Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 48. Mendengar namamu, aku bingung.

Share

Bab 48. Mendengar namamu, aku bingung.

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 18:33:50

"Mbak Lani yakin tidak apa-apa?" tanya Pak Sajad sambil mengamati gerak-gerik Lani dengan tatapan penuh tanda tanya. Cahaya pagi yang menembus jendela membawa sedikit kehangatan, namun tak mampu menghilangkan rasa aneh yang mulai merayap di benaknya. Lani, meskipun wajahnya tampak lebih segar setelah muntah, tetap menyisakan kesan cemas yang teramat jelas bagi siapa saja yang memperhatikannya. Sepedanya berderit ringan saat Lani menariknya dari sisi dinding, menyiapkan diri untuk pergi. Ia tampak terburu-buru, seolah ada sesuatu yang mendorongnya untuk segera menjauh.

Tia, dengan sorot mata khawatir, menyorongkan botol air minum. "Minum ini dulu, Mbak," ujarnya, tangannya sedikit gemetar, entah karena gugup atau memang terseret dalam ketegangan situasi yang menggantung di udara.

Lani menerima botol itu dengan anggukan ringan, meneguk sedikit sebelum mengusap bibirnya yang pucat. "Terima kasih, Tia," katanya pelan, mencoba menghadirkan senyum yang sulit dipertahankan. "Titip ya, barang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 49. Rencana Lani.

    "Dandi, kamu bareng saya saja. Kayaknya ada yang membutuhkanmu setelah terjadi gempa susulan di wilayah selatan," ajak Alzam dengan sudah siap dengan sepeda yang diberikan kesatuannya khusus untuk wilayah yang tidak gampang dilalui."Baik, Kep." Dandi segera siapa-siap dibonceng Alzam.Tak lama kemudian mereka sudah ada di desa tersebut. Tangis sudah memecah pendengaran. Mereka yang mulanya sudah tenang dan tak meninggalkan rumah mereka setelah terjadi gempa kapan hari, menjadi panik setelah terjadi gempa susulan yang kali ini memporakporandakan kediamannya."Kep, kita harus mengevakuasi mereka dari tempat ini." Seorang Sersan menghadap ke Alzam."Tapi warga keebratan, Kep. Bagaimana?" Kepala desa kebingungan."Kalau keberatan pindah, bagaimana nanti kalau ada apa-apa lagi. Apa tidak makin terjadi korban kembali?" Alzam mulai meninggikan suaranya. "Mereka enggan pergi karena keluarga mereka ada yang masih hilang. Terlebih untuk meninggalkan desa dan dikosongkan, rawan penjarahan," ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 50. Seperti pernah melihatmu.

    Sejenak Lani memandang kedua sahabatnya yang beranjak ke luar. Hati Lani berdebar. Baru kali ini dia menghadapi hal seperti ini. Entah kenapa dia malah berdebar. Entah apa karena dilihatnya orang itu kini tengah menelisiknya dengan seksama ataukah karena memang dia mengajukan hal yang menurutnya besar untuk ukuran orang seperti dia.Lani kemudian menjalani berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan usahanya."Ini usaha Anda sendiri?" tanya pegawai itu dengan melihat berkas yang dibawa Lani."Sebenarnya bukan, Bu. Saya punya majikan yang menyerahkan semua usaha ini untuk saya kelola karena dia sibuk dengan pekerjaannya.""Memang dia kerja apa?""Dia di Angkatan Darat, Bu.""Kenapa dia tidak urus sendiri pengajuan ini?""Kalau yang menggagas ide ini memang saya, Bu. Cuma awal usahanya saja dari usaha dia yang menghimpun hasil jeruk nipis di desa kami dan Alhamdulillah kini makin berkembang.""Kalau begitu, berarti hanya Anda yang harus emnjawab pertanyaan yang saya ajkan sekarang, wala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 51. Pertemuan yang menguncang.

