Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 43. Mimpi buruk Lani.

Share

Bab 43. Mimpi buruk Lani.

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-03 20:09:10

"Kamu hati-hati ya. Jaga diri baik-baik. Jangan ngotot kalau ngerjakan sesuatu agar kamu ghak drop sewaktu aku pulang nanti."

"Memangnya kenapa kalau aku drop, kamu ghak mau merawat aku lagi?"

"Bukannya ghak mau sih. Tapi kita kan jadi ghak bisa," Alzam mengerlingkn matanya.

"Pikiran kamu ngeres aja sekarang, Mas."

Alza terkekeh. Sekali lagi, dipeluknya Lani. Dibenamkannya tubuh mungil Lani di dekapannya. Ciuman di kening Lani pun terasa menjadi momen haru untuk mereka.

"Aku akan selalu merindukanmu, Bidadari kecilku."

"Mas, kenapa lebay amat? Bukannya kamu ke daerah bencana alam yang menolong orang di sana. Bukan ke daerah konflik untuk memerangi teroris kayak kapan hari?"

Alzam menundukkan wajahnya dan mencium bibir Lani. "Ghak tau kenapa aku jadi berat banget ninggalin kamu."

"Mas, cepat. Udah teriak-teriak temannya." Mbok Sarem dengan tergopoh ke kamar Alzam.

Sekali lagi Alzam mencium kening Lani, lalu dengan cepat Alzam segera keluar dengan membiarkan Lani di dalam kamarnya. Lani
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 44. Rasa mual ini.

    Budi menatap Lani dengan serius, menyisihkan sendok dari semangkuk mie goreng yang baru saja ia makan setengahnya. Kepulan aroma bawang goreng yang masih mengepul seolah ikut menahan napas menanti jawaban."Memangnya kenapa? Dia yang suka mengambil kerajinan di tempatku sebagai suvenir," lanjut Budi, kali ini matanya menyipit, menyelidik. Lani mengerutkan bibirnya, membuat semburat cemas itu kian jelas, meski berusaha ia tutupi."Bagaimana kamu mengenalnya?" desak Budi, masih saja tidak mengendurkan rasa penasarannya.Lani menggigit bibir. Sepasang matanya berkedip lebih cepat dari biasanya. "Aku dulu jualan gorengan di PGS," ia menjawab, suaranya pelan. "Hanya sebatas tahu saat aku jualan di tempatnya."Budi mengangguk-angguk, seakan merenungkan setiap kata yang meluncur dari mulut Lani. "Kalau gitu, biar kapan-kapan aku pertemukan dengannya," katanya dengan nada penuh semangat. "Orangnya asik, lho, kalau diajak ngobrol."Seketika, wajah Lani memucat. Ia menelan ludah, sesuatu yang a

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 45. Siapa yang kaupanggil sayang?

    "Kep, kenapa teriak-teriak?" tanya seseorang yang membuat Alzam terkejut di saat kebingungannya. Dengan rerfleks Alzam menoleh. Menatap sosok berwajah manis tak seberapa tinggi yang kini tengah menatapnya dengan tanda tanya. "E, kamu Dandi? Sejak kapan kamu di sini?" tanya Alzam saat melihat ke belakang, di mana sahabatnya itu sudah terlihat tersenyum dan langsung duduk di sebelah Alzam yang duduk menyingkir dari tendanya. Langit terlihat terang saat bulan purnama, berarti sama saat Alzam meninggalkan Lani waktu itu."E, bukan apa-apa." "Bukan siapa-siapa juga yang Kapten panggil sayang?" Alzam terkesiap."Sejak kapan kamu menyembunyikan sesuatu dariku? Apa karena aku tak lagi datang ke rumahmu akhir-akhir ini hinggah aku tak tau banyak hal tentang kamu? Akhir-akhir ini memang banyak bencana hinggah aku jarang santai. Harus maraton mengikuti ke mana pasukan membutuhkan tenaga medis, sampai ghak sempat lagi nongkrong di rumahmu. Hanum sampai protes kalau aku tak ada waktu untuk dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 46. Kecemasan.

