Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 49. Rencana Lani.

Share

Bab 49. Rencana Lani.

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-11-06 17:16:00

"Dandi, kamu bareng saya saja. Kayaknya ada yang membutuhkanmu setelah terjadi gempa susulan di wilayah selatan," ajak Alzam dengan sudah siap dengan sepeda yang diberikan kesatuannya khusus untuk wilayah yang tidak gampang dilalui.

"Baik, Kep." Dandi segera siapa-siap dibonceng Alzam.

Tak lama kemudian mereka sudah ada di desa tersebut. Tangis sudah memecah pendengaran. Mereka yang mulanya sudah tenang dan tak meninggalkan rumah mereka setelah terjadi gempa kapan hari, menjadi panik setelah terjadi gempa susulan yang kali ini memporakporandakan kediamannya.

"Kep, kita harus mengevakuasi mereka dari tempat ini." Seorang Sersan menghadap ke Alzam.

"Tapi warga keebratan, Kep. Bagaimana?" Kepala desa kebingungan.

"Kalau keberatan pindah, bagaimana nanti kalau ada apa-apa lagi. Apa tidak makin terjadi korban kembali?" Alzam mulai meninggikan suaranya.

"Mereka enggan pergi karena keluarga mereka ada yang masih hilang. Terlebih untuk meninggalkan desa dan dikosongkan, rawan penjarahan," ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 50. Seperti pernah melihatmu.

    Sejenak Lani memandang kedua sahabatnya yang beranjak ke luar. Hati Lani berdebar. Baru kali ini dia menghadapi hal seperti ini. Entah kenapa dia malah berdebar. Entah apa karena dilihatnya orang itu kini tengah menelisiknya dengan seksama ataukah karena memang dia mengajukan hal yang menurutnya besar untuk ukuran orang seperti dia.Lani kemudian menjalani berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan usahanya."Ini usaha Anda sendiri?" tanya pegawai itu dengan melihat berkas yang dibawa Lani."Sebenarnya bukan, Bu. Saya punya majikan yang menyerahkan semua usaha ini untuk saya kelola karena dia sibuk dengan pekerjaannya.""Memang dia kerja apa?""Dia di Angkatan Darat, Bu.""Kenapa dia tidak urus sendiri pengajuan ini?""Kalau yang menggagas ide ini memang saya, Bu. Cuma awal usahanya saja dari usaha dia yang menghimpun hasil jeruk nipis di desa kami dan Alhamdulillah kini makin berkembang.""Kalau begitu, berarti hanya Anda yang harus emnjawab pertanyaan yang saya ajkan sekarang, wala

    Last Updated : 2024-11-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 51. Pertemuan yang menguncang.

    Lani melangkah ke pintu, lalu berhenti sejenak ketika melihat siapa yang berdiri di depannya. Seorang pria dengan postur tegap, wajah tegas, dan tatapan tajam yang nyaris menusuk. Lani berusaha tersenyum, meski hatinya berdebar. Pria itu jelas bukan orang sembarangan, dan caranya menatap Lani membuatnya merasa seolah sedang dihakimi.Sejenak Pria di depannya seolah terkejut, walau sebentar. Kenapa wajah ini tak asing bagiku? guman Thoriq. Dan tahilalat di bawa dagu itu, seolah aku pernah melihat ini sebelumnya. "Assalamualikum, Anda Lani, bukan?" tanyanya tanpa basa-basi setelah menyongsong Lani yang datang dan memarkir motornya.Lani menatap pria di depannya setelah melepas helmnya. Rasa berdebar melihat wajah dan sorot mata pria yang kini di depannya. Wajah yang justru tak asing bagi Lani. Bahkan melihat postur tubuh tinggi besarnya, seolah bayang orang lain walau lebih muda, berada di sana. "Iya, benar, Pak. Anda siapa?" tanya Lani berusaha lebih sopan walau nadanya sedikit bergeta

    Last Updated : 2024-11-07
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 52. Diakah gadis di ponsel Madan?