    Lani melangkah ke pintu, lalu berhenti sejenak ketika melihat siapa yang berdiri di depannya. Seorang pria dengan postur tegap, wajah tegas, dan tatapan tajam yang nyaris menusuk. Lani berusaha tersenyum, meski hatinya berdebar. Pria itu jelas bukan orang sembarangan, dan caranya menatap Lani membuatnya merasa seolah sedang dihakimi.Sejenak Pria di depannya seolah terkejut, walau sebentar. Kenapa wajah ini tak asing bagiku? guman Thoriq. Dan tahilalat di bawa dagu itu, seolah aku pernah melihat ini sebelumnya. "Assalamualikum, Anda Lani, bukan?" tanyanya tanpa basa-basi setelah menyongsong Lani yang datang dan memarkir motornya.Lani menatap pria di depannya setelah melepas helmnya. Rasa berdebar melihat wajah dan sorot mata pria yang kini di depannya. Wajah yang justru tak asing bagi Lani. Bahkan melihat postur tubuh tinggi besarnya, seolah bayang orang lain walau lebih muda, berada di sana. "Iya, benar, Pak. Anda siapa?" tanya Lani berusaha lebih sopan walau nadanya sedikit bergeta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 52. Diakah gadis di ponsel Madan?

    Lani yang berjalan masuk ke kamarnya, masih dalam kebingungan yang sulit diabaikan. Tubuhnya terasa berat seolah seluruh udara di sekelilingnya menekan tanpa ampun. Pertemuan dengan Thoriq barusan begitu mengganggu pikirannya. Bayangan pria itu, tatapan tajam penuh kecurigaan, dan kemiripannya dengan Madan seperti pukulan keras yang menampar kesadarannya."Bagaimana mungkin? Apa semua ini kebetulan? Atau ada yang lebih besar di baliknya?" gumam Lani seraya menghempaskan dirinya ke atas kasur. Nafasnya memburu, pikirannya berkecamuk.Lani masih mencoba memproses semuanya ketika Mbok Sarem mengetuk pintu dan masuk dengan hati-hati. Wajahnya yang tua dan penuh keriput menunjukkan kekhawatiran yang jelas. "Biasanya Bapak baik, kenapa saat melihatmu dia seperti orang yang aneh menurut Ibu?""Entahlah, Bu. Belum juga dia tau hubungan aku dan Mas Alzam, dia seolah seperti sudah memberi tembok besar."Mbok Sarem mengelus rambut hitam Lani.“Apa yang harus aku lakukan, Bu, jika mereka tidak mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 53. Benar kamu Daulani orang Sendang Agung?

    Mbok Sarem menatap Lani dengan mata penuh simpati. Perempuan tua itu tahu beban yang dirasakan Lani jauh lebih berat daripada yang bisa dilihat mata. "Kamu yang sabar, Nduk. Mas Alzam sangat mencintaimu. Dia akan berjuang untukmu." Suaranya lembut, serupa embusan angin yang mencoba menenangkan badai di hati Lani.Lani mengangguk lemah. "Aku tahu, Mbok. Aku tahu." Dengan napas tertahan, ia mengusap wajahnya yang kusut, seolah ingin menghapus kecemasan yang makin merasuk. "Tapi... bagaimana mungkin? Abinya tiba-tiba datang, membicarakan aku mengelola usaha Alzam dengan nada seolah aku tidak layak. Seolah itu hanya alasan yangsudah mencurigaiku aku ada apa-apa dengan Mas Alzam. Bagaimana mungkin dia setuju aku bersama Alzam? Tidak mungkin.""Jangan buru-buru menyimpulkan, Nduk," Mbok Sarem berkata dengan tenang, mencoba memadamkan api keraguan di dalam dada Lani. "Kalau memang ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Mas Alzam sangat menghormatimu selama ini."Kata-kata itu menggema di k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 54. Bukankah wajah itu sudah kucurigai?

