Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 54. Bukankah wajah itu sudah kucurigai?

Share

Bab 54. Bukankah wajah itu sudah kucurigai?

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-08 19:49:04

Thoriq menurunkan ponselnya perlahan. Pandangan matanya menerawang, terpaku pada dinding kamar tanpa makna yang jelas. Pikirannya berputar, berkecamuk oleh kenyataan yang baru saja terungkap. Madan. Nama itu selalu membangkitkan kenangan pahit. Seolah-olah semua upaya untuk melupakan luka lama kini sia-sia. Salma menatap suaminya, mencoba menangkap pikirannya melalui tatapan sunyi itu.

"Kamu tahu, Mi," Thoriq berkata dengan suara rendah, seakan menahan amarah yang bergejolak. "Aku tidak pernah mengira akan kembali ke titik ini."

Salma menarik napas dalam, menahan emosinya agar tidak pecah. "Kita hanya perlu memastikan, Bi," ujarnya, mencoba terdengar tegar. "Kita tidak bisa menutup mata terhadap semua ini. Alzam terlalu banyak berharap pada gadis itu."

Thoriq mengangguk pelan, namun hatinya terasa berat. "Dia sepertinya mencintai gadis itu. Kita harus hati-hati."

Sementara itu, Lani bergegas kembali ke kamarnya. Langkah-langkahnya terasa berat, seolah dunia tiba-tiba mengecil dan dind
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 55. Kamu menjebak kakakku?

    Kadatangan Alzam dari dinasnya di Angkatan Darat menanggulangi bencana alam. Disambut Lani dengan bingung menatapnya. Antara rindu karena lama tak bertemu, kedua orang itu salin menatap. Inginnya salin memeluk. nNamun masalah yang sudah datang, membungkam mulut mereka. Alzam yang langsung masuk kamarnya, didekati Lani yang ingin membahas semuanya. Tetapi Alzam yang menatap Lani dengan soro mata tajamnya, mendahuluinya dengan keras bertanya pada Lani."Apa hubunganmu dengan Madan?"Lani mundur selangkah."Kenapa kautanyakan itu? Apakah ini ada hubungannya dengan orangtuamu yang kemari?""Jawab saja.""Dia yang mengambil kehormatan saya. Dia yang menjadikan saya seorang ibu untuk Senja dengan memaksa saya melayani nafsunya."Prak! Alzam menghantam meja di depannya."Kamu berusaha menfitnah Kakak saya?""Kakak?" Lani tersentak. Jadi benar kecurigaannya saat dia ditolong Alzam, bahwa lelaki itu ada hubungannya dengan Alzam. "Kakak saya adalah orang terbaik di dunia. Dia selalu member

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 56. Kautinggalkan aku!

    "Ke mana Mas Alzam, Bu?" tanya Lani begitu dia masuk dan mendapati wajah Mbok Sarem bersedih."Entahlah, Lani. Dia juga hanya diam pada Ibu," ucap Mbok Sarem tanpa mengatakan kalau Alzam membawa rangsel besar.Lani lalu berlari ke kamarnya, barangkali dia menemukan sesuatu di sana. Namun tidak ada petunjuk. Dan saat dia membuka almari pakain Alzam yang panjangnya dua meter, dia mendapati pakaian seragam Alzam yang telah tidak ada satu pun di sana."Dia meninggalkan aku," guman Lani. Lalu memeluk Mbok Sarem yang kini tepat di belakangnya. "Dia pergi, Bu,..""Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ini ada hubungannya dengan Bapak, juga Ibu yang datang kapan hari?" tanya Mbok Sarem.Lani dengan mata yang sudah mengaca, lalau menceritakan semuanya."Pantas, sejak awal saya melihat Bapak seperti ada yang aneh dengan menanyaimu seolah menginterogasi seseorang. Padahal Bapak sama Ibu sebenarnya orangnya baik.""Tapi Mas Alzam telah meragukan aku, Bu.""Tenanglah, Lani. Setelah menyadari kesalah

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 57. Dia tunangan saya.