    Lani yang berjalan masuk ke kamarnya, masih dalam kebingungan yang sulit diabaikan. Tubuhnya terasa berat seolah seluruh udara di sekelilingnya menekan tanpa ampun. Pertemuan dengan Thoriq barusan begitu mengganggu pikirannya. Bayangan pria itu, tatapan tajam penuh kecurigaan, dan kemiripannya dengan Madan seperti pukulan keras yang menampar kesadarannya."Bagaimana mungkin? Apa semua ini kebetulan? Atau ada yang lebih besar di baliknya?" gumam Lani seraya menghempaskan dirinya ke atas kasur. Nafasnya memburu, pikirannya berkecamuk.Lani masih mencoba memproses semuanya ketika Mbok Sarem mengetuk pintu dan masuk dengan hati-hati. Wajahnya yang tua dan penuh keriput menunjukkan kekhawatiran yang jelas. "Biasanya Bapak baik, kenapa saat melihatmu dia seperti orang yang aneh menurut Ibu?""Entahlah, Bu. Belum juga dia tau hubungan aku dan Mas Alzam, dia seolah seperti sudah memberi tembok besar."Mbok Sarem mengelus rambut hitam Lani.“Apa yang harus aku lakukan, Bu, jika mereka tidak mer

    Last Updated : 2024-11-07
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 53. Benar kamu Daulani orang Sendang Agung?

    Mbok Sarem menatap Lani dengan mata penuh simpati. Perempuan tua itu tahu beban yang dirasakan Lani jauh lebih berat daripada yang bisa dilihat mata. "Kamu yang sabar, Nduk. Mas Alzam sangat mencintaimu. Dia akan berjuang untukmu." Suaranya lembut, serupa embusan angin yang mencoba menenangkan badai di hati Lani.Lani mengangguk lemah. "Aku tahu, Mbok. Aku tahu." Dengan napas tertahan, ia mengusap wajahnya yang kusut, seolah ingin menghapus kecemasan yang makin merasuk. "Tapi... bagaimana mungkin? Abinya tiba-tiba datang, membicarakan aku mengelola usaha Alzam dengan nada seolah aku tidak layak. Seolah itu hanya alasan yangsudah mencurigaiku aku ada apa-apa dengan Mas Alzam. Bagaimana mungkin dia setuju aku bersama Alzam? Tidak mungkin.""Jangan buru-buru menyimpulkan, Nduk," Mbok Sarem berkata dengan tenang, mencoba memadamkan api keraguan di dalam dada Lani. "Kalau memang ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Mas Alzam sangat menghormatimu selama ini."Kata-kata itu menggema di k

    Last Updated : 2024-11-08
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 54. Bukankah wajah itu sudah kucurigai?

    Thoriq menurunkan ponselnya perlahan. Pandangan matanya menerawang, terpaku pada dinding kamar tanpa makna yang jelas. Pikirannya berputar, berkecamuk oleh kenyataan yang baru saja terungkap. Madan. Nama itu selalu membangkitkan kenangan pahit. Seolah-olah semua upaya untuk melupakan luka lama kini sia-sia. Salma menatap suaminya, mencoba menangkap pikirannya melalui tatapan sunyi itu."Kamu tahu, Mi," Thoriq berkata dengan suara rendah, seakan menahan amarah yang bergejolak. "Aku tidak pernah mengira akan kembali ke titik ini."Salma menarik napas dalam, menahan emosinya agar tidak pecah. "Kita hanya perlu memastikan, Bi," ujarnya, mencoba terdengar tegar. "Kita tidak bisa menutup mata terhadap semua ini. Alzam terlalu banyak berharap pada gadis itu."Thoriq mengangguk pelan, namun hatinya terasa berat. "Dia sepertinya mencintai gadis itu. Kita harus hati-hati."Sementara itu, Lani bergegas kembali ke kamarnya. Langkah-langkahnya terasa berat, seolah dunia tiba-tiba mengecil dan dind

    Last Updated : 2024-11-08
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 55. Kamu menjebak kakakku?

