Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 35. Jangan pernah tinggalkan aku!

Share

Bab 35. Jangan pernah tinggalkan aku!

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-10-30 16:58:18

"Kembali, Lani!" Alzam berlari mengejar Lani. Menarik tangannya dan mendekapnya kembali.

"Lepaskan saya! Lepaskan saya!" Lani berontak. Namun tenaga Alzam yang kuat membuat Lani tak mampu melepaskan diri dan luluh di pelukan Alzam sambil berlinang airmata.

"Apapun yang terjadi, jangan pernah meninggalkan aku, Lani. Aku mencintaimu dan selamanya akan tetap mencintaimu," ucap Alzam dengan mata yang telah buram membawa Lani ke kamarnya dengan menggendongnya seperti yang selalu dia lakukan saat Lani sakit duluh.

Ditidurkannya Lani dengan lembut dan didekapnya kembali. Walau Lani ta berhenti meronta dan menangis.

"Lepaskan saya, Mas. Lepaskan! kamu telah membohongi saya. Saya seperti orang bodoh kamu perlakukan seperti ini" Lani masih berusaha berontak dan lari hendak keluar.

Alzam menarikknya dengan segera mengambil kunci kamar itu setelah menguncinya. Dilemparkannya kuncinya keluar jendela dan ditutupnya jendela kamar yang lebar itu dengan rapat. Lalu ditariknya Lani kembali dan dibawan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 36. Jangan sakiti dia!

    "Sayang, ayo bangun, kita belum sholat Ashar," Alzam dengan pelan menepuk-nepuk pipi Lani.Wanita itu membuka matanya dengan mengerjab pelan. "Duh, udah jam segitu Mas, gimana ini?" ujar Lani panik."Yuk, kita mandinya bareng saja," ajak Alzam."Apa? Udah gila ya kamu?""Udah, sini," Alzam segera membopong Lani ke kamar mandi dengan hanya membalut tubuhnya dengan selimut. "Tadi aku juga sudah melihatnya, apa bedanya," ucap Alzam lirih yang langsung dapat tabokan dari Lani. Namun Alzam tidak berhenti dengan gerakan yang membuat Lani bergidik geli."Tuh, kayak gini yang aku takutin. Kita bukannya mandi, kamu malah,.."Alzam terkekeh. "Kita mandi kok ya. sini aku sabunin!"Lani geleng-geleng kepala dan menuruti Alzam yang memandikannya."Tuh, Mas, mukenaku di tas itu, di luar, gimana ini?" Lani dengan bingung mengingat mukenanya yang di luar sementara kuncinya telah dibuang Alzam.Alzam segera mencari jilbab lebar panjang yang pernah dia belikan. Lalu memasangkannya di kepala Lani."Tuh,

    Last Updated : 2024-10-30
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 37. Hijrah.

    "Lani,.." Alzam tertegun melihat wajah di pantulan cermin meja rias.Tampak di depannya kini Lani sedang duduk di depan meja rias dengan sudah mengenakan hijabnya. Dipandanginya wajah di depan cermin itu dengan mata mengaca. Lalu dipeluknya Lani."Kamu cantik sekali dengan wajah imutmu kalau pakai hijab."Lani hanya tersenyum."Yuk!" Ditariknya tangan Lani."Ke mana, Mas?""Cari makanan di luar. Aku senang lihat kamu dengan hijab begini.""Udah setengah lima, Mas.""Ghak apa, cuma sebentar aja, kok.""Tapi kita berduan keluarnya?""Memangnya kenapa?""Gimanapun juga, orang lain ghak tau kita nikah, Mas. Jnagan-jangan kejadaian ghak enak terjadi lagi seperti di siini.""Ghak usah bingung pendapat orang. Yang penting kita tau kita da nikah." Alzam mendaratkan ciumannya di pipi Lani dengan tak jemuh menatap wajah imutnya yang terbalut hijab pesmina warna hitam.Lani pun beranjak dari duduknya, mengikuti Alzam. Semua oarng memandangnya saat mereka keluar, terlebih saat melihat Lani berhij

    Last Updated : 2024-10-31
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 38. Kamu hamil Lani?