    Langkah Lani terhenti di ambang pintu, tubuhnya seolah kaku saat melihat pemandangan di depannya. Alzam berdiri di sana, dengan Agna di sisinya, tersenyum, menyapa Lani lalu masuk rumah dan berkeliling seolah-olah ia adalah bagian dari rumah ini. Mata Lani bergetar, sesak yang ia tahan menyeruak ke dadanya. Agna melangkah masuk lebih dalam, jari-jarinya menyentuh perabotan seakan menilai."Lani," suara Alzam terdengar datar, nyaris tak peduli. Lani yang sudah paham kenapa Alzam membawa Agna ke dalam rumahnya, merasakan sesak yang tiada tara. Ternyata itu maksudmu dengan pergi dan sekarang kembali. Kamu mengingkari janjimu Alzam, dengan membawanya kemari? Seolah kamu mengatakan hubunganmu dengannya terjalin kembali? Tanpa mengingat perjanjian dengan Arhand duluh.Alzam yang hendak mengatakan sesuatu tak lagi didengar Lani. Sementara Mbok Sarem yang melihat Alzam datang dengan Agna, juga menatapnya sedih. Terlebih dengan melihat kehancuran di mata Lani. Namun Alzam seolah mengerti den

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 58. Kejutan di tengah sakit hati.

    Di kampus, Lani hampir tak fokus dengan pelajaranya, bahkan saat dosen bertanya, dia gelagapan tak mengerti topiknya. Hingga saat siang, saat dia duduk dengan Dita di sudut taman setelah memesan makanan dari cafe sebelahnya, Dita memegang tangannya yang dingin. Suara burung-burung terdengar sayup, namun ia tak bisa menikmati ketenangan itu. Lani hanya bisa memandang Dita dengan mata yang sudah mengaca sambil mengaduk makanan di depannya."Kamu kenapa, Lani?" tanya Dita lembut, tangannya meremas tangan Lani. "Kamu pucat.""Dia telah pulang, datang dengan Agna... seolah-olah aku tak ada," gumam Lani, matanya sembap. “Aku... aku bodoh, Dit.” Tangisnya pecah, bahunya terguncang. Dita merangkulnya erat, seolah ingin menahan semua perasaan sakit itu agar tak keluar. “Kamu belum mengatakan tentang kehamilanmu padanya?” tanya Dita.“Bagaimana aku bisa mengatakan tentang semua itu, Dit? Terlebih dengan situasi seperti ini?”“Lalu jika dia kembali pada Agna, apa kamu akan diam saja?”“Aku sud

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 59. Kamu tidak akan ke mana-mana.

    Sore menjelang ketika Lani kembali ke rumah. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan.Dia langsung menuju kamar di mana tak terlihat Alzam di sana. Tanpa membuang waktu, ia mulai membereskan pakaiannya. Jemarinya bergerak cepat, menyelipkan baju-baju ke dalam koper. Kepalanya penuh dengan kenangan yang saling bertabrakan."Ke mana kamu mau pergi?" Suara Alzam terdengar dari belakang, datar, tanpa emosi.Lani membalikkan badan, matanya menatapnya tajam. "Ke mana saja yang jauh dari semua ini," sahutnya dingin. “Aku tidak peduli. Lagipula apa kamu akan perduli aku mau ke mana? Bukankah kamu telah membawanya kemari, dan itu artinya aku yang harus pergi.”Alzam mengusap wajahnya, raut frustasi terlihat jelas. "Kamu sudah merintis usaha itu, Lani. Apa kamu akan pergi dan menghancurkan semuanya? Bagaimana dengan harapan petani? Anak-anak muda yang menaruh harapan pada pabrik itu?"Lani menggertakkan giginya. "Dan bagaimana dengan hatiku, Mas? Kamu ingin

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 60. Diantara Cinta dan benci.

    Keesokan paginya, sinar matahari menembus tirai tipis kamar tamu. Lani terbangun kembali dengan masih memakai mukenanya, dia memang tertidur kembali dengan tak sadar setelah sholat Subuh. Kepalanya terasa berat dan mata sembap. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa lelah yang menguasai tubuhnya. Tiba-tiba, pintu kamar diketuk. Tanpa menunggu jawaban, Alzam masuk."Aku akan pergi sebentar," katanya datar.Lani bangkit perlahan, matanya tajam menatapnya. "Kamu tidak perlu menjelaskan ke mana pun kamu pergi. Itu bukan urusanku lagi."Ada sekilas rasa sakit di wajah Alzam, namun ia segera mengalihkan pandangannya. "Aku akan tetap memberitahumu karena kamu masih istriku.""Istri? Ghak salah kamu bilang seperti itu, sementara kamu punya maksud lain dengan membawa wanita itu?""Mau ghak mau kamu harus belajar terima kenyataan itu.""Cih!" Lani berdiri, tubuhnya terlihat lebih rapuh. "Apa kamu pikir aku terus menunggumu hinggah kamu bisa sepuasnya menertawakan aku? Mempermalukan ak

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 61. Tinggalkan dia, Lani!