    Thoriq menurunkan ponselnya perlahan. Pandangan matanya menerawang, terpaku pada dinding kamar tanpa makna yang jelas. Pikirannya berputar, berkecamuk oleh kenyataan yang baru saja terungkap. Madan. Nama itu selalu membangkitkan kenangan pahit. Seolah-olah semua upaya untuk melupakan luka lama kini sia-sia. Salma menatap suaminya, mencoba menangkap pikirannya melalui tatapan sunyi itu."Kamu tahu, Mi," Thoriq berkata dengan suara rendah, seakan menahan amarah yang bergejolak. "Aku tidak pernah mengira akan kembali ke titik ini."Salma menarik napas dalam, menahan emosinya agar tidak pecah. "Kita hanya perlu memastikan, Bi," ujarnya, mencoba terdengar tegar. "Kita tidak bisa menutup mata terhadap semua ini. Alzam terlalu banyak berharap pada gadis itu."Thoriq mengangguk pelan, namun hatinya terasa berat. "Dia sepertinya mencintai gadis itu. Kita harus hati-hati."Sementara itu, Lani bergegas kembali ke kamarnya. Langkah-langkahnya terasa berat, seolah dunia tiba-tiba mengecil dan dind

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 55. Kamu menjebak kakakku?

    Kadatangan Alzam dari dinasnya di Angkatan Darat menanggulangi bencana alam. Disambut Lani dengan bingung menatapnya. Antara rindu karena lama tak bertemu, kedua orang itu salin menatap. Inginnya salin memeluk. nNamun masalah yang sudah datang, membungkam mulut mereka. Alzam yang langsung masuk kamarnya, didekati Lani yang ingin membahas semuanya. Tetapi Alzam yang menatap Lani dengan soro mata tajamnya, mendahuluinya dengan keras bertanya pada Lani."Apa hubunganmu dengan Madan?"Lani mundur selangkah."Kenapa kautanyakan itu? Apakah ini ada hubungannya dengan orangtuamu yang kemari?""Jawab saja.""Dia yang mengambil kehormatan saya. Dia yang menjadikan saya seorang ibu untuk Senja dengan memaksa saya melayani nafsunya."Prak! Alzam menghantam meja di depannya."Kamu berusaha menfitnah Kakak saya?""Kakak?" Lani tersentak. Jadi benar kecurigaannya saat dia ditolong Alzam, bahwa lelaki itu ada hubungannya dengan Alzam. "Kakak saya adalah orang terbaik di dunia. Dia selalu member

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 56. Kautinggalkan aku!

    "Ke mana Mas Alzam, Bu?" tanya Lani begitu dia masuk dan mendapati wajah Mbok Sarem bersedih."Entahlah, Lani. Dia juga hanya diam pada Ibu," ucap Mbok Sarem tanpa mengatakan kalau Alzam membawa rangsel besar.Lani lalu berlari ke kamarnya, barangkali dia menemukan sesuatu di sana. Namun tidak ada petunjuk. Dan saat dia membuka almari pakain Alzam yang panjangnya dua meter, dia mendapati pakaian seragam Alzam yang telah tidak ada satu pun di sana."Dia meninggalkan aku," guman Lani. Lalu memeluk Mbok Sarem yang kini tepat di belakangnya. "Dia pergi, Bu,..""Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ini ada hubungannya dengan Bapak, juga Ibu yang datang kapan hari?" tanya Mbok Sarem.Lani dengan mata yang sudah mengaca, lalau menceritakan semuanya."Pantas, sejak awal saya melihat Bapak seperti ada yang aneh dengan menanyaimu seolah menginterogasi seseorang. Padahal Bapak sama Ibu sebenarnya orangnya baik.""Tapi Mas Alzam telah meragukan aku, Bu.""Tenanglah, Lani. Setelah menyadari kesalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 235. Membuntuti