    "Lani, kamu kenapa, Dhuk?" tanya Mbok Sarem ikut cemas. Dengan tergopoh dia mengejar Lani yang emuntahkan seisi perutnya. Lalu memijit tengkuknya dengan pelan."Ghak tau, Bu. Dari tadi malam, perutku mual dan ingin muntah saja.""Apa kamu masuk angin? Ibu kerokin ya? barangkali seharian kamu kemarin bolak balik ngurus apa itu, kamu jadi begini.""Ghak usah, Bu. Aku ghak biasa kerokan. Geli."" Ya udah, nanti Ibu belikan antangin ya, di warung.""Iya, Bu. Makasih.""Kalau gitu kamu istirahat di kamar saja, sementara Ibu belanja. Nanti aku belikan makanan matang saja ya?""Iya, Bu. Makasih sudah baik banget pada Lani." Lani segera beranjak ke kamarnya kembali dengan merebahkan tubuhnya. Namun hatinya begitu risau, berbagai ketakutan menghinggapi pikirannya.Mbok Sarem masih menguntitnya. Ada yang aneh yang ingin dia utarakan pada Lani. Namun dia tak berani mengatakannya."Tinggalin Lani ghak apa, Bu. Ghak usah repot-repot.""Kamu itu ngomong apa to, Dhuk? Kita sudah seperti keluarga di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 47. Seperti saat istri saya hamil.

    "Lani, bangun, Dhuk. Kamu kenapa?"Mbok Sarem sudah kebingungan melihat lani yang terduduk lemas di depan kamar mandi kamarnya setelah berkali-kali dia panggil tak menjawab.Air mata sudah mengalir tak terbendung dari mata indahnya. Dia sudah tak dapat berfikir lagi apa yang harus dia lakukan."Kamu kenapa, dhuk?" tanya Mbok Sarem cemas dengan memegangi bahu Lani."Saya hamil, Bu," jawab Lani dengan terisak.Mbok Sarem segera memeluk Lani dengan iba. Kehamilan bagi setiap pasangan suami istri adalah kebahagian yang tak terkira. Namun tidak untuk Lani yang merasa kehamilan adalah hal buruk yang selalu datang dalam hidupnya."Mas Alzam harus tau hal ini, Dhuk. Kama harus segera telpon dia."Lani memegang tangan Mbok Sarem dengan kuat. "Tidak, Bu. Saya tak tau apakah ini waktu yang tepat untuk mengatakannya." Lani lalu menatap Mbok Sarem. "Jangan pernah mengatakan semua ini padanya duluh, Bu. Saya ingin punya keberanian dan menunggu waktu yang tepat.""Kenapa begitu, Dhuk? Ini bukan kesa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 48. Mendengar namamu, aku bingung.

    "Mbak Lani yakin tidak apa-apa?" tanya Pak Sajad sambil mengamati gerak-gerik Lani dengan tatapan penuh tanda tanya. Cahaya pagi yang menembus jendela membawa sedikit kehangatan, namun tak mampu menghilangkan rasa aneh yang mulai merayap di benaknya. Lani, meskipun wajahnya tampak lebih segar setelah muntah, tetap menyisakan kesan cemas yang teramat jelas bagi siapa saja yang memperhatikannya. Sepedanya berderit ringan saat Lani menariknya dari sisi dinding, menyiapkan diri untuk pergi. Ia tampak terburu-buru, seolah ada sesuatu yang mendorongnya untuk segera menjauh.Tia, dengan sorot mata khawatir, menyorongkan botol air minum. "Minum ini dulu, Mbak," ujarnya, tangannya sedikit gemetar, entah karena gugup atau memang terseret dalam ketegangan situasi yang menggantung di udara.Lani menerima botol itu dengan anggukan ringan, meneguk sedikit sebelum mengusap bibirnya yang pucat. "Terima kasih, Tia," katanya pelan, mencoba menghadirkan senyum yang sulit dipertahankan. "Titip ya, barang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 49. Rencana Lani.