    "Sepertinya mimpi aku bisa bertemu denganmu kembali." Damar mendekat. "Ini bukan kebetulan, Lani. ini takdir yang terus mempertemukan kita." Wajahnya nampak berbinar.Langit senja memang sudah mulai meredup saat Damar tiba di rumah yang tampak megah di pinggiran desa itu. Damar memandang berkeliling, hatinya terasa penuh tanda tanya. Mengapa Lani ada di sini? Di rumah ini? Ia bahkan tak mengerti apa yang sedang terjadi. Lani, wanita yang dulu ia cintai dengan segenap hati, tampak begitu tenang di beranda rumah yang ia kira bukan miliknya. Damar menahan napas, kakinya terasa berat untuk melangkah lebih dekat. Tapi akhirnya, ia tetap maju sambil membawa satu dos besar barang yang kemudian dia letakkan . Walau terlihat tidak begitu berat.Lani tampak kaget begitu melihat sosok Damar berdiri di sana dengan apa yang dia bawa. "Mas, kenapa kamu di sini?" Suaranya bergetar tipis. Ada banyak emosi terpendam di balik nada datarnya. Terlebih, belum-belum Damar sudah mengatakan hal yang menurut

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 62. Urus UMKM itu biar kau tau artimu bagiku!

    Lani menatap souvenir pernikahan di samping pintu masuk, di mana Damar meletakkannya. Jantungnya berdetak kencang, memukul-mukul tulang rusuk seperti ingin melarikan diri dari kenyataan pahit di depannya. Alzam yang tadi beranjak pergi, kembali begitu melihat arah pandang Lani, lalu berdiri beberapa langkah darinya, wajahnya datar tanpa ekspresi. Hening melingkupi ruangan, berat dan menekan."Jadi benar kamu mau menikah dengan Agna?" Lani memecah keheningan, suaranya bergetar namun ia mencoba tegar. "Kamu sengaja mendatangkan souvenir itu ke rumah, supaya aku melihat?"Alzam tidak segera menjawab. Tatapannya lurus ke depan, dingin, tak menyisakan celah untuk penyesalan. "Aku tak perlu menjelaskan apa-apa, Lani." Dia baru menyadari kalau pria itu mengantarkan sebuah sovenir pernikahannya. Walau dia tidak mengerti kenapa umminya mengirimkannya ke rumah ini."Kamu sengaja memanasi aku dengan sovenir itu?""Bukan aku yang pesan Lani. Aku juga tak tau kenapa dibawa kemari." "Lalu seharus

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 77. Pembukaan pabrik. Daulani?

    Hari itu terasa berbeda bagi Lani. Matahari pagi menyinari bangunan pabrik sederhana di samping ladang ladang jeruk. Papan nama sederhana bertuliskan "Daulani Food Processing" berdiri kokoh di depan dengan masih diselimuti kain putih tebal. Tak ada kemewahan, hanya tenda kecil di halaman depan dan beberapa kursi plastik yang sudah diatur rapi, menyatu dengan gudang jeruk yang dijadikan tempat para undangan.Pekerja-pekerja baru mulai berdatangan, satu per satu. Sebagian besar mereka adalah warga sekitar yang rata-rata mereka baru lulus sekolah atau sudah lama tidak sekolah dan tidak ada pekerjaan. Hari itu, wajah mereka dipenuhi harapan baru.Lani mengenakan blouse biru tua dengan jilbab senada. Ia berdiri di depan pintu masuk pabrik bersama Laras, Tia, dan Pak Sajad—rekan-rekannya yang selama ini bekerja keras mempersiapkan segalanya."Semua sudah siap, Mbak Lani?" tanya Pak Sajad sambil mengecek daftar kehadiran pekerja."Alhamdulillah, kayaknya sudah," jawab Lani sambil tersenyum.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 76. Merindukan senyummu untukku.

    "Asik sekali kalian ngobrol, lalu sekarang mau janjian di mana lagi?"Plak! Alzam memegangi pipinya yang terasa panas oleh tamparan Lani. Rasa malu ditahannya saat kebetulan ada orang lewat di dekat kampus itu. Terlebih masih pagi dan banyak mahasiswa, termasuk orang pergi kerja yang lalu lalang."Kamu sudah mulai kembali meragukan karakterku, Mas!"Alzam menunduk. Lagi-lagi karena cemburu dia tak sadar berbuat kekeliruan yang makin memperparah kebencian Lani padanya."Berarti kamu melihat aku sejak datang? Kamu membuntuti aku? Kamu memata-matai aku?""Aku memang membuntutimu. Tapi bukan untuk memata-mataimu. Aku hanya khawatir kamu sakit lagi. Sedangkan kamu tidak mungkin aku ajak bareng.""Iya, aku tau itu. Bahkan sampai kapan pun, kita tak mungkin bareng ke sini, karena di sebelah sana itu kantor istrimu. Dan di sana markasmu. Kamu takut ketauhan ada hubungan denganku.""Berhenti dengan tuduhanmu itu, kamu tau kenapa alasan ini sejak awal."Lani membuang matanya sebal lalu kembali

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 75. Aku siap menjadi sandaranmu.