    "Tolong panggil Mira, Pak," ucap Agna pada satpam pabrik dengan nada sedikit terburu-buru. Baru saja dia datang dari kantornya dan pergi ke pabrik, memeriksa keuangan dan segala sesuatu tentang pabrik. Dia tau, Mira yang memegang segala sesuatunya soal pabrik itu.Satpam itu menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Mira tadi pamit Pergi istirahat makan siang dan katanya tidak kembali."Agna sontak mengernyit. "Apa? Dia nggak bilang ke saya?"Satpam itu mengangkat bahu. "Katanya nggak tahu nomor telepon Bu Agna, jadi nggak bisa kasih kabar langsung. Dia menyuruh saya minta izin Bu Agna."Agna menghembuskan napas kasar. Rasanya ingin mengumpat. Hari ini sudah cukup buruk tanpa tambahan drama ini. Pagi-pagi buta, Alzam tiba-tiba muncul dan melabraknya dengan tuduhan konyol. Sekarang, Mira malah pergi tanpa pamit.Dia merogoh tasnya dengan gerakan kasar, mencari ponselnya. Hendak menanyakan ke Lani nomer handphone Mira. Namun sebelum sempat menghubungi Mira, ponselnya bergetar lebih dulu. N

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 234. Terusik luka

    "Sebentar, Bi," Alzam minta izin abinya untuk masuk membuntuti Lani.Alzam memandang Lani yang sejak tadi diam. Raut wajahnya tak bisa dibaca. Matanya tak lagi berbinar seperti biasa."Kamu kenapa, Sayang?" suaranya pelan, mencoba mencairkan suasana.Lani mendongak sebentar, lalu kembali menunduk, memainkan ujung jarinya di tempat tidurnya. Ada bara yang sejak tadi ia tahan."Ada apa denganmu?" Alzam mengulang, kali ini tangannya berusaha menggenggam jemari Lani. Namun malah dikibaskan oleh Lani. Seketika Alzam tersentak. Lani menghela napas. Hatinya bergemuruh. Kata-kata yang seharusnya tak diungkit lagi, kini muncul. Bagaimanapun, kenangan itu masih terasa menyesakkan."Kalau saja kamu tak melakukan itu..." Lani akhirnya berbicara, suaranya terdengar serak.Alzam mengernyit. "Melakukan apa?"Lani mendongak kembali, matanya tajam menusuk. "Mengajak Agna menikah waktu itu."Hening sejenak. Perasaan di antara mereka terasa berat. Satu kesalahan dalam hidup Alzam yang tidak pernah dapa

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 233. Luka lama

    Mereka tiba di rumah menjelang sore. Begitu masuk, suara Ibunya, Towirah, langsung terdengar."Lani! Alzam!"Lani mendekat, mencium tangan ibunya. "Ibu..."Wagimin keluar dari dalam rumah. "Jadi, bagaimana hasilnya?"Lani menatap Alzam. Senyum kebahagiaan terpancar dari tatapan mata mereka.Alzam tersenyum tipis. "Kami sudah diizinkan menikah resmi."Sejenak, hening.Lalu Towirah mengangkat tangan ke langit. "Alhamdulillah! Akhirnya!"Wagimin menepuk pundak Alzam. "Bagus. Sudah saatnya semuanya kembali ke jalurnya.""Bagaimana dengan Agna?" tanya Towirah pelan.Lani menunduk."Setelah bukti perselingkuhan itu ada, saya akan menggugat cerai, Bu," ujar Alzam."Kalau gitu segera daftar ke Pak Modin. Biar segera diurus rencana nikah kalian.""Baik, Pak. Nanti malam saya ke sana.""Rasanya Bapak tak sabar putri bapak menikah. Di rumah ini kita belum pernah mengadakan hajatan. Sampai semua orang merasa tak enak hati kalau aku pergi bawa amplop ke mereka, katanya kita tak pernah ambil buwuan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 232. Maaf!