    "Mas,..." cegah Lani agar Alzam tak meneruskan kata-katanya, waalu telinganya terasa panas mendengar kata-kata yang terucap dari bibir kedua orang yang kini menatap mereka dengan jijik."Kalian belum mengerti, jangan asal bicara kalau menilai orang.""lalu kamai harus bagaiamana menilai kalian. Mas orang terpandang dengan kedudukan Mas sebagai abdi negara, seharusnya Mas lebih bisa menghargai posisi Mas itu dengan tidak terlibat dengan wanita seperti dia.""Jaga mulutmu!" Alzam makin tak dapat mengendalikan emosinya."Mas,..!" Lani menarik tangan Alzam agar mereda emosinya. Digandengnya tanpa ingat apapun lengan kokoh itu, seolah dia ingin berlindung di balik lelaki tinggi tegap itu atau ingin meredakan gejola emosinya."Lihat, cara Mbak Lani memegang lengan Mas Alzam sudah beda," celetuk Parmin. Yang kemudian didukung dengan tatapan sinis Parjo."Mereka memang suami istri, Pak. Jadi jangan ngiri kalau ada yang naksir Lani selama ini." Arhand yang selama ini ikut membantu Lani di guda

    Last Updated : 2024-10-31
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 39. Kegusaran Alzam.

    Lani tersenyum malu, rona di pipinya sedikit memerah, saat tangannya bermain dengan ujung kerudung yang ia kenakan. "O, enggak Oma. Saya memakai KB," ujarnya, nadanya hampir berbisik. Ia menghindari tatapan Oma, tetapi senyum tipis tetap tersungging.Oma Evran menatap Lani dengan mata yang dipenuhi kasih, kerutan-kerutan di wajahnya seakan melunak. "Ternyata kalian benar-benar rencananya matang, ya," suara Oma penuh kehangatan, matanya berbinar seakan menemukan cahaya yang jarang terlihat di usianya yang lanjut. "Oma jadi salut sama kalian."Lani mengangguk kecil, sudut bibirnya tertarik dalam senyuman yang mengandung harap dan kegelisahan. "Nunggu sebentar lagi, Oma. Takut jika ada anak sementara pernikahan kami belum resmi," katanya. Sorot matanya melayang ke arah lantai, seakan kata-katanya sendiri menahan beban yang dirasakan hatinya.Oma menghela napas panjang, aroma malam Maghrib terasa kental di udara. "Kamu benar, Lani. Walau memang tidak seharusnya," balas Oma dengan nada bij

    Last Updated : 2024-11-01
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   bab 40. Kesepakatan Alzam dan Arhand.

    "Bantu aku dekati Agna. Bukankah katamu kapan hari, Agna wanita yang menarik?"Buset kamu!" Arhand meninju lengan Alzam."Ini serius, Arhand. Aku bisa lihat kamu sangat akrab dengannya. Kalian bisa nyambung ngobrol tentang partai. Minat kalian sama." Alzam berharap idenya diterima Arhand."Maksud kamu, aku kamu suruh jadian dengan Agna?""Iya benar, dekati dia dukuh, Arhand. Tolong buatlah dia jatuh cinta padamu agar dia bisa aku lepaskan dengan mudah. Kamu tau sendiri bagaimana pendapat orang tadi tentang kami. Dan itu memang amat mengganggu kami."Arhand membuang rokok yang masih lumayan dengan kasarnya. "Aku kamu jadikan timbal ya?""Bukan begitu, Arhand. Aku hanya minta tolong sama kamu. ia sebenarnya gadis baik, cerdas lagi. Aku hanya minta tolong padamu karena melihat kamu dan dia sebenarnya banyak cocoknya." Alzam mencari alasan yang bisa emndekatkan Arhand dengan Agna.Sejenak Arhand memang terbayang gadis yang menurutnya selalu ramah dengan menyunggingkan senyumnya itu. Dia m

    Last Updated : 2024-11-01
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 41. Jangan pernah kauambil kembali.