    Lani tiba di gudang dengan langkah tergesa. Suara ketukan palu dan denting logam beradu terdengar jelas, mengisi udara pagi yang penuh kesibukan. Gudang itu hampir selesai direnovasi untuk pembukaan pabrik di sebelahnya minggu nanti. Lani berhenti sejenak, memandang para pekerja yang sibuk, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana."Mabak Lani, sini sebentar," panggil Tia, salah satu pegawainya yang bertanggung jawab menangani perekrutan karyawan baru yang beberapa hari lalu telah dilatih dari orang profesional yang telah didatangkan Alzam.Lani berjalan mendekat, senyum tipis menghiasi wajahnya meski pikirannya masih kacau."Semua pegawai baru sudah terdaftar. Besok mereka sumua ikut dalam pembukaan." Tiyas bertanya sambil menunjukkan daftar nama di tangannya."Baiklah Tia, Atur saja sesuai keinginanmu, yang penting terlihat bagus," ujar Lani sambil melirik daftar itu."Siap, Mbak Lani," jawab Tia singkat."Bagaimana dengan stok bahan baku?" Lani beralih pada Sajad, yang berdiri d

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 74. Jangan katakan padanya.

    Lani lalu mengatur napasnya yang terengah, berbaring di tempat tidur setelah pemeriksaan sederhana yang dilakukan Dandi. Cahaya dari jendela menyorot wajahnya yang tampak semakin lesu. Dandi duduk di kursi sebelahnya, menunduk seolah mencari kata-kata yang tepat."Kamu tau ini dan kamu menyembunyikannya?" ucap Dandi pelan, matanya menatap Lani dengan cemas. "Kamu hamil, Lani. dan ini bukan hal yang remeh.""Aku tau, tapi apa yang bisa aku perbuat?""Kamu harus jujur pada Alzam."Kata-kata itu menggema di kepala Lani. Sebuah gelombang emosi menerpanya, antara ketakutan, kepasrahan, dan kemarahan. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. "Mas... jangan beri tahu Mas Alzam. Aku mohon!" Suara Lani sampai bergetar.Dandi terkejut. "Apa maksudmu, Lani? Dia berhak tahu.""Tidak, Mas, agar kekacauan tidak makin parah." Lani berusaha duduk, meskipun tubuhnya lemah. "Aku tidak mau menghancurkan pernikahannya yang sebentar lagi. Dia sudah memilih wanita itu.""Tapi dia hanya mencintaim

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 73. Ini bukan asam lambung kan?

    Lani duduk di kamarnya sendiri. Tangannya gemetar saat meraih cermin kecil di meja rias. Bayangan dirinya tampak lelah, wajah yang dipenuhi bekas air mata. "Apa yang sudah aku lakukan?" batinnya bergetar. "Kenapa semuanya terasa seperti jebakan yang tak pernah berakhir?"Dia menoleh ke jendela, berharap ada jawaban di luar sana, tetapi hanya ada kesunyian yang dingin. Setetes air mata jatuh. "Aku harus berhenti bergantung pada ilusi. Dielusnya perutnya. Demi kamu,bunda akan kuat jalani semua ini. Seolah bayi yang baru berupa benih itu mendengar apa yang diungkapkan Lani dengan bergolak. Mual pun tak lagi bisa dihindari Lani. dengan berlari Lani ke wastafel."Huek, huek!" Lani memegangi perutnya. Kepalanya pun mendadak pening.Tepat saat itu Alzam masuk. Dengan penuh cemas, dipijitnya tengkuk Lani walau berkali kali Lani mengibaskan tangannya."Jangan keras kepala Lani, aku akan memijit tengkukmu agar lebih baik." Alzam lalu berlari ke kamarnya untuk mengambil minyak kayu putih.Lani b

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 72. Perjanjian.