    "Dandi, kamu bareng saya saja. Kayaknya ada yang membutuhkanmu setelah terjadi gempa susulan di wilayah selatan," ajak Alzam dengan sudah siap dengan sepeda yang diberikan kesatuannya khusus untuk wilayah yang tidak gampang dilalui."Baik, Kep." Dandi segera siapa-siap dibonceng Alzam.Tak lama kemudian mereka sudah ada di desa tersebut. Tangis sudah memecah pendengaran. Mereka yang mulanya sudah tenang dan tak meninggalkan rumah mereka setelah terjadi gempa kapan hari, menjadi panik setelah terjadi gempa susulan yang kali ini memporakporandakan kediamannya."Kep, kita harus mengevakuasi mereka dari tempat ini." Seorang Sersan menghadap ke Alzam."Tapi warga keebratan, Kep. Bagaimana?" Kepala desa kebingungan."Kalau keberatan pindah, bagaimana nanti kalau ada apa-apa lagi. Apa tidak makin terjadi korban kembali?" Alzam mulai meninggikan suaranya. "Mereka enggan pergi karena keluarga mereka ada yang masih hilang. Terlebih untuk meninggalkan desa dan dikosongkan, rawan penjarahan," ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 50. Seperti pernah melihatmu.

    Sejenak Lani memandang kedua sahabatnya yang beranjak ke luar. Hati Lani berdebar. Baru kali ini dia menghadapi hal seperti ini. Entah kenapa dia malah berdebar. Entah apa karena dilihatnya orang itu kini tengah menelisiknya dengan seksama ataukah karena memang dia mengajukan hal yang menurutnya besar untuk ukuran orang seperti dia.Lani kemudian menjalani berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan usahanya."Ini usaha Anda sendiri?" tanya pegawai itu dengan melihat berkas yang dibawa Lani."Sebenarnya bukan, Bu. Saya punya majikan yang menyerahkan semua usaha ini untuk saya kelola karena dia sibuk dengan pekerjaannya.""Memang dia kerja apa?""Dia di Angkatan Darat, Bu.""Kenapa dia tidak urus sendiri pengajuan ini?""Kalau yang menggagas ide ini memang saya, Bu. Cuma awal usahanya saja dari usaha dia yang menghimpun hasil jeruk nipis di desa kami dan Alhamdulillah kini makin berkembang.""Kalau begitu, berarti hanya Anda yang harus emnjawab pertanyaan yang saya ajkan sekarang, wala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 51. Pertemuan yang menguncang.

    Lani melangkah ke pintu, lalu berhenti sejenak ketika melihat siapa yang berdiri di depannya. Seorang pria dengan postur tegap, wajah tegas, dan tatapan tajam yang nyaris menusuk. Lani berusaha tersenyum, meski hatinya berdebar. Pria itu jelas bukan orang sembarangan, dan caranya menatap Lani membuatnya merasa seolah sedang dihakimi.Sejenak Pria di depannya seolah terkejut, walau sebentar. Kenapa wajah ini tak asing bagiku? guman Thoriq. Dan tahilalat di bawa dagu itu, seolah aku pernah melihat ini sebelumnya. "Assalamualikum, Anda Lani, bukan?" tanyanya tanpa basa-basi setelah menyongsong Lani yang datang dan memarkir motornya.Lani menatap pria di depannya setelah melepas helmnya. Rasa berdebar melihat wajah dan sorot mata pria yang kini di depannya. Wajah yang justru tak asing bagi Lani. Bahkan melihat postur tubuh tinggi besarnya, seolah bayang orang lain walau lebih muda, berada di sana. "Iya, benar, Pak. Anda siapa?" tanya Lani berusaha lebih sopan walau nadanya sedikit bergeta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 235. Membuntuti