    "Apa kamu mau mencoba jalan denganku?" tawar Arhand."Tapi aku telah berjanji menerimanya, Arhand.""Apapun bisa berubah, Agna. Cari yang bisa menghargai kita. Jangan mengharap pada orang yang tak perduli kita."Agna hanya memandang datar Arhand. Namun Arhand merasa wanita itu mulai memikirkannya."Aku ada rapat penting. Maaf jika tidak bisa menemanimu lebih lama," ucap Agna ramah dengan seulas senyum yang tersungging di bibirnya."Aku bisa melihatmu sekejap saja aku sudah terimaksih kamu mau menemui aku," ucap Arhand sebelum wanita itu pergi. Rasanya dia mulai memikirkan ucapanku, bathin Arhand dengan memandang Agna yang langkahnya mulai menjauh, namun kembali menoleh ke Arhand saat membuka pintu mobilnya dan melesat pergi.Dia cantik walau tidak secantik Lani yang cantik alami tanpa polesan. Yang tanpa lipstik pun bibir itu ranum merona. Tubuhnya pun tinggi semampai proporsional. Entah kenapa Alzam malah memilih Lani yang tidak terlalu tinggi. Walau tubuh Lani nampak padat berisi de

    Last Updated : 2024-11-02
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 42. Mas, aku ghak KB lho!

    "Ini, Ibu pingin ngomong," ucap Senja. Dada Lani berdetak lebih kencang dari biasanya."Assalamualaikum, Bu. Ada apa?" tanyanya cemas saat mendengar helaan lirih dari ibunya."Baru saja suamimu datang kemari, Dhuk.""Ke sana?" Tak sabar Lani bertanya." Dia menyerahkan uang yang banyak, katanya suruh kita meneruskan rumah yang baru pondasian di luar gubuk ini."Lani sejenak terkejut. Alzam tak pernah membicarakannya. Entah kenapa dia berinisiatif seperti itu, bathin Lani. Uang yang Lani berikan kapan hari memang baru cukup untuk pondasi yang di luar rumahnya yang kecil."Ghak kebesaran ini rumah nantinya, Dhuk?" Sampai ibunya bertanya seperti itu."Ya, rumah kita yang kekecilan, Bu.""Dhuk?" panggil ibunya membuyarkan lamunan Lani."Iya, Bu.""Dia ghak cerita ke kamu?""Mungkin dia ingin memberi Ibu, dan takut Lani yang melarang.""Lalu gimana ini, Dhuk? Uang ini ghak sedikit. Bisa sampai menjadi rumah bagus rumah kita nantinya dengan uang segebog itu.""Ghak apa, Bu. Pakai saja. Itu

    Last Updated : 2024-11-02
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 43. Mimpi buruk Lani.

    "Kamu hati-hati ya. Jaga diri baik-baik. Jangan ngotot kalau ngerjakan sesuatu agar kamu ghak drop sewaktu aku pulang nanti.""Memangnya kenapa kalau aku drop, kamu ghak mau merawat aku lagi?""Bukannya ghak mau sih. Tapi kita kan jadi ghak bisa," Alzam mengerlingkn matanya."Pikiran kamu ngeres aja sekarang, Mas."Alza terkekeh. Sekali lagi, dipeluknya Lani. Dibenamkannya tubuh mungil Lani di dekapannya. Ciuman di kening Lani pun terasa menjadi momen haru untuk mereka."Aku akan selalu merindukanmu, Bidadari kecilku.""Mas, kenapa lebay amat? Bukannya kamu ke daerah bencana alam yang menolong orang di sana. Bukan ke daerah konflik untuk memerangi teroris kayak kapan hari?"Alzam menundukkan wajahnya dan mencium bibir Lani. "Ghak tau kenapa aku jadi berat banget ninggalin kamu.""Mas, cepat. Udah teriak-teriak temannya." Mbok Sarem dengan tergopoh ke kamar Alzam.Sekali lagi Alzam mencium kening Lani, lalu dengan cepat Alzam segera keluar dengan membiarkan Lani di dalam kamarnya. Lani