    Agna menghela napas panjang, lalu menggerutu sambil menatap kap mesin mobil yang berasap. Tangannya mencengkeram ponsel, siap mengetuk layanan taksi online."Sial! Mobil ini benar-benar menyebalkan! Seperti hidupku saja! Macet, mogok, dan dipenuhi kejutan tak mengenakkan!"Ia memukul setir dengan kesal, lalu mencoba lagi aplikasi di ponselnya. Tak ada taksi yang tersedia dalam waktu dekat."Apes! Lengkap sudah hari ini!"Tiba-tiba, suara berat menyapanya."Butuh bantuan?"Agna sontak menoleh. Seorang pria berseragam militer berdiri santai dengan tangan terselip di saku celana. Mayor muda dengan tubuh tinngi besar, tatapan tajam, dan senyum yang entah kenapa terasa menenangkan."Reynaldi?" Mata Agna melebar. "Astaga, aku pikir siapa tadi. Kamu kok tau aku lagi dlaam kesulitan. pa ini kebetulan ataukah takdir? Kanapa tiap aku tidak nyaman kamu selalu datang."Rey tersenyum ngakak. "Mungkin takdir kita bertemu. Kamu sih, mudah dikenali. Apalagi dengan ekspresi cemberut seperti tadi."Ag

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 231. Berdebar

    "Kenapa dadaku berdebar seperti ini?" Lani menatap bayangannya di cermin. Gaun sederhana berwarna biru tua, membalut tubuhnya, riasan tipis mempermanis wajahnya. Tangannya merapikan jilbab yang membingkai muka. Jilbab panjang di dada dan di belakang, namun masih terlihat modis dengan cara Lani memakainya.Alzam sudah menunggu di ambang pintu. Begitu pintu dibuka, tatapan Alzam tak berkedip memandang Lani."Sepertinya kamu baru saja bertemu dengan anak Bapak." Sentuhan lembut di bahu Alzam membuatnya tersentak kaget dan langsung menunduk karena malu.Towirah yang juga di belakangnya bahkan terkekeh sambil menutup mulutnya dengan tangan. Wajah tandas Wagimin dengan ketampanan yang masih terukir jelas di wajah tuanya yang terpanggang matahari di kulit hitamnya memang ada di wajah Lani. Namun kulit kuning langsat dengan pipi kemerahan Lani berasal dari Towirah yang walau sering terkena matahari jika menjadi buruh pemetik jeruk, tapi dia masih terihat bersih."Kamu siap?" tanya Alzam beru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 230. Lamaran

    Deretan mobil hitam berhenti di halaman rumah megah dengan desain minimalis modern. Pilar-pilar tinggi berdiri kokoh dengan dinding -dinding kaca. Lampu-lampu taman menyala redup, memberikan kesan elegan dan hangat.Pintu besar terbuka. Seorang pria berbaju batik dengan janggut rapi melangkah keluar. Wibawa terpancar dari tatapan teduhnya."Selamat datang," ucapnya dengan suara dalam.Al-Ayyubi, sosok yang dikenal luas karena keilmuannya. lelaki tinggi besar keturunan Arab itu, tersenyum.Evran, Manda, Armand, dan Arhand turun dari mobil. Mereka memberi salam dengan hormat."Syukran, Abi," Evran menjawab dengan nada penuh penghormatan meamnggil nama panggilan Al Ayyubi.Di belakangnya, Arhand menyesap napas panjang. Matanya menyapu halaman rumah. Berbeda dari ingar-bingar kota, suasana ini menenangkan. Namun, jauh di dalam dirinya, ada sesuatu yang bergejolak.Mereka dipersilakan masuk ke dalam.Ruang tamu luas dengan ornamen khas Makassar. Ukiran kayu jati menghiasi langit-langit. Ka

