," ujarnya, nadanya hampir berbisik. Ia menghindari tatapan Oma, tetapi senyum tipis tetap tersungging.Oma Evran menatap Lani dengan mata yang dipenuhi kasih, kerutan-kerutan di wajahnya seakan melunak. "Ternyata kalian benar-benar rencananya matang, ya," suara Oma penuh kehangatan, matanya berbinar seakan menemukan cahaya yang jarang terlihat di usianya yang lanjut. "Oma jadi salut sama kalian."Lani mengangguk kecil, sudut bibirnya tertarik dalam senyuman yang mengandung harap dan kegelisahan. "Nunggu sebentar lagi, Oma. Takut jika ada anak sementara pernikahan kami belum resmi," katanya. Sorot matanya melayang ke arah lantai, seakan kata-katanya sendiri menahan beban yang dirasakan hatinya.Oma menghela napas panjang, aroma malam Maghrib terasa kental di udara. "Kamu benar, Lani. Walau memang tidak seharusnya," balas Oma dengan nada bij
Baca selengkapnya

bab 40. Kesepakatan Alzam dan Arhand.

"Bantu aku dekati Agna. Bukankah katamu kapan hari, Agna wanita yang menarik?"Buset kamu!" Arhand meninju lengan Alzam."Ini serius, Arhand. Aku bisa lihat kamu sangat akrab dengannya. Kalian bisa nyambung ngobrol tentang partai. Minat kalian sama." Alzam berharap idenya diterima Arhand."Maksud kamu, aku kamu suruh jadian dengan Agna?""Iya benar, dekati dia dukuh, Arhand. Tolong buatlah dia jatuh cinta padamu agar dia bisa aku lepaskan dengan mudah. Kamu tau sendiri bagaimana pendapat orang tadi tentang kami. Dan itu memang amat mengganggu kami."Arhand membuang rokok yang masih lumayan dengan kasarnya. "Aku kamu jadikan timbal ya?""Bukan begitu, Arhand. Aku hanya minta tolong sama kamu. ia sebenarnya gadis baik, cerdas lagi. Aku hanya minta tolong padamu karena melihat kamu dan dia sebenarnya banyak cocoknya." Alzam mencari alasan yang bisa emndekatkan Arhand dengan Agna.Sejenak Arhand memang terbayang gadis yang menurutnya selalu ramah dengan menyunggingkan senyumnya itu. Dia m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status