    "Tolong panggil Mira, Pak," ucap Agna pada satpam pabrik dengan nada sedikit terburu-buru. Baru saja dia datang dari kantornya dan pergi ke pabrik, memeriksa keuangan dan segala sesuatu tentang pabrik. Dia tau, Mira yang memegang segala sesuatunya soal pabrik itu.Satpam itu menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Mira tadi pamit Pergi istirahat makan siang dan katanya tidak kembali."Agna sontak mengernyit. "Apa? Dia nggak bilang ke saya?"Satpam itu mengangkat bahu. "Katanya nggak tahu nomor telepon Bu Agna, jadi nggak bisa kasih kabar langsung. Dia menyuruh saya minta izin Bu Agna."Agna menghembuskan napas kasar. Rasanya ingin mengumpat. Hari ini sudah cukup buruk tanpa tambahan drama ini. Pagi-pagi buta, Alzam tiba-tiba muncul dan melabraknya dengan tuduhan konyol. Sekarang, Mira malah pergi tanpa pamit.Dia merogoh tasnya dengan gerakan kasar, mencari ponselnya. Hendak menanyakan ke Lani nomer handphone Mira. Namun sebelum sempat menghubungi Mira, ponselnya bergetar lebih dulu. N

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 234. Terusik luka

    "Sebentar, Bi," Alzam minta izin abinya untuk masuk membuntuti Lani.Alzam memandang Lani yang sejak tadi diam. Raut wajahnya tak bisa dibaca. Matanya tak lagi berbinar seperti biasa."Kamu kenapa, Sayang?" suaranya pelan, mencoba mencairkan suasana.Lani mendongak sebentar, lalu kembali menunduk, memainkan ujung jarinya di tempat tidurnya. Ada bara yang sejak tadi ia tahan."Ada apa denganmu?" Alzam mengulang, kali ini tangannya berusaha menggenggam jemari Lani. Namun malah dikibaskan oleh Lani. Seketika Alzam tersentak. Lani menghela napas. Hatinya bergemuruh. Kata-kata yang seharusnya tak diungkit lagi, kini muncul. Bagaimanapun, kenangan itu masih terasa menyesakkan."Kalau saja kamu tak melakukan itu..." Lani akhirnya berbicara, suaranya terdengar serak.Alzam mengernyit. "Melakukan apa?"Lani mendongak kembali, matanya tajam menusuk. "Mengajak Agna menikah waktu itu."Hening sejenak. Perasaan di antara mereka terasa berat. Satu kesalahan dalam hidup Alzam yang tidak pernah dapa

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 233. Luka lama

    Mereka tiba di rumah menjelang sore. Begitu masuk, suara Ibunya, Towirah, langsung terdengar."Lani! Alzam!"Lani mendekat, mencium tangan ibunya. "Ibu..."Wagimin keluar dari dalam rumah. "Jadi, bagaimana hasilnya?"Lani menatap Alzam. Senyum kebahagiaan terpancar dari tatapan mata mereka.Alzam tersenyum tipis. "Kami sudah diizinkan menikah resmi."Sejenak, hening.Lalu Towirah mengangkat tangan ke langit. "Alhamdulillah! Akhirnya!"Wagimin menepuk pundak Alzam. "Bagus. Sudah saatnya semuanya kembali ke jalurnya.""Bagaimana dengan Agna?" tanya Towirah pelan.Lani menunduk."Setelah bukti perselingkuhan itu ada, saya akan menggugat cerai, Bu," ujar Alzam."Kalau gitu segera daftar ke Pak Modin. Biar segera diurus rencana nikah kalian.""Baik, Pak. Nanti malam saya ke sana.""Rasanya Bapak tak sabar putri bapak menikah. Di rumah ini kita belum pernah mengadakan hajatan. Sampai semua orang merasa tak enak hati kalau aku pergi bawa amplop ke mereka, katanya kita tak pernah ambil buwuan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 232. Maaf!