    Last Updated : 2024-11-03

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 295. Berlutut

    Rey baru saja keluar dari markas ketika ponselnya bergetar di saku. "Aduh, Rey, kamu ngapain aja sih, dari pabrik sampai aku di rumah ini, kamu nggak ngangkat telpon aku. Kamu udah nggak mau lagi aku telpon ya?" gerutu Mira panjang lebar."Bukan begitu, Mira. Ada rapat penting, jadinya handphone aku matikan. Ini aja lupa tadi nggak aku ces jadinya baterainya tinggal sedikit.""Memangnya ada apa sih, tumben kamu duluh yang nelpon? Kangen cowok ganteng ini ya?""GR kamu! Itu Rey, Lani masuk rumah sakit."Jantung Rey berdegup cepat. Tadinya yang ngomongnya slow, kini jadi keras. "Apa?""Ketubannya pecah duluan. Sekarang masih menunggu operasi. Mungkin juga sudah berlangsung operasinya."Rey tidak langsung bertanya, suara Mira terdengar panik."Kamu di mana sekarang?""Aku sudah pulang. Orang tuaku ikut, mereka mau ke rumah sakit juga."Rey menarik napas dalam. "Aku masih di markas ini, tapi aku langsung ke sana. Tunggu aku."Mira mengiyakan. Rey segera masuk ke mobil, menyalakan mesin,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 294. Darah langka

    Lani berbaring di ruang operasi dengan mata setengah terpejam. Cahaya putih di atasnya menyilaukan. Monitor di sampingnya berbunyi cepat, seolah mengikuti irama jantungnya yang melemah."Tekanan darahnya turun!" seru seorang perawat.Dokter bedah yang sedang bekerja menoleh cepat. "Kehilangan darah lebih banyak dari perkiraan.""Segera hubungi bank darah!" perintah dokter anestesi.Perawat yang memegang ponsel terlihat pucat setelah berbicara dengan pihak PMI. "Dok, stok AB negatif kosong!"Dokter bedah terdiam sesaat, lalu menoleh ke timnya. "Panggil keluarganya! Kita butuh donor segera!"Alzam yang sedari radi dengan tak tenang menunggu di depan pintu ruang operasi, segera menatap seorang dokteryang keluar dengan wajah serius."Dokter, bagaimana istri saya, Dok?""Anda suami pasien?"Alzam mengangguk cepat. "Iya! Gimana istri saya, Dok?" Pertanyaan yang sama diulang Alzam."Kondisinya kritis. Dia mengalami perdarahan hebat dan butuh tambahan darah. Tapi... stok AB negatif kosong di

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 293. Ketuban

    :Lani duduk di kursi ruang istirahat pabrik, tubuhnya gemetar. Dita berjongkok di sampingnya, menggenggam tangan yang mulai dingin."Kamu yakin ini bukan air biasa?" suara Dita penuh kecemasan.Lani mengangguk lemah. "Bukan. Rasanya aneh. Kemarin memng pernah keluar, tap hanya sekali, kok ini malah sering."Budi bergegas mencari tisu, tetapi Dita lebih dulu berinisiatif menarik Lani berdiri. "Kita ke rumah sakit sekarang!"Lani meraba perutnya yang mengeras. Bayinya masih bergerak, tetapi ada perasaan tidak enak yang menjalar dari ujung kaki ke kepala.Dita dan Budi nyaris menyeretnya ke parkiran. Lani merogoh ponsel, mencoba menghubungi Alzam.Satu kali... tidak diangkat.Dua kali... masih tidak tersambung.Naparnya makin memburu."Kenapa nggak diangkat?!"Budi menyalakan mobil, Dita membantu Lani naik ke belakang."Aku yang bawa, biar babti Alzam nusul.!" ujar Budi, lalu mobil melaju membelah jalanan yang mulai ramai.Lani masih terus mencoba menelepon Alzam, tapi hasilnya sama."T