    Kadatangan Alzam dari dinasnya di Angkatan Darat menanggulangi bencana alam. Disambut Lani dengan bingung menatapnya. Antara rindu karena lama tak bertemu, kedua orang itu salin menatap. Inginnya salin memeluk. nNamun masalah yang sudah datang, membungkam mulut mereka. Alzam yang langsung masuk kamarnya, didekati Lani yang ingin membahas semuanya. Tetapi Alzam yang menatap Lani dengan soro mata tajamnya, mendahuluinya dengan keras bertanya pada Lani."Apa hubunganmu dengan Madan?"Lani mundur selangkah."Kenapa kautanyakan itu? Apakah ini ada hubungannya dengan orangtuamu yang kemari?""Jawab saja.""Dia yang mengambil kehormatan saya. Dia yang menjadikan saya seorang ibu untuk Senja dengan memaksa saya melayani nafsunya."Prak! Alzam menghantam meja di depannya."Kamu berusaha menfitnah Kakak saya?""Kakak?" Lani tersentak. Jadi benar kecurigaannya saat dia ditolong Alzam, bahwa lelaki itu ada hubungannya dengan Alzam. "Kakak saya adalah orang terbaik di dunia. Dia selalu member

    Last Updated : 2024-11-09
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 56. Kautinggalkan aku!

    "Ke mana Mas Alzam, Bu?" tanya Lani begitu dia masuk dan mendapati wajah Mbok Sarem bersedih."Entahlah, Lani. Dia juga hanya diam pada Ibu," ucap Mbok Sarem tanpa mengatakan kalau Alzam membawa rangsel besar.Lani lalu berlari ke kamarnya, barangkali dia menemukan sesuatu di sana. Namun tidak ada petunjuk. Dan saat dia membuka almari pakain Alzam yang panjangnya dua meter, dia mendapati pakaian seragam Alzam yang telah tidak ada satu pun di sana."Dia meninggalkan aku," guman Lani. Lalu memeluk Mbok Sarem yang kini tepat di belakangnya. "Dia pergi, Bu,..""Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ini ada hubungannya dengan Bapak, juga Ibu yang datang kapan hari?" tanya Mbok Sarem.Lani dengan mata yang sudah mengaca, lalau menceritakan semuanya."Pantas, sejak awal saya melihat Bapak seperti ada yang aneh dengan menanyaimu seolah menginterogasi seseorang. Padahal Bapak sama Ibu sebenarnya orangnya baik.""Tapi Mas Alzam telah meragukan aku, Bu.""Tenanglah, Lani. Setelah menyadari kesalah

    Last Updated : 2024-11-09
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 57. Dia tunangan saya.

    Langkah Lani terhenti di ambang pintu, tubuhnya seolah kaku saat melihat pemandangan di depannya. Alzam berdiri di sana, dengan Agna di sisinya, tersenyum, menyapa Lani lalu masuk rumah dan berkeliling seolah-olah ia adalah bagian dari rumah ini. Mata Lani bergetar, sesak yang ia tahan menyeruak ke dadanya. Agna melangkah masuk lebih dalam, jari-jarinya menyentuh perabotan seakan menilai."Lani," suara Alzam terdengar datar, nyaris tak peduli. Lani yang sudah paham kenapa Alzam membawa Agna ke dalam rumahnya, merasakan sesak yang tiada tara. Ternyata itu maksudmu dengan pergi dan sekarang kembali. Kamu mengingkari janjimu Alzam, dengan membawanya kemari? Seolah kamu mengatakan hubunganmu dengannya terjalin kembali? Tanpa mengingat perjanjian dengan Arhand duluh.Alzam yang hendak mengatakan sesuatu tak lagi didengar Lani. Sementara Mbok Sarem yang melihat Alzam datang dengan Agna, juga menatapnya sedih. Terlebih dengan melihat kehancuran di mata Lani. Namun Alzam seolah mengerti den