    Agna menghela napas panjang, lalu menggerutu sambil menatap kap mesin mobil yang berasap. Tangannya mencengkeram ponsel, siap mengetuk layanan taksi online."Sial! Mobil ini benar-benar menyebalkan! Seperti hidupku saja! Macet, mogok, dan dipenuhi kejutan tak mengenakkan!"Ia memukul setir dengan kesal, lalu mencoba lagi aplikasi di ponselnya. Tak ada taksi yang tersedia dalam waktu dekat."Apes! Lengkap sudah hari ini!"Tiba-tiba, suara berat menyapanya."Butuh bantuan?"Agna sontak menoleh. Seorang pria berseragam militer berdiri santai dengan tangan terselip di saku celana. Mayor muda dengan tubuh tinngi besar, tatapan tajam, dan senyum yang entah kenapa terasa menenangkan."Reynaldi?" Mata Agna melebar. "Astaga, aku pikir siapa tadi. Kamu kok tau aku lagi dlaam kesulitan. pa ini kebetulan ataukah takdir? Kanapa tiap aku tidak nyaman kamu selalu datang."Rey tersenyum ngakak. "Mungkin takdir kita bertemu. Kamu sih, mudah dikenali. Apalagi dengan ekspresi cemberut seperti tadi."Ag

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 231. Berdebar

    "Kenapa dadaku berdebar seperti ini?" Lani menatap bayangannya di cermin. Gaun sederhana berwarna biru tua, membalut tubuhnya, riasan tipis mempermanis wajahnya. Tangannya merapikan jilbab yang membingkai muka. Jilbab panjang di dada dan di belakang, namun masih terlihat modis dengan cara Lani memakainya.Alzam sudah menunggu di ambang pintu. Begitu pintu dibuka, tatapan Alzam tak berkedip memandang Lani."Sepertinya kamu baru saja bertemu dengan anak Bapak." Sentuhan lembut di bahu Alzam membuatnya tersentak kaget dan langsung menunduk karena malu.Towirah yang juga di belakangnya bahkan terkekeh sambil menutup mulutnya dengan tangan. Wajah tandas Wagimin dengan ketampanan yang masih terukir jelas di wajah tuanya yang terpanggang matahari di kulit hitamnya memang ada di wajah Lani. Namun kulit kuning langsat dengan pipi kemerahan Lani berasal dari Towirah yang walau sering terkena matahari jika menjadi buruh pemetik jeruk, tapi dia masih terihat bersih."Kamu siap?" tanya Alzam beru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 230. Lamaran

    Deretan mobil hitam berhenti di halaman rumah megah dengan desain minimalis modern. Pilar-pilar tinggi berdiri kokoh dengan dinding -dinding kaca. Lampu-lampu taman menyala redup, memberikan kesan elegan dan hangat.Pintu besar terbuka. Seorang pria berbaju batik dengan janggut rapi melangkah keluar. Wibawa terpancar dari tatapan teduhnya."Selamat datang," ucapnya dengan suara dalam.Al-Ayyubi, sosok yang dikenal luas karena keilmuannya. lelaki tinggi besar keturunan Arab itu, tersenyum.Evran, Manda, Armand, dan Arhand turun dari mobil. Mereka memberi salam dengan hormat."Syukran, Abi," Evran menjawab dengan nada penuh penghormatan meamnggil nama panggilan Al Ayyubi.Di belakangnya, Arhand menyesap napas panjang. Matanya menyapu halaman rumah. Berbeda dari ingar-bingar kota, suasana ini menenangkan. Namun, jauh di dalam dirinya, ada sesuatu yang bergejolak.Mereka dipersilakan masuk ke dalam.Ruang tamu luas dengan ornamen khas Makassar. Ukiran kayu jati menghiasi langit-langit. Ka