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 292. Tamu istimewa

    Lani memandangi ibunya yang tengah melipat baju. "Bu, nanti aku pulangnya agak telat. Aku dan Mas Alzam mungkin buka bersama di rumah sana," ujar Lani pelan. Namun ternyata cukup membuat Towirah terhentak.Towirah menghentikan tangannya, lalu menatap putrinya dengan mata sayu. "Serius mau pindah?"Lani menelan ludah. Ia tahu pertanyaan itu lebih dari sekadar konfirmasi. Ada ketidakrelaan yang jelas dalam nada suara ibunya."Habis lebaran, Bu. Setelah anak kami lahir," jawabnya akhirnya. "nggak sekarang. Cuma nanti kita mau diam di sana sebentar. Mungkin habis Isya' baru pulang. Jadi, jangan masakbanyak seperti biasanya."Wagimin, yang sejak tadi duduk di sudut ruangan, menghela napas panjang. "Kenapa harus buru-buru? Rumah ini besar, cukup buat kalian bertiga."Lani menunduk, memainkan ujung kain bajunya. "Jauh, Pak. Aku masih kerja. Pasti repot kalau harus bolak-balik sambil momong bayi nanti."Alzam yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bicara. "Rumah sana lebih dekat dengan pabrik.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 291. Ustaz Besar

    .Rere membuka pintu dengan wajah penasaran. Mobil hitam yang berhenti di depan rumah bukan mobil sembarangan. Bukan milik tetangga, bukan juga taksi online.Rere melirik ke dalam. "Kak Rey! Gurumu datang!"Rey segera keluar, berdiri di teras dengan ekspresi penuh harapan. Ini pertama kalinya belajar dengan Ustaz Tahmid. Pasti akan lebih nyaman dibanding mendengar bentakan Atmajaya setiap malam.Tapi begitu pintu mobil terbuka, harapan itu runtuh seketika.Rey menatap sosok mungil yang melompat turun.Seorang anak laki-laki, tidak lebih dari sepuluh tahun.Pakai celana juga kaos santai, wajah berseri-seri seperti seseorang yang baru saja menang lotre.Bocah itu melangkah ringan ke arahnya, tersenyum lebar, lalu berkata dengan suara jernih, "Saya yang akan mengajari Mas Rey."Rey terbelalak. "Nggak salah?"Anak itu justru mengangguk penuh percaya diri. "Kata Abi Tahmid, saya lebih cocok buat ngajari Mas Rey."Dada Rey naik turun. "Ustaz Tahmid sendiri yang bilang?""Iya, Abi bilang beg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 290. Buber

    Mira menarik napas dalam-dalam. Hawa sore terasa berat di dadanya. Sudah setengah bulan sejak terakhir kali melihat Rey, dan selama itu, ia berusaha keras menekan kerinduan yang terus muncul.Dulu, dia selalu bisa menelepon Rey kapan saja, mendengar suaranya, bercanda, atau sekadar berbagi cerita tentang hari yang melelahkan. Tapi setelah pertengkaran mereka terakhir kali, dia lebih banyak memilih diam. Bahkan saat Rey menelpon, dia seolah enggan menjawab, hinggah akhirnya, Rey tak menelpon sama sekali.Bukan karena sudah tidak peduli.Justru karena terlalu peduli.Dan sekarang, Rey tiba-tiba muncul di depan rumah, berdiri dengan ekspresi canggung, seperti seseorang yang sudah lama menunggu tetapi takut ditolak."Kamu..." Mira menatapnya, berusaha menutupi getaran yang terasa di suaranya. "Ngapain ke sini?"Rey tersenyum kecil. "Emang ada nyang glarang aku ke sini? Aku ngajak buka puasa bareng."Mira melipat tangan, mencoba terlihat acuh. "Kenapa harus ngajak aku?""Karena aku kangen,"