    Last Updated : 2024-11-10

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 359. Menghibur

    Udara pagi menampar lembut wajah Mira yang masih pucat. Jendela kamar terbuka sejak subuh, tapi hawa sejuk pegunungan Sendang Agung tak mampu membekukan panas yang mengendap di dadanya. Ia duduk diam di pinggir ranjang, pandangan tertuju pada layar ponsel yang terus gelap. Tak ada notifikasi. Tak ada pesan masuk. Dan tak ada nama Rey yang muncul.Dari balik pintu yang setengah terbuka, Laras melongok pelan, lalu mengetuk."Mira, aku bawain teh anget, mau?" tawarnya sambil masuk tanpa menunggu jawaban.Mira hanya menoleh sebentar. Sorot matanya kosong, senyum pun tak muncul. Laras meletakkan gelas di meja kecil dekat tempat tidur."Kalau kamu pengen cerita... atau cuma pengen duduk bareng tanpa ngomong apa-apa, aku siap kok," lanjut Laras, duduk di kursi rotan.Mira tetap diam. Ia kembali menatap layar ponselnya. Lalu meletakkannya di pangkuan, seolah pasrah.Laras menghela napas pelan. "Nggak apa-apa. Aku ngerti kok. Tapi kamu jangan terus begini.""Iya, Tan, ayo jalan-jalan sama Lindi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 358. Kita pulang

    Tangis belum benar-benar reda saat Marni mengusap kepala Mira yang terkulai di pangkuannya. Aroma lepet dan ketupat yang tadi sempat membuat suasana rumah di Sendang Agung jadi hangat, kini tak lebih dari sekadar sisa-sisa tradisi yang menggantung kaku di meja ruang tamu. Rere dan Maya duduk bersisian, tak lagi berkata apa-apa, hanya menatap Mira yang tak henti menatap pintu seperti mengharap sesuatu tiba-tiba muncul dari sana."Ndok, ikut pulang ke Sendang Agung, ya... biar tenang dulu hatimu." Marni membujuk sambil membenarkan letak kerudung Mira yang sedikit miring. Suaranya lirih, tapi sarat keteguhan seorang ibu yang ingin menyelamatkan anaknya dari gelombang yang terlalu besar untuk dihadapi sendirian."Nanti kalau Rey sudah pulang, kamu bisa kembali ke sini. Di rumah, kamu bisa tenang dulu," ujar Marni, suaranya serak seperti baru saja menangis di dalam mobil.Mira menggeleng pelan. "Kalau aku pulang sekarang, terus nanti Rey pulang... dia nggak langsung ketemu aku, Bu. Aku pen

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 357. Kamu udah janji

    Daun-daun pisang dibuka satu-satu, aroma santan dan kelapa parut langsung menyeruak dari anyaman ketupat dan lepet yang tersaji di tengah-tengah pelataran rumah Marni. Tua-mudayang laki-laki, berkumpul memadati halaman masjid yang biasa digunakan untuk pengajian ibu-ibu itu. Pagi yang ramai, ramai oleh tawa dan nyanyian tradisi Kupatan yang telah diwariskan turun-temurun di Sendang Agung.Marni duduk berselonjor di sudut bale bambu, matanya menelusuri keramaian yang terasa hangat seperti peluk cucunya. Di tangannya, lepet sudah tinggal separuh. Dia mengunyah pelan, matanya menerawang jauh—tak benar-benar melihat keramaian itu. Pikirannya tak lepas dari Mira."Nduk itu, sekarang makan lepet-nya masih pelan nggak, ya? Atau udah bisa ngabisin dua sekaligus kayak ibu-ibu kota?" Marni terkekeh pelan pada dirinya sendiri.Sejak Mira pindah ke rumah suaminya, Marni merasa seperti kehilangan bagian tubuhnya. Rumah jadi lebih sepi. Meski cucunya, selalu menemaninya, tapi ada ruang kosong yang