    Agna berdiri di depan rumah Alzam, udara dingin terasa menusuk, tapi kemarahan dalam dirinya cukup membakar segalanya. Tanpa ragu, ia mengetuk pintu beberapa kali dengan kekuatan penuh, membuat suara ketukan terdengar tegas dan tak terbantahkan. Tak lama, Mbok Sarem membuka pintu. Wajahnya menunjukkan keterkejutan dan ketegangan."Mbak Agna?""Mana Lani? Di mana wanita merebut tunangan orang itu?" tanya Agna dengan nada dingin, melangkah masuk tanpa diundang. "Aku ingin bertemu dengannya."Mbok Sarem hanya menghela napas berat. Sebelum ia bisa menjawab, Lani muncul dari ruang tengah. Dia mengenakan pakaian sederhana, tapi wajahnya menunjukkan kepanikan yang tak bisa disembunyikan. Melihat Agna, Lani berhenti di tempat, seolah beku oleh rasa bersalah dan ketakutan."Jadi, kau wanita itu," suara Agna mengalun, penuh ironi.Lani menunduk, tak bisa membalas tatapan penuh amarah itu. "Aku tidak bermaksud menyakitimu...""Jangan berbicara seolah-olah kau korban di sini," potong Agna tajam.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 71. Aku tak terima!

    "Siapa wanita itu, apa aku mengenalnya" tanya Agna dengan geram."Kamu sudah mengenalnya. Dia Lani. Kami telah menikah siri beberapa bulan yang lalu.""Jadi kalian menikah? Aku dari duluh sudah merasa heran dengan sikapnya. Dan dugaanku kini terbukti, dia bukan sekedar kerja di sana.""Maaf, aku emmang jatuh cinta padanya sejak pertama menolongnya. Dan pernikahan itu bukan Lani yang mengawali. Dia hanya terpaksa karena sakit parah. Dia juga tidak mengerti kalau aku sudah bertunangan. Jadi tolong jangan menyalahkan dia.""Hm, kamu ternyata yang menyebabkan semuanya jadi rumit, Mas.""Maaf, kamu ytau sendiri pertunangan kita bukanlah kehendak kita.""Kamu sudah terang-terangan mengatakan cinta padanya, Mas." Airmata Agna sudah tak terbendung lagi."Alzam hanya menundukkan kepalanya merasa bersalah.""Kalian telah menikah dan kamu tiba tiba saja mengajakku menikah. Kalian ada masalah dan aku kamu jadikan pelarian?" analisanya lagi dengan menggertakkan giginya."Maafkan aku, Agna," ucap A

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 70. Siapa wanita itu?

    Alzam seketika berdiri, menarik tangannya dari kepala Lani. Tubuhnya seakan tak mampu menyangga berat beban yang mengimpit dada. Kata-kata Lani menggema di benaknya, setiap kalimat seperti cambuk yang mengoyak hatinya. "Ceraikan aku." Kalimat itu menghantamnya seperti badai yang tak mampu ia hindari. Ia menatap Lani, berharap ada perubahan di wajah wanita itu. Namun, yang ia lihat hanya luka yang menganga, terlalu dalam untuk disembuhkan dengan kata-kata maaf."Lani..." suara Alzam terdengar lirih, hampir seperti desahan penuh kepedihan. Tangannya gemetar saat mencoba mendekati Lani, namun jarak di antara mereka terasa seperti jurang yang tak terjembatani. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan. Aku tahu aku sudah menghancurkanmu... tetapi aku tidak bisa melepasmu begitu saja. Kamu adalah hidupku. Aku tak bisa hidup tanpa melihatmu ada di dekatku."Lani mengalihkan pandangannya, menyembunyikan air mata yang kembali jatuh. "Kau masih belum mengerti, Mas. Semua ini

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 69. Ceraikan aku!

    Di rumah sakit, Salma menatap wajah mungil Senja yang sedang tidur lelap di tempat tidurnya. Tangannya gemetar ketika menyentuh pipi cucunya yang lembut. Air mata mengalir di wajahnya, bercampur antara rasa haru dan rasa bersalah yang mendalam. Ia merasa waktu berhenti sejenak, seolah seluruh kesedihan dan penyesalan yang meliputi keluarganya tertumpu pada gadis kecil ini."Senja... betapa kecil dan rapuhnya kau," bisik Salma, suaranya nyaris tak terdengar. Matanya beralih ke Towirah yang berdiri di sampingnya, memandang dengan sorot tajam penuh luka."Kami tahu ini tidak akan pernah cukup," ucap Salma, menoleh pada Towirah dan Wagimin. "Tapi kami benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Kami ingin Senja tahu bahwa dia memiliki keluarga yang mencintainya.""Kalian tak bisa menebus semua penderitaan yang anak kami alami."Thoriq yang di sisi Salma menelan ludah, nada bicaranya penuh penyesalan. "Kami tidak bermaksud membenarkan apa yang telah terjadi. Kami datang karena kami ingin menga

DMCA.com Protection Status