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 289. Aku suaminya

    Seorang pria berdiri di depan pintu, tubuhnya tegap, tetapi sorot matanya penuh keraguan.Arya menatapnya tajam. Ada kemarahan, tetapi juga kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Akhirnya kamu datang juga." Suaranya datar, tapi menusuk.Arhand mengangguk pelan. "Aku harus datang."Hening sejenak. Arhand menggenggam erat kedua tangannya, mencoba menahan emosi yang bergejolak."Agna bagaimana?" Suaranya bergetar.Arya tidak langsung menjawab. Ia menatap lelaki itu lekat-lekat, mencoba membaca ketulusan di sana. Akhirnya, ia melangkah mundur, memberi jalan."Masuklah," katanya singkat.Arhand meneguk ludah. Langkahnya berat saat memasuki kamar Agna. Ruangan terasa dingin, bukan karena suhu, melainkan suasana yang mencekam. Hatinya berdegup tak karuan saat melihat sosok yang selama ini menghantui pikirannya.Di atas ranjang, Agna tergolek lemah. Wajahnya pucat, mata sayu, tubuhnya terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu.Sandra duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan putr

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 288. Pengantin pengganti

    "Assalamualaikum!"Matahari mulai meredup ketika suara ketukan terdengar dari pintu depan. Jamilah meletakkan gelas tehnya, melirik ke arah jam dinding. Sore. Siapa yang datang tanpa pemberitahuan?Dari balik tirai, terlihat dua sosok berdiri ragu. Manda, dengan wajah cemas, sementara suaminya, Armand, tampak berat saat hendak mengetuk lagi.Jamilah buru-buru membukakan pintu. "Manda?"Manda tersenyum kaku. "Maaf, mendadak. Boleh masuk sebentar?"Jamilah memberi isyarat agar mereka duduk. Tatapannya tak lepas dari wajah Manda yang terlihat tegang. "Ada apa?"Armand menarik napas. "Kami datang untuk meminta maaf."Jamilah mengerutkan dahi. "Minta maaf?"Manda menggenggam jemari suaminya, lalu menatap Jamilah lekat-lekat. "Putra kami, Arhand... tidak bisa meneruskan pernikahan ini."Jamilah tercekat. "Apa maksudmu?"Armand menundukkan kepala. "Arhand harus bertanggung jawab. Dia telah menghamili seorang wanita."Hening.Jamilah merasakan darahnya berdesir. Tenggorokannya tercekat. "Apa?"

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 287. Menebus dosa

    Agna terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat, keringat membasahi pelipisnya. Tangan menggenggam perut, napas tersengal. Sebuah baskom tergeletak di samping ranjang, bekas muntahannya yang baru saja, masih terlihat.Arya berdiri di ujung tempat tidur, tatapannya penuh kebingungan.Seorang suster mendekat, lalu mengambil basom itu dan membawanya ke amar mandi di kamar Agna."Agna, mau minum sedikit?" suara Sandra bergetar, tangannya menyodorkan segelas air putih.Agna hanya menggeleng lemah. "Enggak, Bu... enggak masuk..." bisiknya.Sandra menelan ludah. Matanya berkaca-kaca. "Kamu harus makan, Nak. Ini sudah berkali-kali muntah. Badanmu lemas begini..."Arya meremas jemarinya, mencoba menahan diri. "Agna, setidaknya makan roti sedikit. Minum jus? Biar enggak makin drop," bujuknya.Agna terisak. "Mungkin... ini balasan buat aku, Pi. Tuhan menghukum aku atas dosa-dosa yang sudah aku buat.""Agna, jangan berali-ali mengatakan itu, Nak." Sandra mengusap air matanya."Aku memang ja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status