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 356. Ancaman

    Pagi itu cerah. Udara di teras rumah Rey dan Mira terasa segar, angin berhembus pelan membawa aroma tanah basah sisa hujan semalam. Mira yang tengah menyiram tanaman yang terletak di dalam teras, tersenyum kecil melihat mawar-mawar Rey mulai merekah."Sayang, kamu lihat ini? Mawarnya mekar," ujar Mira sambil menoleh ke arah Rere yang sedang duduk santai sambil menyeruput teh.Rere mengangguk. "Mawar Rey memang cemburuan. Makanya baru mekar pas abangku pergi."Mira tertawa kecil. "Rey pasti senang kalau lihat ini nanti."Namun di balik senyuman Mira, ada keresahan yang tak bisa ia sembunyikan. Hampir Subuh tadi dia seolah mendengar ada orang yang melempar sesuatu ke arah pintu. Saat dia menangok dia melihat sebuah kertas yang membuat tidurnya tidak lagi nyenyak. Surat tanpa nama lagi, hanya tulisan dengan spidol merah yang membuat jantungnya berdetak."Kamu milikku, Mira. Dan hanya aku yang akan membawamu pergi!"Mira tak tahu harus menceritakan pada siapa. Ia tidak ingin membuat Rey

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 355.Menunggu

    Rumah itu mendadak sepi. Tak ada langkah kaki berat Rey, tak ada aroma kopi pagi yang biasa diseduhnya dengan gaya sok barista. Hanya suara jam dinding yang pelan berdetak, seperti mengingatkan Mira bahwa waktu terus berjalan—meskipun baginya, rasanya lambat sekali sejak Rey pergi.Di sofa panjang yang terletak di ruang keluarga, Mira duduk sambil memeluk bantal. TV menyala, tapi tak ada yang benar-benar ditonton. Tangannya men-scroll ponsel, berharap ada pesan baru dari Rey. Tapi sinyal dari lapangan seringkali putus-nyambung. Tak bisa protes, dia hanya bisa berharap dan berdoa.Tiba-tiba suara pintu pagar dibuka pelan. Lalu terdengar langkah kaki menuju teras.Maya, dengan daster motif bunga dan sandal jepit, menyembul sambil membawa plastik berisi gorengan. “Mira, udah sarapan belum?”Mira tersenyum lebar. “Sudah, Ma. Masuk aja. Cuma saya tadii bikin telor ceplok doang.”Maya duduk di sofa, membuka plastiknya. “Tadi ada tukang gorengan lewat, Mama langsung inget kamu. Siapa tau belu

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 354. Tunggu aku!

    Pagi itu, seharusnya menjadi pagi paling tenang bagi Mira dan Rey. Setelah melewati detik-detik penuh cinta dan kehangatan, keduanya tertidur dalam pelukan yang damai. Namun dunia di luar tak pernah benar-benar tenang.Handphone Rey yang diletakkan di meja samping tempat tidur tiba-tiba berdering keras. Nadanya berbeda—nada itu hanya dipakai untuk satu hal: panggilan tugas darurat. Rey membuka mata, refleks mengambil ponsel."Halo, Mayor Reynaldi Atmajaya di sini," suaranya langsung tegas meski baru bangun."Mayor, kita butuh kamu. Ada penyanderaan di perbatasan Papua. Kelompok bersenjata menyandera enam orang, termasuk dua WNA. Kau tahu jalurnya, kau tahu pola mereka. Helikopter akan menjemputmu satu jam lagi. Siap?"Rey terdiam sejenak. Dia melirik Mira yang masih tidur, tubuh mungilnya dibalut selimut, wajah damainya membuat Rey berat meninggalkan kamar itu."Saya masih cuti dua hari, Pak.""Kami tahu. Tapi kalau bukan kamu, mereka bisa mati."Hening."Baik, Pak. Saya bersiap."Mir

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 353. Mira,...