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 229. Masalah baru

    Sabtu datang dengan langit kelabu. Lani berdiri di teras rumah, memandangi jalanan yang masih lengang. Pikirannya tak tenang sejak pabrik jatuh ke tangan Agna. Kekhawatiran akan kelangsungan pabrik menjadi pemikirannya. Terlebih dengan ancaman Alzam."Sarapan duluh, Alzam,"ajak Towirah."Memangnya mau ke mana pagi begini?" Wagimin ikut bertanya."Mau ke gudang, Pak. Biasanya kalau Sabtu kan aku lihat ke gudang.""Kalau gitu ayo sarapan duluh." Wagimin mendekatkan pindang ke arah Alzam saat dia sudah duduk bersama Lani. "Makan yang banyak, Zam. Ini masakan kesukaanmu, pindang sama lodeh tewel. Sambalnya juga enak, dibuatkan Lani.""Ibu sendiri heran, Zam, wajah kamu bukan wajah orang pribumi, tapi yang kamu sukai itu makanan orang desa.""Itu urusan lidah, Bu.""Sukur juga sih, Zam. Kalau kamu sukanya daging di apa itu namanya,.. ibumu pasti ghak bisa bikin." Wagimin terkekeh.Alzam pun menanggapinya dengan senyum sambil menatap Lani yang menurutnya terlihat gelisah.Alzam telah menye

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 228. Tak berarti selesai

    Langit masih gelap saat Lani menggeliat di ranjang. Biasanya, ia bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan sebelum Alzam berangkat kerja. Tapi hari ini, tubuhnya terasa berat. Semalam, dia terbangun berkali-kali. Mengingat apa yang telah terjadi.Alzam yang baru selesai mandi, keluar dengan rambut masih basah. Melihat istrinya yang masih terbaring, ia mendekat, duduk di pinggir ranjang sambil mengusap lembut pipi Lani."Sayang, tumben kamu tidur lagi." Suaranya rendah, penuh perhatian. "Kamu sakit?"Lani hanya menggeliat kecil, matanya masih setengah terpejam. "Cuma ingin tidur pagi."Alzam tersenyum, membungkuk, mengecup kening istrinya. "Kalau capek, istirahatlah duluh. Nanti aku bangunin." "Hari ini aku nggak ke kantor." "Kenapa?""Aku pengen istirahat aja. Kamu ajak Mira ya, biar dia tetap bisa laporan tentang pabrik."Alzam mengangguk kecil. "Baiklah. Kalau kamu capek, nggak usah mikirin kerjaan."Lani hanya tersenyum tipis, lalu menarik selimutnya lebih erat.Alzam beranjak, merai

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 227. Kehilangan

    Agna menatap lembaran kertas di tangannya. Nama-nama tertulis jelas, tinta hitam yang tajam seperti menyayat dadanya. Izin menikah.Tanda tangannya ada di sana. Sah. Resmi. Tanpa cacat.Tapi di mana Alzam? Bahkan tiap ditelpon Agna dia tak pernah mengangkat. Selalu saja panggulan ditolak.Agna menekan lembaran itu di dadanya, lalu melangkah keluar. Rumah Alzam hanya bersebelahan. Seharusnya ia bisa menemui suaminya kapan saja. Namun, sudah berhari-hari rumah itu kosong. Dan ini untuk kesekian kalinya Agna ke sana.Tangannya mengetuk pintu keras. Sekali. Dua kali.Tak ada jawaban."Mbok Sarem!" teriaknya, separuh putus asa.Pintu terbuka, memperlihatkan wajah tua yang penuh ragu. "Mbak Agna...""Alzam di mana?"Seperti kemarin, dan kemarin lusa, Mbok Sarem menghela napas. "Mas Alzam belum pulang. Tapi tadi dia menelepon saya, katanya baik-baik saja."Kepalan tangan Agna mengerat. "Masih sama?"Mbok Sarem mengangguk pelan.Agna menoleh ke arah kamar yang tertutup rapat. Tak ada tanda k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status