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 229. Masalah baru

    Sabtu datang dengan langit kelabu. Lani berdiri di teras rumah, memandangi jalanan yang masih lengang. Pikirannya tak tenang sejak pabrik jatuh ke tangan Agna. Kekhawatiran akan kelangsungan pabrik menjadi pemikirannya. Terlebih dengan ancaman Alzam."Sarapan duluh, Alzam,"ajak Towirah."Memangnya mau ke mana pagi begini?" Wagimin ikut bertanya."Mau ke gudang, Pak. Biasanya kalau Sabtu kan aku lihat ke gudang.""Kalau gitu ayo sarapan duluh." Wagimin mendekatkan pindang ke arah Alzam saat dia sudah duduk bersama Lani. "Makan yang banyak, Zam. Ini masakan kesukaanmu, pindang sama lodeh tewel. Sambalnya juga enak, dibuatkan Lani.""Ibu sendiri heran, Zam, wajah kamu bukan wajah orang pribumi, tapi yang kamu sukai itu makanan orang desa.""Itu urusan lidah, Bu.""Sukur juga sih, Zam. Kalau kamu sukanya daging di apa itu namanya,.. ibumu pasti ghak bisa bikin." Wagimin terkekeh.Alzam pun menanggapinya dengan senyum sambil menatap Lani yang menurutnya terlihat gelisah.Alzam telah menye

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 228. Tak berarti selesai

    Langit masih gelap saat Lani menggeliat di ranjang. Biasanya, ia bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan sebelum Alzam berangkat kerja. Tapi hari ini, tubuhnya terasa berat. Semalam, dia terbangun berkali-kali. Mengingat apa yang telah terjadi.Alzam yang baru selesai mandi, keluar dengan rambut masih basah. Melihat istrinya yang masih terbaring, ia mendekat, duduk di pinggir ranjang sambil mengusap lembut pipi Lani."Sayang, tumben kamu tidur lagi." Suaranya rendah, penuh perhatian. "Kamu sakit?"Lani hanya menggeliat kecil, matanya masih setengah terpejam. "Cuma ingin tidur pagi."Alzam tersenyum, membungkuk, mengecup kening istrinya. "Kalau capek, istirahatlah duluh. Nanti aku bangunin." "Hari ini aku nggak ke kantor." "Kenapa?""Aku pengen istirahat aja. Kamu ajak Mira ya, biar dia tetap bisa laporan tentang pabrik."Alzam mengangguk kecil. "Baiklah. Kalau kamu capek, nggak usah mikirin kerjaan."Lani hanya tersenyum tipis, lalu menarik selimutnya lebih erat.Alzam beranjak, merai

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 227. Kehilangan

    Agna menatap lembaran kertas di tangannya. Nama-nama tertulis jelas, tinta hitam yang tajam seperti menyayat dadanya. Izin menikah.Tanda tangannya ada di sana. Sah. Resmi. Tanpa cacat.Tapi di mana Alzam? Bahkan tiap ditelpon Agna dia tak pernah mengangkat. Selalu saja panggulan ditolak.Agna menekan lembaran itu di dadanya, lalu melangkah keluar. Rumah Alzam hanya bersebelahan. Seharusnya ia bisa menemui suaminya kapan saja. Namun, sudah berhari-hari rumah itu kosong. Dan ini untuk kesekian kalinya Agna ke sana.Tangannya mengetuk pintu keras. Sekali. Dua kali.Tak ada jawaban."Mbok Sarem!" teriaknya, separuh putus asa.Pintu terbuka, memperlihatkan wajah tua yang penuh ragu. "Mbak Agna...""Alzam di mana?"Seperti kemarin, dan kemarin lusa, Mbok Sarem menghela napas. "Mas Alzam belum pulang. Tapi tadi dia menelepon saya, katanya baik-baik saja."Kepalan tangan Agna mengerat. "Masih sama?"Mbok Sarem mengangguk pelan.Agna menoleh ke arah kamar yang tertutup rapat. Tak ada tanda k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status