    "Kamu sudah baikan, Mir?" tanya Maya begitu dia masuk dan mendapati hidangan di meja makan."Alhamdulillah, sudah, Ma. Ini Mira sudah bisa bikin ayam goreng untuk sarapan." Mira lalu menuntun Maya agar duduk. "Mama ayo, sarapan di sini biar tau rasa masakan Mira."Maya tersenyum, mengelus rambut lurus Mira. "Mama sudah makan, Mir. Mama bikin soto kikil banyak. Mama pikir kamu belum sehat dan belum bisa masak. Rey ini kan pagi-pagi udah kelaparan. Makanya Mama suruh Rere ke sini antar. Mama sama Papa masih sarapan."Mira menyentuh tangan mertuanya. "Makasih, Ma.""Ma, cpetan!" Rere yang masih di ambang pintu, teriak."Memangnya ada apa, Re?""Tadi aja Rere disuruh pergi sama Kak Rey. Kenapa Mama skarang malah ngajak ngobrol dia.""Memangnya kenapa?"Maya kemudian menatap Rey.Rey sudah beranjak duduk di meja makan kembali. Wajahnya menelungkup di meja."Kamu kenapa, Rey?"Rey mendongak frustasi. Mira menyembunyikan senyumnya di balik tangannya. Dia tau keinginan Rey sudah di ubun-ubun,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 352. Menyentuh,..

    Subuh belum juga datang, saat Mira mulai masak.Di dalam rumah yang hangat itu, suara lembut sendok beradu dengan piring terdengar samar dari dapur. Aroma bawang putih yang ditumis menyeruak pelan, bercampur dengan harum ayam yang tengah diungkep dengan garam dan rempah sederhana. Di tengah semua itu, Mira berdiri di depan kompor, mengenakan daster lembut warna biru langit, rambutnya dikuncir sederhana. Wajahnya segar, lebih segar dari hari-hari sebelumnya. Matanya bersinar, senyum kecil tak lepas dari bibirnya. Tubuhnya kini terasa lebih ringan, lebih bertenaga. Semalam ia tertidur dalam dekapan Rey tanpa terbangun sekali pun—tidur nyenyak yang membuat tubuh dan jiwanya terasa pulih.Rey terbangun karena aroma masakan. Ia sempat mengernyit, mengira itu mimpi. Tapi ketika ia berjalan pelan ke dapur dan melihat sosok Mira berdiri sambil mengaduk wajan, matanya membulat. “Kamu… sudah sembuh?”Mira menoleh, senyumnya mengembang lembut. “Pagi, Sayang… Kamu baru bangun?”Rey masih terpaku.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 351. Berarti dia,..

    Mira masih terlelap setelah bangun sebentar dan sholat Subuh. Cahaya mntari menyusup lewat bulu matanya yang gemetar ringan. Kelopak matanya perlahan membuka, seolah enggan meninggalkan mimpi yang baru saja usai. Pandangannya pertama kali menangkap bayangan Rey yang sedang duduk bersila di lantai, menyandarkan punggung ke ranjang, rambutnya agak berantakan, matanya fokus ke layar ponsel tapi sesekali melirik ke arah Mira.Mira mengerjap pelan, suaranya serak manja, “Udah pagi, ya?”Rey segera menoleh, wajahnya langsung berubah sumringah. “Eh, si cantik udah bangun. Aku pikir kamu bakal molor sampe siang.”Mira tersenyum kecil, menggeliat pelan. “Tubuhku udah nggak selemas kemarin. Tapi kepala masih agak pening sih.”Rey bangkit, duduk di sisi ranjang, tangannya menyentuh dahi Mira seperti refleks. “Masih anget. Tapi udah nggak sepanas kemarin.”“Aku lapar…” gumam Mira, lalu menoleh, “Tapi jangan bubur ayam lagi, ya?”Rey tertawa kecil, “Aih… manjanya. Mau apa dong? Mau aku masakin?”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status